Sejarah Kedatangan VOC Ke Indonesia Pembentukan awal VOC dimulai dengan kedatangan
orang Eropa melalui Jalur Laut Vasco da Gama pada tahun 1497-1498 yang berlayar dari
Eropa ke India melalui Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang membuat tidak adanya
persaingan dengan pedagang Timur Tengah. untuk mendapatkan akses ke Asia Timur, yang
pada awalnya diupayakan pada jalur darat yang sangat berbahaya. Tujuan asli orang Eropa ke
Asia Timur dan Tenggara termasuk ke nusantara adalah berdagang, seperti yang terjadi pada
bangsa Belanda. Misi dagang tersebut diikuti oleh kebijakan penjajahan Belanda dengan
kerajaan Jawa, Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curacao, tujuan Belanda
sejak awal adalah penjajahan. Untuk mengurus kepentingan ekonominya di wilayah-wilayah
yang telah dikuasai oleh VOC, dibangun kantor-kantor dagang, pos-pos tentara, bahkan
berbagai jenis benteng. Para pejabat lokal VOC itu diberi tanggung jawab yang berbeda-beda
sejalan dengan jangkauan wewenangnya. Ambon, Banda, dan Temate masing-masing
dipimpin seorang Gubernur karena selain memiliki hak berdagang, di sana VOC juga
menguasai suatu wilayah tertentu di sekitar bentengnya. Pada tahun 1595 Perseroan
Amsterdam untuk pertama kalinya mengirim angkatan kapal dagangnya yang terdiri atas 4
kapal ke Indonesia bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan pada 14 Agustus 1597 tiba
kembali di Tessel. Kemudian pada 1Mei 1598 angkatan kedua di bawah pimpinan va Nede,
van Heemskerck dan van Warwijck. Selain kapal-kapal tersebut, masi ada beberapa kapal
yang dikirim ke Indonesia, di antaranya kapal yang bertolak dari Vissingen, Middelburg, dan
Rotterdam. VOC bertujuan untuk menguasai perdagangan di Indonesia. Keinginan VOC
tersebut telah membangkitkan perlawanan pedagang pribumi yang merasa terancam
kepentingannya. Para pedagang pribumi menunjukkan sikap bermusuhan terhadap kehadiran
Belanda (VOC). Sikap bermusuhan dari pedagang pribumi semakin menguat karena VOC
memberlakukan sistem monopoli perdagangan. Sistem monopoli perdagangan yang
diterapkan oleh VOC sangat bertentangan dengan sistem perdagangan tradisional yang
berlaku saat itu.
Gubernur-gubernur VOC
1. Pieter Both
Tokoh VOC lain yang juga terkenal di Indonesia adalah Pieter Both. Jika Johan van
Oldenbarnevelt adalah pendiri VOC, maka Both adalah Gubernur Jenderal pertama
yang dimiliki VOC. Ia memimpin sejak tahun 1610 sampai 1614.Mengutip jurnal
bertajuk “Peranan Jan Pieterzoon Coen di Bidang Politik dan Militer Tahun 1619 –
1623”, Both lahir di Amersfoort, Belanda pada 1568. Ia didapuk sebagai pimpinan
VOC usai menyelesaikan tugasnya sebagai perwira laut utama Hindia Belanda.Both
kemudian ditugasi untuk menciptakan sistem monopoli perdagangan. Hal itu
dilakukan di kepulauan yang dimiliki Hindia Belanda dengan kerajaan Belanda. Ia
juga mendirikan pos perdagangan di Banten.Pada masa kepemimpinannya, Both
melakukan perjanjian dengan warga di Pulau Maluku, menaklukkan Pulau Timor, dan
mengambil alih Pulau Tidore. Sebelumnya, Both berhasil memukul mundur Spanyol
dari pulau tersebut. Saat masa jabatannya habis, ia kembali ke Belanda dan membawa
empat kapal. Sayangnya, dua kapal, termasuk yang ia tumpangi, karam di perairan
Maurits. Both tidak berhasil menyelamatkan diri dan tewas dalam peristiwa itu.
Faktor Eksternal
Di tahun 1795, Perancis dibawah Napoleon Bonaparte menguasai Belanda dan
mendirikan Republik Bataaf. Sebelumnya di tahun sama atas dukungan
Prancis, Raja Belanda Willem V digulingkan alias dikudeta oleh kaum
republikan Belanda. Belanda pun menjadi republik dan setelah itu Raja Wilem
V menyingkir ke Inggris. Republik baru ini menjadi semacam negara bawahan
dari Prancis. Sebagai republik, Belanda menjadi sekutu Prancis dalam gerakan
anti monarki untuk melawan Inggris. Pendudukan ini merupakan bagian dari
cita-cita imperialisme Napoleon Bonaparte menyebarluaskan hasil dan cita-
cita Revolusi Prancis ke seluruh negara Eropa yang umumnya masih
menganur sistem negara monarki. Perubahan politik ini ikut mempengaruhi
kebijakan Belanda terhadap VOC. Pemerintah Republik Bataaf memandang
apa yang dilakukan VOC bertentangan dengan semangat kesetaraan dan
kebebasan. Oleh sebab itu VOC harus dibubarkan dan terjadi di tahun 1799.
Belanda tetap menjadi bagian Prancis sampai tahun 1813 Prancis menarik
seluruh pasukannya dari Belanda akibat kalah perang di Pertempuran Leipzig
Oktober 1813. Dalam kondisi bangkrut VOC tidak dapat berbuat banyak.
Menurut penilaian pemerintah keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang
menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan tidak dapat dilanjutkan lagi.
VOC telah bangkrut. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC
dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil alih
oleh pemerintah Belanda. Pada waktu itu sebagai Gubernur Jenderal VOC
yang terakhir Van Overstraten masih harus bertanggung jawab tentang
keadaan di Hindia Belanda. Ia bertugas mempertahankan Jawa dari serangan
Inggris.