Aurora merupakan peristiwa alam yang terjadi di atmosfer bumi, tepatnya pada
ketinggian 100 hingga 100 km dari permukaan bumi.
Pengertian Aurora
Aurora adalah keajaiban alam berupa pancaran cahaya yang menyala-nyala di lapisan
ionosfer bumi. Pesona langit kutub utara dan selatan ini disebabkan oleh interaksi medan
magnetik bumi dengan partikel bermuatan yang berasal dari matahari.
Aurora adalah lengkungan lembaran cahaya yang berwarna-warni dan selalu bergerak
seperti gelombang di langit. Pada abad ke-4 SM, Aristoteles menyebut aurora
sebagai chasmata yang berarti “letusan yang terjadi di langit”.
Astronom sekaligus ahli matematika dari Perancis yang bernama P. Gassendi, pada awal
abad ke-17 menyebutnya dengan aurora borealis atau “cahaya utara” karena ia hanya
mengira peristiwa ini hanya terjadi di wilayah lingkar kutub utara.
Ternyata, di wilayah lingkar kutub selatan juga terjadi fenomena serupa. James Cook,
seorang penjelajah dari Inggris ialah orang yang mengamati keajaiban ini di belahan
langit selatan dan menamakannya aurora australis atau “cahaya selatan”
Pixabay
Jenis Aurora
Berdasarkan lokasi kejadiannya, fenomena aurora dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aurora Borealis
Aurora borealis adalah jenis aurora yang terjadi di langit bumi bagian utara. Asal nama
aurora borealias diambil dari nama “dewi fajar” dari Roma, yakni Aurora serta kata
“angin utara” dari Yunani, yaitu Boreas.
Di Eropa, aurora nampak kemerah-merahan di ufuk utara seperti menjelang matahari
terbit. Kemunculan aurora borealis umumnya terjadi pada bulan September-Oktober dan
Maret-April. Wilayah lingkar kutub utara yang dapat melihat aurora borealis adalah di
negara Kanada, Alaska, Rusia dan negara-negara Skandinavia.
b. Aurora Australis
Aurora australis adalah fenomena aurora yang terjadi di langit bumi bagian selatan. Ciri-
cirinya serupa dengan aurora borealis. Nama australis diambil dari nama benua Australia
yang berada di belahan bumi bagian selatan.
Proses terjadinya aurora juga dipengaruhi oleh angin matahari. Angin matahari adalah
sebuah aliran partikel yang keluar dari matahari yang menggerakkan sebagian atau
sejumlah besar muatan listrik di atmosfer (Sabuk Van Allen). Energi tersebut akan
mempercepat partikel menuju ke atmosfer bagian atas sehingga terjadi tabrakan dengan
berbagai gas.
Penelitian lebih lanjut mengenai fenomena cahaya ini juga dilakukan oleh NASA.
Sebagai organisasi terdepan dalam hal penelitian luar angkasa, NASA telah meluncurkan
roket yang merupakan bagian dari misi Ground-to-Rocket Electrodynamics–Electron
Correlative Experiment (GREECE) pada Maret 2019 lalu.
1. Merusak Satelit
Lapisan elektron yang terbawa oleh angin surya akan menabrak magnetosfer dan benda
lain di sekitar atmosfer bumi, termasuk satelit. Pada tahun 1994, dua satelit komunikasi
milik Kanada mengalami gangguan akibat tabrakan dengan partikel elektron dari angin
surya.
2. Mengganggu GPS
Terjadinya aurora dapat mempengaruhi kinerja frekuensi dan sistem GPS. Tabrakan
elektron akan mengakibatkan gangguan GPS seperti yang terjadi pada milik WAAS,
salah satu perusahaan asal Amerika Serikat yang mengalami masalah selama 30 jam.
3. Plasma Panas
Penelitian yang dilakukan oleh Dr Robert dari University of Southampton dalam
hipotesisnya menyatakan 2 lobus partikel pada lapisan magnetosfer bumi yang selalu
dingin akan menjadi panas ketika terkena efek dari aurora.
2. Api Dingin
Meski suhu diluar atmosfer dapat mencapai ribuan derajat, namun aurora memiliki suhu
yang lebih dingin. Wujud aurora yang seperti api namun memiliki suhu dingin
menjadikannya diberi julukan api dingin.
Tromso, Norwegia
Yellowknie, Kanada
Fairbanks, Alaska
Kanherlussuaq, Greenland
Steward Island, Selandia Baru
Video Aurora
Bagi warga Indonesia yang hidup di wilayah di khatulistiwa, melihat aurora adalah hal
yang mustahil. Kita hanya dapat melihatnya melalui gambar atau video.