Anda di halaman 1dari 1

Keserakahan dan Kekejaman VOC

KOMPAS.com - Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) merupakan kongsi dagang


Belanda yang didirikan di Amsterdam. Salah satu tujuan dari dibentuknya VOC adalah
memperkuat kedudukan para pedagang Belanda menghadapi persaingan dengan pedagang
negara lain. VOC terus berusaha memperluas daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah
kekuasaan dan monopolinya. VOC juga memandang bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai
musuhnya. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004 (2005) karya MC Ricklefs,
gubernur jenderal VOC pertama adalah Pieter Both (1602-1614) mulai menata organisasi
kongsi dagang dan menempatkan monopoli perdagangan di Hindia Timur. Peter Both
pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten pada 1610. Kemudian meninggalkan
Banten dan berhasil memasuki Jayakarta. Dirinya berhasil mengadakan perjanjian dengan
penguasa Jayakarta. Keberhasilan itu dapat dilihat dengan pembelian sebidang tanah seluar
50 x 50 vadem (satu vadem = 182 sentimeter) yang berlokasi di sebelah timur Muara
Ciliwung. Tanah tersebut yang menjadi cikal bakal hunian dan daerah kekuasaan VOC di
tanah Jawa dan menjadi cikal bakal Kota Batavia.

Keserakahan VOC Kepemimpinan VOC sering berganti, hingga pemerintahan JP Coen


yang terkenal sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. VOC kembali ke Jayakarta dan
merebutnya. Dirinya membumihanguskan Jayakarta dan mengganti namanya menjadi
Batavia dan membangunnya dengan ciri khas Belanda. JP Coen juga dikenal sebagai peletak
dasar penjajahan VOC di Indonesia. Batavia memiliki posisi yang strategis. Batavia dijadikan
markas besar VOC, di mana semua kebijakan dan tindakan VOC di kawasan Asia
dikendalikan dari markas besar VOC di Batavia. Batavia juga terletak di persimpangan atau
menjadi penghubung jalur perdagangan internasional. Sehingga Batavia menjadi pusat
perdagangan dan jalur yang menghubungkan perdagangan di Nusantara bagian barat dengan
Nusantara bagian timur. VOC semakin bernafsu dan menunjukkan keserakahannya untuk
menguasai wilayah Nusantara yang kaya rempah-rempah. Berikut beberapa keserakahan
VOC, di antaranya: Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah Menguasai pelabuhan-
pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli perdagangan.
Melaksanakan polituik devide et impera (memecah dan menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Melaksanakan sepenuhnya Hak Octroi yang
ditawarkan pemerintah Belanda. Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi tochten) Adanya hak
ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan.
Adanya verplichte leverantien (penyerahan wajib) dan prianger stelsel (sistem periangan).
Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa, maupun orang
asing. Melakukan kondolisasi kedudukan

Kekejaman VOC Disertai dengan sikap congkak dan tindakan yang kejam, JP Coen
berusaha meningkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara untuk keuntungan pribadi dan
negaranya. Cara-cara kejam VOC untuk meningkatkan eksploitas kekayaan akam dilakukan
sebagai berikut: Merebut pasaran produksi pertanian, biasanya dengan memaksakan
monopoli, seperti monopoli rempah-rempah di Maluku. Tidak ikut aktif secara langsung
dalam kegiatan produksi hasil pertanian. Cara produksi dibiarkan berada di tangan pribumi,
namun hasilnya untuk VOC. VOC selalu mengincar dan bersaha keras menduduki tempat-
tempat yang memiliki posisi strategis. Caranya dengan kekerasan dan peperangan, serta
melakukan politik adu domba. VOC melakukan campur tangan (intervensi) terhadap
kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama kerajaan yang mengumpulkan hasil bumi
terbanyak. Lembaga-lembaga pemerintahan tradisional massih dipertahankan dengan harapan
bisa diperalat, jika tidak mau akan diperangi. Cara-cara tersebut menjadi kebiasaan VOC dan
pemerintah kolonial Belanda dalam melestarikan penjajahannya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai