Anda di halaman 1dari 7

TUGAS LAPORAN BACAAN MATERI SEJARAH KOLONIALISME DI INDONESIA

KELAS REGULER E 2021


ANGGOTA KELOMPOK 6 : 1.MATTHEW SIAHAAN NIM:3213321004
2.WINRA SIANTURI NIM:3213121017
3.JOLY BERUTU NIM:3213121053
4.CRESENSIA SIMANJUNTAK NIM:3213321022
5.DIAN PURBA NIM:3213321018

TUGAS LAPORAN BACAAN MATKUL SEJARAH KOLONIAL(KOLONIAL VOC DI


INDONESIA)

Sejarah Kedatangan VOC Ke Indonesia Pembentukan awal VOC dimulai dengan kedatangan
orang Eropa melalui Jalur Laut Vasco da Gama pada tahun 1497-1498 yang berlayar dari
Eropa ke India melalui Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang membuat tidak adanya
persaingan dengan pedagang Timur Tengah. untuk mendapatkan akses ke Asia Timur, yang
pada awalnya diupayakan pada jalur darat yang sangat berbahaya. Tujuan asli orang Eropa ke
Asia Timur dan Tenggara termasuk ke nusantara adalah berdagang, seperti yang terjadi pada
bangsa Belanda. Misi dagang tersebut diikuti oleh kebijakan penjajahan Belanda dengan
kerajaan Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curacao, tujuan Belanda
sejak awal adalah penjajahan. Untuk mengurus kepentingan ekonominya di wilayah-wilayah
yang telah dikuasai oleh VOC, dibangun kantor-kantor dagang, pos-pos tentara, bahkan
berbagai jenis benteng. Para pejabat lokal VOC itu diberi tanggung jawab yang berbeda-beda
sejalan dengan jangkauan wewenangnya. Ambon, Banda, dan Temate masing-masing
dipimpin seorang Gubernur karena selain memiliki hak berdagang, di sana VOC juga
menguasai suatu wilayah tertentu di sekitar bentengnya. Pada tahun 1595 Perseroan
Amsterdam untuk pertama kalinya mengirim angkatan kapal dagangnya yang terdiri atas 4
kapal ke Indonesia bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan pada 14 Agustus 1597 tiba
kembali di Tessel. Kemudian pada 1Mei 1598 angkatan kedua di bawah pimpinan va Nede,
van Heemskerck dan van Warwijck. Selain kapal-kapal tersebut, masi ada beberapa kapal
yang dikirim ke Indonesia, di antaranya kapal yang bertolak dari Vissingen, Middelburg, dan
Rotterdam. VOC bertujuan untuk menguasai perdagangan di Indonesia. Keinginan VOC
tersebut telah membangkitkan perlawanan pedagang pribumi yang merasa terancam
kepentingannya. Para pedagang pribumi menunjukkan sikap bermusuhan terhadap kehadiran
Belanda (VOC). Sikap bermusuhan dari pedagang pribumi semakin menguat karena VOC
memberlakukan sistem monopoli perdagangan. Sistem monopoli perdagangan yang
diterapkan oleh VOC sangat bertentangan dengan sistem perdagangan tradisional yang
berlaku saat itu.
Gubernur-gubernur VOC
1. Pieter Both
Tokoh VOC lain yang juga terkenal di Indonesia adalah Pieter Both. Jika Johan van
Oldenbarnevelt adalah pendiri VOC, maka Both adalah Gubernur Jenderal pertama
yang dimiliki VOC. Ia memimpin sejak tahun 1610 sampai 1614.Mengutip jurnal
bertajuk “Peranan Jan Pieterzoon Coen di Bidang Politik dan Militer Tahun 1619 –
1623”, Both lahir di Amersfoort, Belanda pada 1568. Ia didapuk sebagai pimpinan
VOC usai menyelesaikan tugasnya sebagai perwira laut utama Hindia Belanda.Both
kemudian ditugasi untuk menciptakan sistem monopoli perdagangan. Hal itu
dilakukan di kepulauan yang dimiliki Hindia Belanda dengan kerajaan Belanda. Ia
juga mendirikan pos perdagangan di Banten.Pada masa kepemimpinannya, Both
melakukan perjanjian dengan warga di Pulau Maluku, menaklukkan Pulau Timor, dan
mengambil alih Pulau Tidore. Sebelumnya, Both berhasil memukul mundur Spanyol
dari pulau tersebut. Saat masa jabatannya habis, ia kembali ke Belanda dan membawa
empat kapal. Sayangnya, dua kapal, termasuk yang ia tumpangi, karam di perairan
Maurits. Both tidak berhasil menyelamatkan diri dan tewas dalam peristiwa itu.

2. Jan Pieterszoon Coen


Jan Pieterzoon Coen di tanah Nusantara memang sudah tidak asing lagi. Ia adalah
Gubernur Jenderal VOC yang menjabat di tahun 1619. Dalam jurnal “Peranan Jan
Pieterzoon Coen di Bidang Politik dan Militer Tahun Bu1619 – 1623”, Coen
menjadikan Jawa sebagai markas utama pertahanan VOC dan menguasai Jayakarta
(kini Jakarta) sebagai lokasinya.Apalagi, terdapat gudang dan loji milik VOC yang
sudah berdiri sejak tahun 1610. Ia mematenkan pusat kekuasaan VOC di Jayakarta
dan terus berlangsung hingga asosiasi dagang ini runtuh.Bahkan, pemerintah Belanda
yang melanjutkan kekuasaannya di Indonesia juga menempatkan pusat
pemerintahannya di Jayakarta (yang kemudian berganti nama menjadi Batavia hingga
Jakarta). Informasi lain yang disadur dari jurnal bertajuk “Gubernur Jenderal VOC
Jan Pieterzoon Coen dan Pembangunan Kota Batavia (1619-1629)”, Coen dikatakan
berhasil meningkatkan lapangan sosial dan ekonomi di kota tersebut. Ia berani
merevitalisasi pulau di sekitaran Batavia yang menyulapnya sebagai basis
administrasi. Aktivitas dagang di Pelabuhan Sunda Kelapa pun ditingkatkan secara
pesat.
3. Johan van Oldenbarnevelt
VOC tidak akan terbentuk apabila Johan van Oldenbarnevelt tidak menginisiasinya.
Ia merupakan negarawan dan pendiri VOC di tahun 1609. Pria kelahiran Amersfoot,
Belanda ini mempelajari ilmu hukum di Bourges, Louvain, dan Heidelberg. Melansir
Britannica, Johan van Oldenbarnevelt menjadi advokat saat kembali ke Belanda dan
bekerja di sebuah pengadilan yang terletak di Den Haag.Terkait pendirian VOC, van
Oldenbarnevelt kala itu berpikir untuk membuat sebuah asosiasi yang bisa menjadi
wadah bagi perusahaan-perusahaan dagang Belanda. Apalagi ketika itu persaingan
antara perusahaan dagang Belanda memang sangat panas terasa. Idenya pun terwujud
dan VOC tumbuh sebagai salah satu perusahaan dagang terbaik dunia pada masanya.
4. Herman Willem Daendels
Herman Willem Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari tahun 1808
sampai tahun 1811. Ia bertugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman
Inggris, memperbaiki sosial ekonomi di Nusantara terutama Jawa, dan memperbaiki
administrasi pemerintahan. Pada masa itu Jawa merupakan daerah satu-satunya koloni
Belanda yang masih bertahan. Selama memerintah, ia bersikap diktaktor dan
menelurkan sejumlah kebijakan di berbagai bidang yang membuat sengsara rakyat. Ia
juga dikenal sebagai tokoh yang mempelopori kerja rodi, kebijakan yang mewajibkan
rakyat Priangan menanam tanaman ekspor kopi dan hasil panennya harus dijual
dengan harga 10 gulden per kwintal. Harga tersebut sangat rendah karena di pasaran
lebih tinggi 10 kali lipat. Daendels pernah membuang Sultan Banten karena tidak
sanggup mengumpulkan seribu orang setiap hari untuk mengerjakan proyek jalan raya
Anyer sampai Panarukan. Proyek yang digagasnya itu menyebabkan lebih dari seribu
orang mati dan ribuan lagi cedera akibat sistem kerja paksa Daendels. Jalan raya
Anyer sampai Panarukan itu sampai kini masih digunakan dengan panjang 1.2000
km.
Hak istimewa VOC di Indonesia
1. Hak Istimewa VOC dari Pemerintah Belanda VOC mempunyai beberapa hak
istimewa yang diberikan oleh Pemerintah Belanda. Hak istimewa VOC tersebut
adalah:
 Hak monopoli perdagangan Pemerintah Belanda memberikan kuasa penuh
untuk VOC dalam rangka memonopoli perdagangan di Nusantara. VOC
diharapkan dapat menguasai rempah-rempah dari berbagai titik Nusantara.
Rempah-rempah tersebut akan didistribusikan ke Pemerintah Belanda maupun
dijual kembali untuk menunjang sektor ekonomi.
 Hak memungut pajak
 Hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri
 Hak membentuk angkatan perang
Hak istimewa VOC lainnya adalah hak membentuk angkatan perang dari sektor
apapun, baik darat, laut, dan udara. Hal ini bertujuan untuk memperkuat
pemerintah Belanda dengan meningkatkan daya tempur tentara Belanda. Ini
berguna untuk mempertahankan wilayahnya maupun berperang dengan negara
lain untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Pemerintah Belanda hanya perlu
fokus pada hal-hal penting untuk membangun negaranya Hak mencetak dan
mengeluarkan mata uangVOC mempunyai ide untuk mencetak dan mengeluarkan
mata uang sebagai alat transaksinya. Hak ini bertujuan agar proses monopoli
perdagangan berjalan dengan lancar dan tidak menyebabkan perseteruan. VOC
secara tidak langsung membantu Pemerintah Belanda dari sektor ekonomi. Mata
uang tersebut juga dapat digunakan sebagai salah satu aturan sewa tanah bagi
mereka yang menduduki Nusantara. Hal ini berarti bagi yang menduduki
Nusantara maka diwajibkan untuk membayar sewa tanah dengan mata uang yang
sudah ditentukan.
Kebijakan-kebijakan VOC dalam bidang Ekonomi dan Politik.
 Bidang Ekonomi
Selama menguasai Nusantara, banyak kebijakan ekonomi yang diterapkan
oleh VOC. Dilansir dari buku Diktat Perekonomian Indonesia (2020), karya
Reni Ria Armayani Hasibuan, berikut kebijakan VOC di bidang ekonomi:
Monopoli perdagangan rempah-rempah VOC datang ke Nusantara untuk
mengeruk kekayaan rempah-rempah serta melakukan monopoli perdagangan.
VOC paling gencar melakukan monopoli perdagangan di Maluku. Agar
rencananya ini berhasil, VOC telah menentukan sejumlah peraturan yang
harus dipatuhi dan dijalankan oleh rakyat Maluku, yakni: Rakyat Maluku
dilarang menjual rempah-rempah kepada pihak lain selain VOC. Jumlah
tanaman rempah-rempah beserta lokasi lahannya juga harus ditentukan oleh
VOC. Dalam jurnal berjudul Masa Kolonial Belanda (1800-1825) karya
Kardiyat Wiharyanto, dituliskan jika VOC juga melakukan monopoli beras
dan garam di beberapa daerah.
Hak ekstirpasi
Hak ekstirpasi merupakan hak yang dimiliki VOC untuk menebang atau
memusnahkan tanaman rempah-rempah saat hasil produksinya melebihi
ketentuan. Tujuan utama dari penerapan hak ekstirpasi ini adalah untuk
mencegah harga rempah-rempah merosot di pasaran. Kebijakan ini sangat
merugikan rakyat karena tidak ada pemberlakukan sistem ganti rugi dan hanya
menguntungkan VOC.
Verplichte Leverantie
Verplichte Leverantie atau penyerahan paksa merupakan kebijakan ekonomi
VOC yang mengharuskan rakyat untuk menyerahkan hasil buminya kepada
VOC. Contoh hasil bumi yang harus diserahkan kepada VOC ialah lada, kayu,
kapas, beras, nila serta gula. Dalam kebijakan ini, VOC telah menetapkan
harga tertentu untuk hasil bumi rakyat. Selain itu, kebijakan ekonomi ini juga
tidak memperbolehkan rakyat untuk menjual hasil buminya ke pihak lain,
selain kepada VOC.
Contingenten
Contingenten merupakan kewajiban rakyat untuk membayar pajak sesuai
dengan harga yang ditentukan VOC. Pembayaran pajak ini menggunakan hasil
bumi. Pembayaran ini juga dilakukan tanpa sistem ganti rugi. Tujuan utama
dari penerapan contingenten atau pajak sewa tanah adalah untuk menambah
kas keuangan VOC. Kebijakan ini menambah penderitaan rakyat karena hasil
bumi yang diserahkan harus disesuaikan dengan yang ditentukan VOC.
Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi merupakan kebijakan ekonomi VOC untuk mengawasi
tindakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku serta menghukum
pelanggarnya.Selain itu, pelayaran hongi juga bertujuan untuk mencegah
penyelundupan hasil bumi ke pihak lain selain VOC. Pelayaran ini dilakukan
dengan menggunakan perahu kora-kora atau perahu perang saat itu. Alasan
utama VOC menerapkan pelayaran hongi karena keterbatasan akses masuk ke
Malaka yang mana merupakan daerah penghasil rempah-rempah.
Preangerstelsel
Preangerstelsel merupakan kebijakan ekonomi milik VOC yang memaksa dan
mewajibkan rakyat untuk menanam kopi dan memberikan hasilnya ke VOC.
Kebijakan ini dilakukan sekitar tahun 1720 di wilayah Parahyangan.
Preangerstelsel juga dikenal sebagai sistem tanam paksa kopi. Kebijakan
ekonomi ini terus berjalan hingga 1916.
 Bidang Politik
Penggunaan politik devide et impera atau politik adu domba
Penggunaan politik ini membuat banyak orang berselisih, berkonflik bahkan
berperang di antara Bangsa Indonesia. Salah satu alasannya karena adanya
perebutan tahta serta kekuasaan. Contoh keberhasilan VOC dalam
menerapkan politik devide et impera ialah konflik perebutan takhta di
Kerajaan Mataram. Konflik ini membuat posisi Belanda sangat diuntungkan,
sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi
4 kerajaan. Contoh lainnya ialah Perang Makassar. Dalam perang ini, VOC
atau Belanda berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar.
Karena VOC dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah
berseteru dengan Sultan Hasanudin. Politik devide et impera mempermudah
VOC dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaanya. Selain itu, melalui
politik ini VOC atau Belanda bisa dengan mudah menyingkirkan pihak
pribumi yang menentang kebijakannya.

