Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia

Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah dicari bangsa


Eropa karena manfaatnya sebagai penghangat dan bisa dijadikan pengawet makanan. Selain
karena harganya yang mahal, memiliki rempah-rempah juga menjadi simbol kejayaan seorang
raja pada saat itu. Dari faktor-faktor itu, banyak Bangsa Eropa yang berusaha untuk menemukan
daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia.

Hal – hal yang menodrong kedatangan Eropa ke Indonesia :

1. Konsep 3G (Gold, Glory, Gospel) , kekayaan, penyebaran agama, dan kejayaan

2. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Jatuhnya kota Konstatinopel pada tahun 1453

4, Buku Imago Mundi tentang perjalannya ke TImur

Portugis

Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di Tanjung Harapan, Afrika
Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu diteruskan Vasco da Gama yang sampai di Gowa (India)
pada 1498, lalu pulang ke Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah. Portugis pun
semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu, Portugis melanjutkan ekspedisi
ke timur yang dipimpin Alfonso d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil
menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara pada 10
Agustus 1511.

Spanyol

Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah Christopher
Columbus. Ia berlayar ke arah barat melewati Samudra Atlantik sesuai Perjanjian Tordesillas
menuju India sekitar tahun 1492-1502. Ternyata ada kesalahan, karena sebenarnya ia sampai di
benua Amerika; yang ia pikir adalah India. Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens dari
Spanyol ke barat daya melintasi Samudra Atlantik sampai di ujung selatan Amerika, kemudian
melewati Samudera Pasifik dan mendarat di Filipina pada tahun 1521. Pelayaran Magelhaens
berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan karena dirinya berhasil membuktikan bahwa bumi itu
bulat. Penjelajahan Magelhaens kemudian dilanjutkan Sebastian del Cano. Pada 1521, Sebastian
del Cano berhasil berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka dianggap melanggar Perjanjian
Tordesillas. Untuk menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan Spanyol melakukan
Perjanjian Saragosa pada 1529

.
Belanda

Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang kurang


ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu marah.
Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai
berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di
Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan semakin banyak
pedagang Belanda datang ke Indonesia.

Inggris

Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-rempah. Tokoh


penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton dan James Cook. Henry Middleton mulai menjelajah
di tahun 1604 dari Inggris menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau
Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan Afrika Selatan hingga Samudra Hindia. Ia
sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke Ambon (1605) lalu ke
Ternate serta Tidore dan mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh. Sedangkan
ada James Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada di
Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Meski telah
bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat sebagai salah satu perusahaan terkaya di
dunia lho.

Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan


dagang tersebut. VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt.
Kepemimpinannya dipegang oleh 17 orang pemegang saham (Heeren Zeventien) yang
berkedudukan di Amsterdam. Tujuan pembentukannya adalah:

(1) menghindari persaingan sesama pedagang Belanda.

(2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain.

(3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik.
VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri,
mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan
kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun
memiliki beberapa kebijakan, yaitu:
1.  Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.

2.  Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC.
Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC, misalnya
Kesultanan Mataram.

3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan sehingga


harga dapat dipertahankan.

4. Pelayaran hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan


perdagangan rempah-rempah oleh petani.

Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan dibubarkannya
VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda
yang saat itu dikuasai Perancis.

Perebutan Politik Hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia


Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib
rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis. Adapun kebijakan Daendels adalah

Kebijakan Gubernur Jendral Herman Willem Daendels

Bidang Pertahanan :

- Membangun jalan Anyer – Panarukan

- Mendirikan Benteng

- Membangun Pangkalan Laut di Merak dan Ujung kulon

Bidang Ekonomi :

- Mengeluarkan uang kertas

- Memonopoli perdagangan beras

- Penerapan preangerstelsel,kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam kopi
Bidang Pemerintahan :

- Membagi Pulau Jawa menjadi 9 prefektur

- Mebangun kantor peradilan

- Mengangkut Bupati menjadi pegawai pemerintah

Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels
ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811. Masa
pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan
pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya
Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.

 Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford


Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak
berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.

Kebijakan Thomas Stamford Raffles

Bidang Pemerintahan :

- Membagi pulau jawa menjadi 9 keresidenan

- Melarang kerja paksa dan perbudakan

Bidang Ekonomi :

Sewa tanah, para petani diwajibkan membayar pajak atas pemakaian tanah, karena pemilik
tanah adalah pemerintah

Bidang Ilmu Pengetahuan :

- Merintis berdirinya Kebun Raya Bogor

- Menulis Buku History of Java dan menemukan bunga Rafflesia Arnoldi


Masa Pemerintahan Belanda

Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam


menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat,
sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den
Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong akibat perang dengan
masyarakat Nusantara dan Bangsa Eropa lainnya.

Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang melebihi
usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat harus
menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif
karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara tanam yang
baik.

Peraturan Tanam Paksa :

 Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis
tanaman perdagangan.
 Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil
tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
 Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di
perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda selama 66
hari atau seperlima tahun.
 Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh
melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
 Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat
 Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani
seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda
 Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa

Perkembangan Agama Kristen

Agama Katolik dibawa oleh kaum misionaris Portugis, salah satunya St. Fransiskus Xaverius
(1506-1552) yang mengunjungi Ambon, Ternate dan Halmahera pada tahun 1546-1547. Selain
Portugis, Belanda juga menyebarkan agama Protestan oleh Ludwig Ingwer Nommensen. Ia
berhasil melakukan kristenisasi di Sumatera Utara. Hingga kini, Protestan merupakan agama
yang dominan di Provinsi Sumatera Utara.
Skema Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai