Kelas : XI MIPA 2
Absen : 25
Hari/Tgl : Senin,26 Juli 2021
V. Pemerintahan Janssens
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan
Willem Janssen. Mulai saat inilah pemerintahan Willem Janssen di Hindia Belanda
(Indonesia). Janssen dikenal seorang politikus berkebangsaan Belanda.
Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia sudah jatuh ke tangan Inggris.
Sementara itu penguasa Inggris di India, Lord Minto telah memerintahkan Thomas
Stamford Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa.
Raffles segera mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi Laut Jawa. Pengalaman
pahit Janssen saat terusir dari Tanjung Harapan pun terulang. Pada Tanggal 4 Agustus
1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul di perairan
sekitar Batavia. Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1811
Batavia jatuh ke tangan Inggris. Janssen berusaha menyingkir ke Semarang bergabung
dengan Legiun Mangkunegara dan prajurit-prajurit dari Yogyakarta serta Surakarta.
Namun pasukan Inggris lebih kuat sehingga berhasil memukul mundur Janssen beserta
pasukannya.
Janssen kemudian mundur ke Salatiga dan akhirnya menyerah di Tuntang. Penyerahan
Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada
tanggal 18 September 1811. Dengan menyerahnya Janssen kepada Inggris, maka
berakhirlah masa pemerintahan republik Bataaf di Hindia Belanda (Indonesia).
Pemerintahan Janssen di Hindia Belanda (Indonesia) hanya selama 6 bulan.
F. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles
1. Masa pemerintahan Inggris di Nusantara
Inggris sempat menjajah Indonesia dari tahun 1811 hingga 1816. Inggris di bawah
pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di
Indonesia yang ditandai dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian Tuntang dilakukan pada
18 September 1811 yang berisi sebagai berikut:
3. Kegagalan Raffles
Sistem sewa tanah yang gagal
Sistem sewa tanah tersebut dilakukan dengan menetapkan pajak tanah kepada petani,
sehingga mereka memiliki kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang
diinginkan.
Namun, penerapan sistem sewa tanah ini mengalami kegagalan. Salah satunya karena
sistem landelijk stelsel ini belum banyak diketahui masyarakat Pulau Jawa, contohnya
Sunda. Selain itu, sebagian besar Pulau Jawa khususnya distrik timur dan tengah
belum mengenal sistem perjanjian tanah antara penguasa lokal dengan petani. Bentuk
kegagalan lainnya adalah banyak petani yang tidak membayar sewa kepada zemindar.
Bahkan banyak tanah yang justru dikuasai oleh para penguasa lokal.
Jika dirangkum, berikut beberapa faktor penyebab kegagalan penerapan sistem tanam
paksa atau sistem sewa tanah oleh Raffles, yakni:
a) Masih ada banyak masyarakat Indonesia, khususnya Pulau Jawa yang belum
mengenal sistem sewa tanah melalui perjanjian.
b) Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal uang.
c) Ukuran tanah belum bisa diukur dengan tepat.
d) Sulit untuk menentukan tingkat kesuburan tanah serta tingkatan pajak tanah.
2) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan
kepada Belanda sebagai gantinya.
Van der Capellen, memerintah antara tanggal 19 Agustus 1816 – 1 Januari 1826.
Ia merupakan Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang ke-41. Di masanya ia juga
harus menghadapi rongrongan Raffles, sebagai Komisaris Jenderal Bengkulu,
yang mencoba menguasai Sumatra dan Kalimantan untuk dikuasai raja Britania
Raya. Perselisihan ini terselesaikan dengan disepakatinya Traktat London 1824.
Permasalahan keamanan lainnya yang harus dihadapinya adalah Perang Paderi di
Minangkabau, Perang Diponegoro, perlawanan sultan Palembang, dan
pemberontakan di Maluku.