Pengangkatan gubernur jenderal


Salah satu kebijakan politik VOC adalah pengangkatan gubernur jenderal
sebagai wakil Pemerintah Belanda di Hindia Belanda. Salah satu tugas utama
dari gubernur jenderal ialah mengatur dan menjalankan kongsi dagang di
Hindia Belanda. Para gubernur jenderal tersebut membuat banyak kebijakan
yang sangat merugikan rakyat Indonesia. Salah satu contohnya adalah tanam
paksa, pembangunan jalan Anyer-Panarukan, dan lain sebagainya. Contoh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda ialah Pieter Both, Herman Willem
Daendels, Jan Pieterszoon Coen, Cornelis Speelman, dan masih banyak lagi.

Pemberlakukan sistem indirect rule


Indirect rule merupakan sistem pemerintahan tidak langsung. VOC atau
Belanda mengangkat rakyat pribumi pilihannya untuk menjadi wakil yang
berurusan langsung dengan rakyat pribumi lainnya. Pengangkatan pejabat
pribumi ini menjadi salah satu alasan kesuksesan sistem tanam paksa di
Nusantara saat itu. Pejabat yang diangkat oleh VOC atau Belanda ini sangatlah
kaya sementara rakyat pribumi tetap menderita. Biasanya pemilihan pejabat
pribumi ini didasarkan pada sistem keturunan serta patron-klien atau upaya
baik yang dilakukan bawahan untuk menarik hati atasannya.

