Anda di halaman 1dari 6

TUGAS LAPORAN BACAAN MATERI SEJARAH KOLONIALISME DI INDONESIA

KELAS REGULER E 2021


ANGGOTA KELOMPOK 6 : 1.MATTHEW SIAHAAN NIM:3213321004
2.WINRA SIANTURI NIM:3213121017
3.JOLY BERUTU NIM:3213121053
4.CRESENSIA SIMANJUNTAK NIM:3213321022
5.DIAN PURBA NIM:3213321018

TUGAS LAPORAN BACAAN MATKUL SEJARAH KOLONIAL(KOLONIAL INGGRIS DI


INDONESIA)

Latar belakang Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada Inggris

Sejak abad ke-17 para pedagang Inggris telah berdagang sampai ke daerah India,
dan mendirikan kongsi dagang yang bernama East india company (EIC) dengan daerah
operasinya adalah India. Pusat kekuasaan EIC adalah di Calcuta, India dan dari kota
inilah Inggris mulai meluaskan wilayahnya ke Asia tenggara. Pada abad ke-18 para
pedagang Inggris sudah banyak yang berdagang di Indonesia, sehingga sekaligus
menjadi pesaing VOC (Belanda). Bahkan sejak Belanda mejadi sekutu Perancis, Inggris
selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Dan pada tahun 1811 Thomas
Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di
Indonesia. Namun, pada tahun 1816 John Fendall menyerahkan wilayah Indonesia
kepada Belanda setelah ditandatanganinya Convention of London tahun 1814.

Setelah Deandels ditarik ke negeri Belanda, Jansens diangkat menjadi Gubernur


Jenderal atas wilayah Indonesia. Jansens baru mengetahui bahwa tentara yang dibentuk
Deandels sangatlah lemah. Sedangkan untuk mempercayakan pertahanan atas Pulau
Jawa kepada raja-raja di Jawa sangatlah tidak mungkin, karena raja-raja tersebut sangat
anti kepada Deandels dan memusuhi Belanda.

Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah


yang diduduki Belanda. Pasukan Inggris tidak kesulitan menghadapi pasukan Belanda.
Karena raja-raja di Jawa juga melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda.
Serangan-serangan tersebut menyebabkan Belanda terpaksa menyerah kepada Inggris.
Akhir dari penjajahan Belanda-Prancis itu ditandai dengan Kapitulasi Tuntang yang
ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris
dan Jansens dari pihak Belanda. Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahka


kepada Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan
Inggris.
c. Semua pegawai Belanda yang mau
bekerja sama dengan Inggris dapat
memegang jabatannya terus.
d. Semua utang pemerintahan Belanda yang
dahulu, bukan menjadi tanggung jawab
Inggris.

Oleh karena itu, sejak tahun 1811 wilayah Indonesia menjadi jajahan East Indian
Company (EIC), badan perdagangan Inggris yang berpusat di Calcuta (India), yang
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Lord Minto. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang,
Lord Minto mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai pemegang pemerintahan
dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal.

2.2 Pemerintahan Inggris di Indonesia

Tanggal 18 September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di


Hindia. Gubernur Jenderal Lord Minto secara resmi mengangkat Raffles sebagai
penguasanya. Pusat pemerintahan Inggris berkedudukan di Batavia. Sebagai penguasa
di Hindia, Raffles mulai melakukan langkah-langkah untuk memperkuat kedudukan
Inggris di tanah jajahan. Langkah Raffels yang terkenal adalah dalam bidang ekonomi,
antara lain sebagai berikut.

 Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang akan
meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
 Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi.
 Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
 Penghapusan sistem monopoli.
 Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.
Thomas Stamford Raffles

Selain itu, Raffles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia
juga memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan
perdagangan bebas. Walaupun demikian, kekuasaan Inggris tetap saja menindas bangsa
Indonesia. Hubungan antara Indonesia dengan Eropa, hampir seluruhnya dikuasai oleh
pihak Inggris. Akan tetapi pemerintahan Raffles di Indonesia juga mendapatkan
tanggapan positif dari para raja dan rakyat Indonesia karena hal berikut ini.

a. Para raja dan rakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan Daendels yang
sewenang-wenang dan kejam.
b. Ketika masih berkedudukan di Pinang, Malaysia, raffles beberapa kali
melakukan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yang anti-Belanda di Indonesia,
seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta dengan janji akan memberikan
hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan tersebut
c. Sebagai seorang lieralis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Ia
menjalankan politik dengan murah hati dan sabar walaupun praktiknya
berlainan.

