3.1 Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat ( Portugis, Belanda dan
Inggris ) di Indonesia.
4.1 Mengolah informasi tentang proses masuk dan perkembangan penjajahan Bangsa Barat di Indonesia
dan menyajikannya
Di antara bangsa-bangsa Eropa yang menjajah Indonesia, Belanda merupakan negara yang
cukup lama berada di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di
Indonesia. Meski telah bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat sebagai salah satu
perusahaan terkaya di dunia lho. Ada yang bisa menebak nama perusahaannya?
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik.
VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri,
mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan
kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun
memiliki beberapa kebijakan, yaitu:
1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.
2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan
VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC,
misalnya Kesultanan Mataram.
4. Pelayaran hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan
perdagangan rempah-rempah oleh petani.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan
dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah
kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Perancis.
Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib
rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:
1
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta
hubungan dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan.
Daendels ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811.
Masa pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan
pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya
Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak
berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
2
Masa Pemerintahan Belanda
Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam
menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat,
sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den
Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong akibat perang dengan
masyarakat Nusantara dan Bangsa Eropa lainnya.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang
melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat
harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak
positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara
tanam yang baik.
Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang
dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan
pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai
muncul, terjadi pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa
diganti dengan sistem kerja bebas.