Faktor-Faktor Penyebab Bubarnya VOC


 Faktor Internal
a. Terjadi korupsi di semua level tingkatan birokrasi dari mulai pegawai
hingga pejabat tinggi VOC. Korupsi ini diakukan dengan berbagai cara seperti
memotong keuntungan dari hasil dagang, memotong uang kas dan anggaran,
mengajukan target setoran di bawah potensi yang nyata aga bisa ada kelebihan
dan masuk kantong pribadi dan melakukan pungutan dalam pengangkatan
bupati atau kepala desa. Gubernur Jenderal Johan van Hoorn bahkan
dikabarkan berhasil menimbun harta 10 juta gulden saat kembali ke Belanda
di tahun 1709 padahal gaji nya hanya 700 gulden saja. Selain itu uang suap
diberikan oleh mereka yang ingin masuk jadi karyawan VOC.
b. Sebagian pegawai VOC ikut serta dalam kegiatan perdagangan rempah-
rempah demi kepentingan pribadi, sesuatu hal yang sebenarnya tidak etis,
ilegal dan merugikan VOC itu sendiri.
c. Perdagangan gelap yang merajalela yang menerobos monopoli perdagangan
VOC. Perdagangan gelap ini difasilitasi oleh pejabat-pejabat VOC yang
korup.
d. Anggaran biaya untuk para pegawai sangat besar karena makin meluasnya
kekuasaan VOC. Hal ini tidak seimbang dengan keutungan VOC yang
semakin menurun.
e. Biaya perang yang digunakan untuk menanggulangi perlawanan rakyat
seperti perlawanan yang terjadi di Gowa-Makassar. Akibatnya utang VOC
menumpuk dengan totalnya 134,7 juta gulden saat VOC dibubarkan. Semua
utang dan kekayaan VOC yang ditinggalkan seperti kantor, gudang, benteng,
kapal dan wilayah kekuasaan di nusantara diambil alih oleh pemerintah
Belanda.
f. Adanya persaingan dengan perserikatan dagang lainnya seperti East Indian
Company Inggris dan Compagnie des Indes Prancis, para pejabat dan pegawai
VOC yang korup membuat persaingan ini tidak dapat dimenangkan oleh
VOC.
g. Pemasukan yang kecil disertai utang menumpuk menyulitkan VOC untuk
menumpuk menyulitkan VOC untuk memberikan imbal hasil kepada para
pemegang saham.

 Faktor Eksternal
Di tahun 1795, Perancis dibawah Napoleon Bonaparte menguasai Belanda dan
mendirikan Republik Bataaf. Sebelumnya di tahun sama atas dukungan
Prancis, Raja Belanda Willem V digulingkan alias dikudeta oleh kaum
republikan Belanda. Belanda pun menjadi republik dan setelah itu Raja Wilem
V menyingkir ke Inggris. Republik baru ini menjadi semacam negara bawahan
dari Prancis. Sebagai republik, Belanda menjadi sekutu Prancis dalam gerakan
anti monarki untuk melawan Inggris. Pendudukan ini merupakan bagian dari
cita-cita imperialisme Napoleon Bonaparte menyebarluaskan hasil dan cita-
cita Revolusi Prancis ke seluruh negara Eropa yang umumnya masih
menganur sistem negara monarki. Perubahan politik ini ikut mempengaruhi
kebijakan Belanda terhadap VOC. Pemerintah Republik Bataaf memandang
apa yang dilakukan VOC bertentangan dengan semangat kesetaraan dan
kebebasan. Oleh sebab itu VOC harus dibubarkan dan terjadi di tahun 1799.
Belanda tetap menjadi bagian Prancis sampai tahun 1813 Prancis menarik
seluruh pasukannya dari Belanda akibat kalah perang di Pertempuran Leipzig
Oktober 1813. Dalam kondisi bangkrut VOC tidak dapat berbuat banyak.
Menurut penilaian pemerintah keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang
menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan tidak dapat dilanjutkan lagi.
VOC telah bangkrut. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC
dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil alih
oleh pemerintah Belanda. Pada waktu itu sebagai Gubernur Jenderal VOC
yang terakhir Van Overstraten masih harus bertanggung jawab tentang
keadaan di Hindia Belanda. Ia bertugas mempertahankan Jawa dari serangan
Inggris.

Anda mungkin juga menyukai