2.3 Kebijakan Pemerintahan Thomas S. Raffles

Dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia, Raffles didampingi oleh suatu


Badan Penasihat (Advisory Council) yang terdiri atas Gillespie, Cranssen, dan
Muntinghe. Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah di Indonesia (1811-1816)
adalah sebagai berikut:

1) Di Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Memberikan kebebasan kepada para petani untuk menanam tanaman ekspor,
sedangkan pemerintah berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani
menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
b) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/ pajak/penyerahan
diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).
c) Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) dimana para petani diwajibkan
membayar pajak atas pemakaian tanah pemerintah, karena semua tanah
dianggap milik negara.
Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah mengalami
kegagalan karena:
- Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah, karena tidak
semua rakyat mempunyai tanah yang sama.
- Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani.
- Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
- Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
2) Di Bidang Birokrasi Pemerintahan
Dalam bidang birokrasi pemerintahan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan, yang terdiri atas beberapa distrik.
Setiap sidtrik terdapat beberapa divisi (kecamatan) yang merupakan umpulan
dari desa. Kebijakan ini bertujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan
pengawasan.
b) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi
menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat.
c) Penguasa-penguasa pribumi yang dilepaskan kedudukannya, kemudian mereka
dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung dibawah kekuasaan
pemerintahan pusat.
3) Di Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripafa yng
dilaksanakn oleh Daendel. Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit
(ras), Raffles lebih berorientasi pada besar-kecilnya kesalahan. Menurut
Raffls, pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh keadilan. Oleh
karena itu, harus ada benteng yang sama bagi setiap warga negara.
4) Di Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Menghapus kerja rodi (kerja paksa)
b) Menghapus perbudakan. Namun dalam praktiknyaia melanggar undang-
undangnya sendiri dengan melakukan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke
Banjarmasin untuk membantu temannya, Alexander Hare, yang kekurangan
tenaga kerja.
c) Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan
melawan harimau.
5) Di Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang
berguna bagi ilmu pengetahuan, antara lain berikut ini:
a) Ditulisnya buku berjudul History of Java. Dalam menulis buku tersebut, Raffles
dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep,
Notokusumo II.
b) Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East
Indian Archipelago, diterbitkan dalam tiga jilid di Edinburg pada tahun 1820.
c) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi. Raffles bersama Arnoldi berhasil
menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia. Bunga
tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.
e) Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

Selama lima tahun Raffles berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali


persengketaan dengan pribumi, seperti dengan Palembang (1811), Yogyakarta (1812),
Banten (1813), dan Surakarta (1815).

2.4 Berakhirnya Kekuasaan Thomas S.Raffles

Peristiwa yang terjadi di Eropa ikut mempengaruhi keadaan di Indonesia.


Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan dalam pertempuran di Leipzig dan kemudian
tertangkap, sebagai dampak dari kekalahan Napoleon itu, pada tahun 1814 Inggris harus
mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda yang pernah dikuasainya melalui
Convention of London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-
wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut:

a) Indonesia dikembalikan kepada Belanda


b) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Gunaya, tetap ditangan Inggris.
c) Cochin (di Pantai Makassar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka
diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.

Raffles yang sudah terlanjur tertarik kepada Indonesia tidak setuju dengan
keputusann-keputusan itu. Akan tetapi, Raffles cukup senang karena bukan ia yang
harus menyerahkan kekuasaan kepada belanda, melainkan penggantinya John Fendall
yang berkuasa hanya lima hari. Pada tahun 1816, John Fendall menyerahkan wilayah
Indonesia kepada Belanda. Raffles kemudian menjadi gubernur di Bengkulu yang
meliputi wilayah Bangka dan Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di antara
dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan Inggris itu disebut sebagai masa
interregnum (masa sisipan).

Anda mungkin juga menyukai