Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Raihan Ramadhan

Kelas : XI MIPA 2
Absen : 25
Hari/Tgl : Senin,26 Juli 2021

E. Masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels dan Janssens


I. Pada tahun 1795, pasca pembubaran VOC
Korupsi dan perang terus-menerus di berbagai daerah di Nusantara membuat VOC
mengalami krisis keuangan. Di Eropa, pada Desember 1794 hingga Januari 1795,
Perancis menyerbu Belanda. Pada tahun 1796, De Heeren XVII yang mengatur operasi
VOC di Indonesia dibubarkan. De Heeren XVII digantikan dengan komite baru. Tak
lama, pada 1 Januari 1800, VOC dibubarkan.
Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di Belanda
pada tahun 1806. Kemudian pada 1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem
Daendels ke Batavia. Selama tiga tahun yakni dari 1808-1811, Daendels menjadi
Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

II. Tugas utama Herman Willem Daendels


Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris serta
memperkuat pertahanan dan juga memperbaiki administrasi pemerintahan juga
kehidupan sosial ekonomi di Nusantara khususnya di tanah Jawa. Berikut merupakan
langkah-langkah yang diambil oleh Daendels guna menjalankan tugasnya:
a. Membangun benteng-benteng pertahanan baru
b. Membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon
c. Meningkatkan jumlah tentara, dengan mengambil orang-orang pribumi karena pada
waktu pergi ke Nusantara, Daendels tidak membawa pasukan.
d. Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan di ujung timur Pulau Jawa,
Provinsi Jawa Timur sepanjang kurang lebih 1.100 km.
III.Kebijakan Daendels dibidang pemerintahan, militer, peradilan, sosial
ekonomi
 Bidang pemerintahan:
a) Membatasi pengaruh kekuasaan kerajaan-kerajaan tradisional Indonesia terhadap
aspek-aspek kehidupan masyarakat.
b) Membagi pulau Jawa menjadi 23 karisidenan
c) Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional daerah diubah menjadi pegawai
dibawah pemerintah kolonial
d) Membagai wilayah Jawa bagian timur menjadi 5 prefektur (setingkat provinsi)
yaitu Surabaya, Sumenep, Rembang, Pasuruan, Gresik.
 Bidang militer:
a) Membangun benteng-benteng baru di sekitar pesisir pulau Jawa
b) Membangun pangkalan angkatan laut di pelabuhan Anyer dan Ujung Kulon.
c) Membangun jalan raya Anyer-Panarukan untuk memudahkan mobilisasi pasukan
dan logistik perang.
d) Menjadikan penduduk pribumi sebagai tentara pemerintah kolonial Membangun
pabrik senjata di Surabaya dan Semarang
 Bidang peradilan
Daendels membentuk tiga jenis peradilan, antara lain:
a) Pertama, peradilan untuk orang Eropa;
b) Kedua, peradilan untuk orang-orang Timur Asing;
c) Ketiga, peradilan untuk orang-orang pribumi.
Khusus untuk peradilan kaum pribumi, dibentuk di setiap prefektur, misalnya di
Surabaya, Batavia, dan Semarang.
Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Pemberantasan
korupsi diberlakukan terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur
Asing.
 Bidang sosial – ekonomi
a) Mengharuskan rakyat pribumi untuk melaksanakan penyerahan wajib atas hasil
pertaniannya
b) Menjual tanah-tanah Indonesia kepada pihak swasta
c) Menanam tanaman komoditas yang laku di pasar internasional
d) Memungut pajak kepada rakyat pribumi
e) Menggabungkan wilayah Kasunanan dan Kasultanan ke dalam wilayah
pemerintah kolonial.

IV. Berakhirnya pemerintahan Daendels


Pada Mei 1811, Daendels dicopot dari jabatannya. Ia tak bisa membangun hubungan
dengan penguasa tanah Jawa. Daendels juga dituduh memperkaya diri sendiri dengan
menjual tanah-tanah pemerintah. Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. Namun
Janssens tak bertahan lama karena terus diserang Inggris.

V. Pemerintahan Janssens
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan
Willem Janssen. Mulai saat inilah pemerintahan Willem Janssen di Hindia Belanda
(Indonesia). Janssen dikenal seorang politikus berkebangsaan Belanda.
Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia sudah jatuh ke tangan Inggris.
Sementara itu penguasa Inggris di India, Lord Minto telah memerintahkan Thomas
Stamford Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa.
Raffles segera mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi Laut Jawa. Pengalaman
pahit Janssen saat terusir dari Tanjung Harapan pun terulang. Pada Tanggal 4 Agustus
1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul di perairan
sekitar Batavia. Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1811
Batavia jatuh ke tangan Inggris. Janssen berusaha menyingkir ke Semarang bergabung
dengan Legiun Mangkunegara dan prajurit-prajurit dari Yogyakarta serta Surakarta.
Namun pasukan Inggris lebih kuat sehingga berhasil memukul mundur Janssen beserta
pasukannya.
Janssen kemudian mundur ke Salatiga dan akhirnya menyerah di Tuntang. Penyerahan
Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada
tanggal 18 September 1811. Dengan menyerahnya Janssen kepada Inggris, maka
berakhirlah masa pemerintahan republik Bataaf di Hindia Belanda (Indonesia).
Pemerintahan Janssen di Hindia Belanda (Indonesia) hanya selama 6 bulan.
F. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles
1. Masa pemerintahan Inggris di Nusantara
Inggris sempat menjajah Indonesia dari tahun 1811 hingga 1816. Inggris di bawah
pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di
Indonesia yang ditandai dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian Tuntang dilakukan pada
18 September 1811 yang berisi sebagai berikut:

a) Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta, India


b) Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris.
c) Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
d) Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
e) Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan
kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas. Meski
keberadaan Inggris tetap menindas rakyat Indonesia.

2. Kebijakan Raffles di bidang pemerintahan dan bidang ekonomi.


 Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan adalah:

a) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan (sistem keresidenan ini


berlanjut sampai tahun 1964)
b) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa
pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat
c) Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya
yang mereka peroleh secara turun-temurun
d) Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan
 Kebijakan ekonomi Raffles ini dikenal sebagai sistem pajak tanah (landrent
system). Berikut kebijakan di bidang ekonomi:
1. Raffles melakukan penghapusan terhadap pajak hasil bumi dan sistem
pungutan wajib yang sebelumnya dilakukan oleh VOC.
2. Petani yang sebelumnya diatur dalam proses pemilihan tanaman yang ditanam,
pada era Raffles diberi kebebasan dalam penanaman tanaman eksport.
3. Melakukan monopoli dagang untuk komoditas garam dan minuman keras.
4. Menerapkan sistem pajak secara perorangan.
5. Melakukan pembagian pajak berdasarkan sistem sewa tanah, sewa tanah pada
jaman Raffles terbagi menjadi 3 jenis yaitu Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

3. Kegagalan Raffles
 Sistem sewa tanah yang gagal
Sistem sewa tanah tersebut dilakukan dengan menetapkan pajak tanah kepada petani,
sehingga mereka memiliki kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang
diinginkan.
Namun, penerapan sistem sewa tanah ini mengalami kegagalan. Salah satunya karena
sistem landelijk stelsel ini belum banyak diketahui masyarakat Pulau Jawa, contohnya
Sunda. Selain itu, sebagian besar Pulau Jawa khususnya distrik timur dan tengah
belum mengenal sistem perjanjian tanah antara penguasa lokal dengan petani. Bentuk
kegagalan lainnya adalah banyak petani yang tidak membayar sewa kepada zemindar.
Bahkan banyak tanah yang justru dikuasai oleh para penguasa lokal.

Jika dirangkum, berikut beberapa faktor penyebab kegagalan penerapan sistem tanam
paksa atau sistem sewa tanah oleh Raffles, yakni:

a) Masih ada banyak masyarakat Indonesia, khususnya Pulau Jawa yang belum
mengenal sistem sewa tanah melalui perjanjian.
b) Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal uang.
c) Ukuran tanah belum bisa diukur dengan tepat.
d) Sulit untuk menentukan tingkat kesuburan tanah serta tingkatan pajak tanah.

4. Berakhirnya pemerintahan Raffles


Berakhirnya pemerintah Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of
London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil Belanda
dan Inggris yang isinya sebagai berikut:

1) Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

2) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan
kepada Belanda sebagai gantinya.

G. Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal

1. Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal

 Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, Indonesia dikuasai oleh pemerintah


Hindia Belanda. Pada mulanya, pemerintahan ini merupakan pemerintahan
kolektif yang terdiri atas tiga orang, yaitu Flout, Buyskess, dan van der Capellen.
Mereka berpangkat komisaris jenderal. Pemerintahan kolektif itu bertugas
menormalisasikan keadaan lama (Inggris) ke keadaan baru (Belanda). Masa
peralihan itu hanya berlangsung dari tahun 1816-1819. Pada tahun 1919, kepala
pemerintahan mulai dipegang oleh seorang gubernur jenderal, yaitu vander
Capellen (1816-1824).

2. Masa Pemerintahan Van der Capellen

 Van der Capellen, memerintah antara tanggal 19 Agustus 1816 – 1 Januari 1826.
Ia merupakan Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang ke-41. Di masanya ia juga
harus menghadapi rongrongan Raffles, sebagai Komisaris Jenderal Bengkulu,
yang mencoba menguasai Sumatra dan Kalimantan untuk dikuasai raja Britania
Raya. Perselisihan ini terselesaikan dengan disepakatinya Traktat London 1824.
Permasalahan keamanan lainnya yang harus dihadapinya adalah Perang Paderi di
Minangkabau, Perang Diponegoro, perlawanan sultan Palembang, dan
pemberontakan di Maluku.

Adapun kebijakan yang diterapkan oleh van der Capellen:

a) Memberikan kebebasan kepada kelompok swasta untuk menanamkan


modalnya di Hindia-Belanda.
b) Menghapus peran para pejabat lokal
c) Menetapkan pajak untuk penduduk pribumi.
Kebijakan Gubernur Jenderal van der Capellen kurang berhasil dan memberatkan
rakyat. Pada masa Gubernur Jenderal van der Capellen juga harus mengeluarkan
uang yang banyak untuk memadamkan perlawanan Diponegoro yang berakibat
semakin menipisnya kas negara. Oleh karena itu van der Capellen kemudian
digantikan oleh Hendrik de Kock.

3. Masa Pemerintahan Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies

 Leonard Pierre Joseph burggraaf du Bus de Gisignies (lahir di Mouscron, Belgia,


1 Maret 1780 meninggal di Antwerpen, 31 Mei 1849 pada umur 69 tahun), adalah
Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 42. Ia memerintah antara tahun 1826
– 1830. Ia adalah salah satu Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang beragama
Katolik.
 Du Bus de Gisugnies merupakan orang Katolik pertama yang memimpin Hindia
Belanda. Ia merupakan bangsawan Belgia dan saat menjabat sebagai Gubernur
Jenderal di Batavia, ia menyelesaikan gedung istana gubernur jenderal yang
sekarang digunakan sebagai Gedung Departemen Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai