Kekuasaan VOC
Kekuasaan VOC bermula dari kedatangan Cornelis de Houtman dan rombongannya ke Banten tahun
1596, yang ditolak karena sikap Houtman dan rombongannya yang kasar dan sombong terhadap
penduduk setempat. Kemudian, tahun 1598 rombongan Jacob van Neck datang ke Banten lagi. Belajar
dari pengalaman masa lalu, mereka bersikap lebih ramah sehingga diterima oleh penduduk setempat.
Karena kesuksesan Jacob van Neck, banyak pedagang Belanda yang datang ke Nusantara, sehingga
menimbulkan banyak persaingan dagang. Melihat situasi ini, Johan van Oldenbarnevelt mengusulkan
agar Belanda mendirikan kongsi dagang, sehingga Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
didirikan tahun 1602.
Dan VOC juga diberi hak octooroi/hak paten oleh kerajaan Belanda, yaitu
Mulai dari tahun 1605, VOC merampas wilayah-wilayah di Nusantara, mulai dari Maluku sampai Ambon.
Mereka juga mengangkat Pieter Both sebagai gubernur jenderal VOC yang pertama. Juga, pada tahun
1616 VOC menguasai Jayakarta yang namanya diganti menjadi Batavia. Batavia kemudian dipimpin oleh
Jan Pieterszoon Coen, dan dipakai untuk mengawasi Selat Malaka dan Selat Sunda. Namun, kemajuan
VOC diiringi dengan korupsi dan kehancuran lain dari dalam. VOC pun mengalami ketidakberesan
keuangan, sehingga dibubarkan tahun 1799.
Namun, Janssens kurang pandai membuat strategi perang, lemah dalam mengendalikan situasi
pertahanan Nusantara, dan prajurit tinggalan Daendels kurang berbakat dalam perang. Sehingga,
dalam kurun waktu 6 bulan, kekuasaan Janssens sudah berakhir. Lord Minto dan pasukan Inggrisnya
muncul di Batavia pada Agustus 1811, dan meminta Belanda menyerahkan Pulau Jawa ke Inggris.
Janssens berusaha menolak, sehingga pasukan Belanda diserang oleh pasukan Lord Minto, dan melalui
Perjanjian Tuntang (Salatiga), Belanda menyerah kepada Inggris tahun 1811.
Kekuasaan Inggris
Lord Minto sebagai Gubernur East India Company (EIC) (kongsi dagang Inggris di Calcutta, India,
berdiri tahun 1600) menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai penguasa Hindia Belanda. Raffles
tidak lama memerintah karena Raffles berkuasa saat Perang Koalisi Keenam sedang berlangsung.
Dalam Perang Koalisi yang keenam ini, Napoleon mengalami kekalakahan, sehingga membawa
kemenangan pada pihak koalisi-koalisi negara. Hal ini membaawa pengaruh pada hubungan Inggris dan
Belanda. Untuk memastikan hubungan baik mereka, Inggris menyerahkan Hindia Belanda kembali
kepada Belanda di Perjanjian London tahun 1814. Belanda diwakili oleh Mr. Elout, van der Capellen, dan
Buyskes, sementara Inggris diwakili oleh John Fendal. Sejak peristiwa itu, berakhirlah kekuasaan
Raffles di Hindia Belanda.
Namun, Raffles telah menghasilkan banyak hal selama masa pemerintahnnya. Ia mencetuskan sistem
pajak tanah (landrent system), menghapus sistem kerja paksa (kerja rodi) dari zaman Daendels,
berjasa dalam penemuan pertama Candhi Borobudur dan Candhi Prambanan, serta menaruh minat yang
mendalam tentang sastra-sastra Jawa. Tidak hanya itu, ia juga mendasari pendirian Kebun Raya Bogor,
dan istrinya yang meninggal di Batavia, didirikan monumen peringatan di Kebun Raya Bogor.
Ketika jatuh ke tangan Inggris, dan kembali ke Belanda, daerah kolonialisme Belanda sudah bertambah
hingga ke Pulau Jawa, Sumatra, Aceh, dan sebagainya. Belanda menggunakan strategi VOC terdahulu,
yaitu menggunakan perjanjian pendek (korte verklaring) dan perjanjian panjang (lange verklaring).
Pemerintah kolonial juga memberlakukan sistem pemerintahan indirect rule (pemerintahan tidak
langsung) yang memanfaatkan penguasa pribumi (bupati), sehingga memisahkan golongan penguasa dan
masyarakat, sehingga menimbulkan perpecahan diantara rakyat Nusantara.
Aspek Ekonomi
Monopoli Perdagangan : hak tunggal untuk mengusahakan hal-hal yang berkaitan dengan
perdagangan, penjajah Barat berhak menentukan & dapat berperan sebagai pemasok. Petani dan
pedagang setempat dilarang menjual barang kepada bangsa lain. Cara : mendekati penguasa setempat
atau tokoh berpengaruh lainnya, agar dapat memperoleh izin untuk mendirikan kantor dagang dan hak
untuk menguasai wilayah tersebut. Apabila gagal, tidak segan untuk menggunakan kekerasan, dengna
mendatangkan armada perang.
Sistem Pajak Tanah (Landrent System) : pungutan wajib berupa uang yang harus dibayar
penduduk kepada pemerintah kolonial karena menggunakan/ memanfaatkan tanah yang
ditempati/dimilikinya. Sistem ini diperkenalkan oleh Raffles, dan dalam sistem ini, semua tanah
dianggap milik pemerintah sehingga rakyat sebagai pemakai tanah harus membayar sewa. Besar
kecilnya uang sewa tergantung dari baik buruknya tanah. Secara tidak langsung Raffles telah
memperkenalkan sistem ekonomi uang kepada masyarakat tanah jajahan
Pokok-pokok kebijakan :
1. Segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan. Rakyat diberi kebebasan
menentukan jenis tanaman yang akan ditanam.
Kebebasan pada pola tanam diharapkan akan menyemangati para petani untuk menanam
tanaman. Karena petani bebas menentukan jenis tanaman, waktu penanaman, siapa
pembeli hasil panenannya, tidak terbebani dengan baik buruknya hasil panen. Semakin
baik hasil panen, semakin giat petani membayar sewa. Kondisi ini menguntungkan
pemerintah Inggris karena uang sewa tanah terus mengalir ke kasnya.
2. Peranan bupati sebagai pemungut pajak dihapus dan mereka dijadikan aparat negara.
3. Pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap petani penggarap tanah dianggap penyewa
tanah dan diwajibkan membayar pajak uang sewa.
Menemui kegagalan, karena :
a. Tidak ada dukungan dari para bupati yang haknya sebagai pemungut pajak telah dihapus
b. Rakyat pedesaan belum mengenal sistem ekonomi uang
c. Kesulitan menentukan luas kepemilikan tanah & besarnya pajak setiap penyewa tanah
Sistem Tanam Paksa : aturan yang mengahruskan / memaksa penduduk membayar pajak kepada
pemerintah kolonial berupa hasil tanaman yang dapat dijual, misalnya kopi, tebu, nila (indigo),
tembakau, kina, kayu manis, dadn kapas. Awal muncul karena persoalan keuangan melilit Belanda karena
banyaknya biaya pengeluaran dalam mneghadapi Perang Diponegoro & Perang Kemerdekaan Belgia.
Untuk mengatasi, Johannes van den Bisch mencetuskan gagasan sistem tanam paksa tahun 1830.
Pemerintah kolonial mengeluarkan aturan sistem ini yang dimuat dalam Lembaran Negara (Staat Blad)
nomor 22 Tahun 1834. Bunyi aturannya :
1) Penduduk menyediakan sebagian tanah untuk ditanami tanaman laku dijual di pasaran Eropa.
2) Tanah yang ditanami tidak melebihi 1/5 tanah pertanian penduduk
3) Pekerjaan yang diperlukan tidak boleh melebihi pekerjaan menanam padi
4) Tanah yang disediakan untuk tanaman dibebaskan dari pembayaran pajak
5) Hasil tanaman harus diserahkan ke pemerintah, kalau kelebihan dari jumlah pajak dibayarkan
kembali ke rakyat
6) Kegagalan panen tanggung jawab pemerintah
7) Mereka yang tidak memiliki tanah harus bekerja di perkebunan pemerintah > 66 hari
8) Penggarapan penanaman di bawah pengawasan langsung kepala pribumi
9) Pegawai Eropa mengawasi secara umum jalannya penggarapan sampai pengangkatan
Pada pelaksanaan, terjadi banyak penyimpangan adari aturan di atas. Misalnya, penduduk harus
menanami tanahnya >1/5 tanah. Tidak jarang, semua tanah di desa digunakan untuk tanam paksa.
Kegagalan tidak ditanggung pemerintah, dan tenaga kerja tidak dibayar padahal seharusnya dibayar.
Alasan penyimpangan adalah karena bupati mengejar cultuur proceten (hadiah/persentase yang
diberikan kepada petugas apabila meneyrahkan hasil tanaman melebihi target yang ditentukan). Bupati
& kepala desa membebani rakyat dengan pekerjaan lebih lama dari waktu yang ditentukan. Rakyat
dianggap tidak mematuhi petugas sehingga dijatuhi hukuman/dilaporkan ke pemerintah sebagai
pembangkang/pemberontak.
Dampak
1) Bagi Pemerintah
a) Memperoleh surplus keuangan untuk menjalankan penjajahan & membangun negeri Belanda
(membangun dam/kincir besar yg sekarang menjadi ikon negara Belanda)
b) Badan Usaha Dagang (Nederlandsche Handels Maatschappij) memeperoleh keuntungan
besar karena monopoli hasil tanam paksa
2) Bagi Rakyat
a) Banyak rakyat yg meninggal, kelaparan, sakit, terutama di daerah Cirebon, Demak, dan
Grobongan
b) Penduduk mengenal berbagai jenis tanaman dgn nilai ekspor (kopi, teh, kina, temabakau, &
nila)
Penyimpangan & dampak kerugian rakyat menimbulkan tanggapan, kritik, dan reaksi dari tokoh-tokoh
kaum liberalism Belanda. Misalnya adalah Eduard Douwes Dekker, yang mengecam pemerintah Belanda
dengan bukunya yang berjudul Max Havelaar yang ia tulis dengan nama samara Multatuli. Kritik Douwes
Dekker menyadarkan rakyat Belanda, sehingga rakyat Belanda menyampaikan kecaman keras terhadap
pelaksanaan tanam paksa. Akhirnya, tahun 1870, sistem tanah paksa dihapus setelah 40 tahun.
Aspek Sosial-Budaya
Selama penjajahan, bangsa Barat berusaha melakukan penetrasi kebudayaan (upaya menggeser budaya
pribumi dgn budaya Barat agar bangsa terjajah meniru tingkah laku bangsa penjajah & menjauh dri
budaya bangsa sendiri. Upaya penanaman budaya Barat bisa menguntungkan & menambah kekayaan
budaya bangsa, atau memberi pengaruh negatif.
Agama
Bangsa Barat memperkenalkan agama Kristen Katolik & Kristen Protestan ke Nusantara. Kristen
Katolik dibawa misionaris Portugis, sementara Kristen Protestan dibawa zending Belanda. Misionaris
adalah usaha/organisasi yang menyebarluaskan agama Kristen Katolik ; zending adalah
usaha/organisasi yang menyebarluaskan agama Kristen Protestan. Kedua agama ini banyak dianut oleh
masyarakt Nusantara bagian timur yang tertarik dgn kedua agama ini, terutama Papua, Maluku,
Sulawesi Utara, & NTT.
Adat Istiadat
Ciri-ciri adat istiadar Barat yg memengaruhi kehidupan Nusantara :
Tata cara bergaul bersifat bebas & demokratis. Pergaulan wanita & pria, orang tua & muda, rakyat
& pejabat berlangsung bebas, terbuka, & bertanggung jawab.
Model berpakaian menyesuaikan diri dgn kondisi Eropa yg beriklim subtropics, sehingga berpakaian
tebal di musim gugur/dingin, dan pakaian tipis di musim semi/panas. Pakaian Barat lelaki : setelan
jas, berdasi, & bersepatu; pakaian Barat wanita : pakaian rok, blus, & sepatu; gaya perkawinan :
glamor (serba gemerlapan), baik pakaian, susunan acara, pesta, & hiburan.
Negeri penjajah berbentuk kerajaan, sehingga mendukung pemberian gelar bangsawan untuk
menunjukkan perbedaan status orang kaya & rakyat biasa, sehingga memecah belah rakyat pribumi
Rasionalisme : paham yg meyakini kebenaran sesungguhnya berasal dri pikiran & akal manusia. Dgn
berpikir rasional, orang menjauhi takhayul dlm memecahkan maasalah hidup. Dunia Barat identik dgn
dunia industri yg menghargai waktu, disiplin, semangat kerja tinggi, & berpikir sistematis & logis.
Sikap positif bangsa Barat menjadi cermin manusia modern yg ditiru sebagian masyarakat.
Aspek Pendidikan
(tolong pelajari tentang politik etis)Pemerintah kolonial menegnalkan sistem pendidikan Barat yang
terbagi menjadi dua yaitu sekolah berjenis (sekolah umum & kejuruan) & berjenjang (pendidikan dasar,
menegah, & tinggi). Pendidikan direncanakan, dilaksanakan, & dievaluasi dlm kurikulum pendidikan.
Namun, demi kepentingan kolonialisme/imperialisme, pemerintah kolonial sengaja menerapkan prinsip
dualisme dlm pendidikan Nusantara.