INDONESIA
Di Belanda sendiri, terjadi perdebatan mengenai kebijakan politik yang tepat untuk Indonesia.
Perdebatan terjadi antara dua kubu, yaitu kaum liberal dan konservatif.
a. Kaum liberal berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberi keuntungan kepada negeri
induk apabila urusan ekonomi diserahkan kepada pihak swasta. Pemerintah kolonial hanya
memungut pajak dan mengawasi jalannya pemerintahan. Pemerintah tidak perlu ikut campur
tangan dalam urusan perdagangan hasil bumi di tanah jajahan.
b. Kaum konservatif berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada
negeri induk apabila urusan ekonomi ditangani langsung oleh pemerintah-Pemerintah harus ikut
campur tangan dalam pemungutan hasil bumi di tanah jajahan. Bagi kaum konservatif, Indonesia
belum siap menerima kebijakan liberal.
Sekitar tahun 1830-an, kebijakan politik pemerintah kolonial mulai bergeser ke arah
konservatif, kebijakan politik liberal lama-kelamaan ditinggalkan. Penyebabnya adalah
sebagai berikut:
a. Kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan, karena tidak sesuai dengan sistem
feodal yang berlaku di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
b. Pemerintah sulit berhubungan langsung dan bebas dengan rakyat, pemerintah harus melalui
perantaraan para penguasa setempat. Mereka ini cenderung menutupi fakta yang sebenarnya
terjadi.
c. Hasil perdagangan dari sektor ekspor belum memuaskan karena kalah bersaing dengan
Inggris.
d. Pemerintah mengalami defisit keuangan yang semakin besar akibat Perang Diponegoro.
e. Kesulitan ekonomi ini bertambah besar dengan terjadinya pemisahan Belgia dari Belanda
pada tahun 1830. Akibatnya, Belanda kehilangan daerah industrinya sehingga tidak mampu
menyaingi Inggris dalam ekspor hasil industri ke Indonesia.
C. Gerakan Keagamaan
Gerakan keagamaan merupakan gerakan pemurnian kembali ke ajaran agama Islam.
1) Gerakan Tarekat Naqtsabandiyah dan Qodariah Gerakan ini muncul pada tahun 1880-
an di sebelah utara Banten. Aliran Tarekat Naqtsabandiyah dan Qadariyah menjadi alat
pemersatu rakyat di daerah pedalaman.
2) Gerakan Budiah
Gerakan ini dipimpin oleh H. Muhammad Rifangi di desa Kali Salak, Karesidenan
Pekalongan pada tahun 1850. Untuk mencegah meluasnya pengaruh gerakan tersebut,
pemerintah kolonial Belanda menangkap H. Muhammad Rifangi. Kemudian ia
diasingkan ke luar Jawa.