1. Terbentuknya VOC
Tanggal 20 Maret 1602 John van Olden Barnevalt membentuk VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. Latar belakang didirikannya VOC
adalah : Semakin banyaknya para pedagang Belanda yang datang ke Indonesia, terjadi nya
persaingan dagang antar pedagang Belanda , untuk menghadapi persaingan dagang de ngan
kongsi dagang bangsa lain, banyaknya perlawanan dari rakyat Indonesia yang menen tang
eksistensi Belanda, dan keinginan memperluas pengaruh dan memperbesar kekuasaan.
Tujuan dibentuk VOC adalah : menghindari terjadinya persaingan dagang antar bangsa
Belanda , menghadapi persaingan dengan persekutuan dagang Inggris (EIC) dan Perancis di
Indo Cina, untuk menghadapi perlawanan dari rakyat Indonesia, untuk mengokohkan
kekuasaannya di Indonesia, untuk mencari dana guna mendukung keuangan negara Belanda.
Adapun hak-hak istimewa (Octroi) VOC adalah: memonopoli perdagangan, memelihara
angkatan perang, menyatakan perang, mengadakan perjanjian, mengangkat pegawai, hak untuk
memberi pengadilan, dan hak untuk mencetak dan mengedarkan mata uang.
Gubernur Jendral VOC pertama Pieter Both (1610-1614) berpusat di Ambon. Langkah
pertama yang dilakukan Belanda adalah menguasai Maluku dan merebut Benteng New Victoria
milik Portugis dan berhasil di wujudkan pada tahun 1605 yang menjadi tonggak kekuasaan
Belanda di Indonesia. Setelah Ambon dikuasai, Jacob Van Neck dan Wybrec van Warwyick
berusaha mendekati Sultan Banten dengan sikap lebih baik dan berhati-hati akhirnya Belanda
diterima masyarakat Banten. Gubernur Jenderal VOC kedua JP Coen berhasil merebut Jayakarta
30 Mei 1619 kemudian namanya diganti menjadi Batavia dan dijadikan pusat VOC yang baru.
Tanggal 31 Desember 1799 VOC di bubarkan dan langsung dibawah kekuasaan
pemerintahan Belanda (Republik Bataaf) .VOC bubar disebabkan oleh: kesulitan ekonomi dan
cenderung bangkrut, kalah bersaing dengan kongsi dagang Perancis dan Inggris, menurunnya
daya beli masyarakat Indonesia, munculnya perdagangan gelap menembus monopoli dagang
Belanda, pegawai VOC banyak melakukan korupsi, VOC banyak mengeluarkan biaya cukup
besar untuk perang, VOC tidak mampu lagi menggaji pegawai dan tentara, wilayah kekuasaan
VOC yang terlalu luas butuh dana tidak sedikit untuk mempertahankannya.
Daendels akhirnya ditarik ke negara Belanda dengan alasan untuk menjadi tentara yang akan
dikirimkan guna menghadapi Rusia. Adapun alasan sebenarnya karena ia telah berani menjual
tanah negara kepada swasta atau partikelir. Ia kemudian digantikan oleh Jan Willem Janssen
yang semula menjabat Gubernur Jendral di Tanjung Harapan. Dibawah
kekuasaanyaIndonesia jatuh ke tangan Inggris.
Program sistem sewa tanah atau land rente ini gagal karena: kepala desa punya kekuasaan
besar untuk menentukan jenis tanah , tidak ada dukungan dari para Bupati, belum adanya
pengukuran tanah secara tepat, sulit menentukan besarnya pajak tanah, Bupati kembali berperan
seperti pada masa VOC yaitu sebagai penguasa, kerja rodi dan perbudakan sulit dihapuskan
walaupun jumlahnya semakin berkurang.
Dampak positif kebijakan Raffles adalah Indonesia mulai mengenal sistem perekonomian
menggunakan uang sebagai alat tukar.
Akhir kekuasaan Inggris di Indonesia ditandai dengan penandatanganan Konvensi London
tanggal 19 Agustus 1814 antara John Fendell dari Inggris dengan Belanda yang diwakili Mr.
Elout, Baron Van der Capellen dan Buyske yang isinya Belanda memperoleh kembali tanah
jajahannya yang direbut Inggris termasuk wilayah Indonesia. Berdasar kesepakatan tersebut
Inggris mengembalikan Indonesia kepada Belanda pada tahun 1816 dan sebagai gantinya Inggris
memperoleh daerah kekuasaan Belanda di India. (Matroji: 1-8)
Jasa-jasa Raflles yaitu : menulis buku History of Java, menemukan bunga Raflesia Arnoldi
(bunga bangkai),merintis terbentuknya kebun raya Bogor, menghapus sistem perbudakan.
Sistem tanam paksa telah menyebabkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh adanya Cultuur Procenten yaitu imbalan atau hadiah bagi yang dapat
menyerahkan hasil melebihi dari ketentuan yang di tetapkan.
Cultuur procenten telah mendorong para pengawas lokal saling berlomba untuk
meningkatkan hasil tanaman perdagangan.Akibatnya terjadi banyak penyimpangan dari
ketentuan pokok aturan tanam paksa seperti :
a. Tanah untuk tanaman perdagangan melebihi dari 1/5 tanah penduduk.
b. Waktu untuk menanam perdagangan melebihi waktu tanam padi.
c. Tanah untuk tanaman perdagangan dikenakan pajak.
d. Hasil tanam perdagangan diserahkan pemerintah bila lebih dari ketentuan tidak
dikembalikan.
e. Kegagalan panen yang bukan menjadi tanggungan petani.
Akibat tanam paksa adalah: Belanda menjadi makmur, Belanda dapat melunasi hutang-
hutangnya bahkan dapat membangun kota Amsterdam, sedangkan dampak positifnya adalah
Indonesia mengenal berbagai macam tanaman perdagangan selain penderitaan, kesengsaraan
dan kelaparan yang dialami oleh bangsa Indonesia.
Reaksi terhadap pelaksanaan tanam paksa: kemenangan kaum liberal dalam parlemen
menyebabkan STP (sistem tanam paksa) dihapus diganti sistem ekonomi liberal.
Kekejaman STP diketahui dari : Douwes Dekker lewat bukunya Max Havelaar dengan
nama samaran Multatuli, Frans van der Putte lewat buku berjudul Zuicker Contracten (Kontrak-
kontrak gula) yang berisi penyelewengan aturan tanam paksa dan Baron van Hoevel yang
memprotes sistem tanam paksa melalui parlemen di negeri Belanda.