Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PROSES KEBANGKITAN NASIONAL


A. PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
Rempah rempah sangat
Indonesia kaya
diminati dan dibutuhkan
akan rempah oleh bangsa Eropa
rempah

BARAT
Kolonialisme dan
Imperilaisme di
Indonesia

Kolonialisme : penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau negara lain
Imperialisme : sistem politik yang menjajah bangsa lain untuk mendapat kekuasaan dan
keuntungan besar
1. Muncul Dan Saling Bergantinya Pemerintahan Kolonial
- Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan politik dan
ekonomi di Eropa dan Asia barat pada pertengahan abad ke-15.
- Perubahan itu menyebabkan bangsa bangsa Eropa mencari tempat untuk memenuhi
kebutuhannya.
- Berbagai cara dilakukan untuk memenuhi tujuannya, akibatnya kolonialisme dan
imperialisme Barat lahir dan membelenggu rakyat tanah jajahan termasuk di Nusantara.
Republik Bataaf
- Pada akhir abad ke 18 terjadi gejolak di Eropa berupa Revolusi Prancis. Dalam
revolusi tersebut pemerintah monarki (kerajaan) digulingkan dan berganti menjadi
pemerintahan republik.
- Revolusi perancis berpengaruh terhadap negara negara di Eropa.
- Gerakan yang mendukung pembubaran sistem pemerintahan disebut Anti Monarki,
sedang gerakan yang ingin mempertahankan system kerajaan disebut Pro Monarki.
- Gerakan Anti Monarki dipimpin oleh Perancis, sedang gerakan Pro Monarki
dipimpin oleh Inggris.
- Belanda termasuk negara yang tergabung dengan Anti Monarki (bergabung dengan
Prancis).
- Gelombang revolusi Prancis berpengaruh sampai di Belanda, pada tahun 1795. Raja
Willem V digulingkan oleh kaum republikan yang didukung oleh Prancis. Sejak saat
itu status Belanda dari kerajaan menjadi republik, dan bernama Republik Bataaf
(Bataafsche Republiek), sebagai akibatnya Belanda harus berhadapan dengan
Inggris, termasuk juga pemerintahan kolonial yang ada di Indonesia.
a. VOC Menguasai Nusantara
- VOC (Verenigde Oost-Indische Companie) adalah salah satu yang melakukan
imperialisme dan kolonialisme di Nusantara
- VOC didirikan pada tahun 1602 merupakan organisasi para pedagang Hindia
Belanda yang berusaha menguasai Nusantara
- Sejak tahun 1605, VOC berhasil memaksakan monopoli perdagangan di beberapa
daerah di Nusantara.
- Agar VOC berkembang dengan pesat, VOC diberi hak octroi (hak istimewa), yaitu:
1. Hak monopoli perdagangan dari ujung selatan Afrika ke sebelah timur sampai
ujung selatan Amerika
2. Hak memiliki tentara sendiri dan pengadilan
3. Hak memiliki mata uang sendiri
4. Hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lain di
daerah kekuasaanmonopoli perdagangan

Menjelang abad ke -19 M, VOC mengalami kebangkrutan, hal ini ditandai dengan
keadaan keuangan (Kas kosong, bahkan banyak hutang)

Faktor Penyebab kemunduran/ kehancuran VOC


1. Korupsi merajalela yang dilakukan oleh pegawai VOC
2. Banyak pegawai VOC yang tidak cakap, sehingga pengendalian monopoli
perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya
3. VOC banyak menanggung hutang akibat peperangan yang dilakukan, baik
dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris dalam memperebutkan
kekuasaan dibidang perdagangan.
4. Kemerosotan moral di kalangan para penguasa akibat sistem monopoli
perdagangan. Keserakahan VOC membuat para pedagang setempat tidak
sungguh sungguh membantu VOC dalam monopoli perdagangan,
akibatnya panen rempah rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah
yang diharapkan.
5. Tidak jalannya verplichte leverantien (penyerahan wajib) dan Preanger
stelsel (aturan priangan). Kedua aturan ini dimaksudkan untuk mengisi kas
VOC yang kosong.
- verplichte leverantien mewajibkan tiap daerah menyerahkan hasil bumi
berupa lada, kayu, beras, kapas, nila, dan gula kepada VOC
- Preanger Priangan (aturan Priangan) mewajibkan rakyat Priangan
menanam kopi lalu menyerahkan hasil panen kepada VOC, juga
dengan tarif yang ditentukannVOC
- kedua aturan tersebut tidak berjalan karena karupsi yang tinggi dan biaya
pengeluaran yang terlalu besar.

Pembubaran VOC
Gejolak yang terjadi di Eropa berpengaruh juga di Asia, termasuk di
Indonesia.
Perang antara Inggris dan Belanda terjadi di Asia, armada EIC (East India
Company) berturut turut merebut kekuasaan VOC di Persia, Hindustan,
Srilanka, sampai Malaka.
Jatuhnya Indonesia ke tangan EIC tinggal menunggu waktu, ancaman EIC
mulai tampak dari serangan ke Sumatera, dan Jawa.
Pemerintah Bataaf telah merasakan ancaman EIC , dengan mengingat
permasalahan internal yang terjadi di tubuh VOC, maka pemerintah Bataaf
mencabut ijin usaha (octrooi) VOC (31 Desember 1799), pencabutan octrooi
tersebut menandai membubarkan VOC . Sejak pembubaran VOC, Indonesia
berada di bawah kekuasaan pemerintah Republik Bataaf. Kemudian status
Belanda berubah kembali dari republik kembali menjadi kerajaan. Perubahan
itu sebagai akibat dari perubahan politik di Prancis.
Pada tahun 1792 1797 Prancis (di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte)
memenangkan perang Koalisi, Napoleon Bonaparte menunjuk saudaranya
(Louis Bonaparte) untuk berkuasa di Hindia Belanda.

b. Perancis Menguasai Nusantara


1. Hermann Willem Daendels
- Louis Napoleon menunjuk Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal di
Hindia Belanda sejak tahun 1808.
- Sebagai kepala pemerintahan kolonial di Indonesia, Daendels banyak melakukan
pembaharauan. Akan tetapi, langkah pembaharauan itu banyak mendapat kendala.
2

Tindakan Pembaharuan Daendels


1. Merombak sistem pemerintahan feodal dan menggantinya dengan system
pemerintahan barat modern.
Sistem yang berlaku pada saat ini adalah sistem feodal, yaitu sistem yang
dibangun oleh kerajaan Hindu-Buddha, yang dilanjutkan sistem kerajaan Islam,
dan diperkuat oleh VOC. Bagi VOC sistem feodal amat membantu pelaksanaan
monopoli perdagangan (raja, bupati, serta bangsawan lainnya menjadi
perpanjangan tangan VOC)
2. Menjual tanah tanah luas kepada partikelir atau swasta Belanda dan
Tionghoa.
Tanah tanah tersebut antara lain terletak di daerah Pemanukan, Ciasem, dan
Probolinggo.
3. Memberlakukan aturan kepada rakyat untuk menyerahkan sebagian dari
hasil bumi sebagai pajak (contingenten)
4. Memberlakukan aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerintah
dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Verplichte leverentie)
5. Melaksanakan wajib kerja (verplichte diesten) bagi rakyat yang tidak memilki
tanah garapan
6. Menjadikan para penguasa wilayah, seperti bupati dan bangsawan lainnya
sebagai pegawai pemerintah Kolonial.
Langkah ini mendapat hambatan, karena dengan menjadi pegawai pemerintah,
wewenang mereka akan banyak berkurang
7. Pulau Jawa dibagi menjadi 9 perfektur (karesidenan).
Langkah ini juga mendapat hambatan, karena sama saja dengan menghapus
kerajaan kerajaan yang ada di Jawa.
8. Menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan
9. Membentuk pengadilan keliling dan pengadilan untuk orang pribumi.
10. Memberantas korupsi dan penyelewengan dalam pemungutan kontingenten
dan penyerahan wajib. Pelaku penyelewengan adalah para penguasa pribumi
beserta kerabatnya.
11. Memperluas tanaman kopi
12. Menyederhanakan upacara upacara di Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Upaya ini mendapat hambatan mengingat berbagai tradisi keratin sudah berlaku
turun temurun
Tugas Daendels semakin berat karena dia juga harus menyiapkan P. Jawa sebagai
basis pertahanan melawan Inggris, dan itu semua harus dilaksanakan dalam waktu
singkat.
Langkah Menyiapkan Pulau Jawa Sebagai Militer
1. Menambah jumlah prajurit. Penambahan itu disertai peningkatan gaji dan
kesejahteraan.

2. Membangun kapal kapal baru, pangkalan kapal, pabrik senjata (di Batavia dan
Surabaya), dan Kubu (pos) pertahanan
3. Membangun Jalan Raya Pos (Grate Postweg) dari Anyer sampai Panarukan. Jalan
ini dibangun untuk memudahkan angkutan perbekalan.
-

Khusus untuk pembangunan Jalan Raya Pos, Daendels mengkhianatai langkah


pembaharuan yang telah dia buat, seperti penghapusan penyerahan wajib
(verplichte leverantien) dan wajib kerja (verplichte diensten), agar aturan itu
berjalan, Daendels memanfaatkan sistem feodal yaitu bekerja sama dengan
penguasa setempat untuk memerintahkan rakyat melakukan wajib kerja atau kerja
paksa. Akibatnya pemerintahan Daendels ditandai oleh penindasan rakyat

Langkah Daendels menimbulkan kebencian rakyat, baik dari para penguasa


maupun rakyat Indonesia, kebencian itu semakin bertambah karena Daendels tidak
memperdulikan tata sopan santun atau etika setempat.
Situasi tersebut terdengar sampai ke Kerajaan Belanda, hubungan yang tidak
harmonis dengan penguasa setempat dikhawatirkan akan menjadi bumerang
(penguasa dan rakyat Indonesia akan memihak Inggris), untuk menghindari hal
tersebut, pemerintah Belanda memulangkan Daendels dan menggantikan
Janssens.

2. Janssen
- Jendral Janssen memerintah pada saat Indonesia dalam keadaan sangat buruk,
ternyata selama pemerintahan Daendels tidak sekuat yang diperkirakan
pemerintah Kerajaan Belanda.
- Janssen menghadapi kesulitan dalam memulihkan pertahanan yang belum
stabil, apalagi keuangan dalam keadaan buruk sekali.
- Keadaan yang dialami Janssen diperburuk dengan tersiarnya kabar bahwa
Inggris akan menyerang Pulau Jawa. Menghadapi keadaan tersebut, Janssen
merngumumkan bahwa negara dalan keadaan bahaya.
- Pada tanggal 3 Agustus 1811 angkatan laut Inggris di bawah pimpinan Lord
Minto benar benar muncul di Batavia.
- Secata tegas Lord Minto meminta Janssen untuk menyerahkan Pulau Jawa
kepada Inggris, namun Janssen menolak mentah mentah permintaan itu, dan
perangpun tidak terelakkan.
- Dalam pertempuran tersebut Inggrisbtidak mendapatkan perlawanan yang
berarti. Janssen yang lemahdan kurang cakap menyerah di Tuntang (Salatiga)
pada tanggal 17 September 1811.

c. Inggris Menguasai Nusantara


- Isi Perjanjian Tuntang :
1. Seluruh kekuatan Militer Belanda yang ada di wilayah Asia Tenggara harus
diserahkan kepada Inggris.
2. Hutang Pemerintah Hindia Belanda tidak diakui oleh pemerintah Inggris
3. Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi
wilayah kekuasaan Inggris.
-

Perjanjian Tuntang menandai peralihan kekuasaan Belanda kepada Inggris.


4

Kemudian Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur


di Indonesia mewakili raja muda (viceroy) Lord Minto.
- Pemerintahan Raffles hanya berlangsung 5 tahun.
- Kebijakan Pemerintah Raflles:
Kebijakan bidang sosial
Kebijakan bidang ekonomi
Kebijakan bidang bud
a. Penghapusan system
a. Pemberlakuan system
a. Merintis pembagunan k
monopoli
pemungutan sewa tanah
raya bogor
dengan cara melakukan pajak
secara perorangan

b. Penghapusan system
perbudakan

b. Mewajibkan petani untuk


membayar sewa tanah dalam
bentuk uang

b. Menulis buku dengan j


the History of Java

c. Penghapusan pergerakan
wajib setor hasil bumi
sebagai pajak
(Contingenten)
d. Membagi Pulau Jawa
menjadi 16 Karesidenan

c. Melakukan pemungutan
pajakbtanah untuk semua
hasil penanaman sawah

c. Menemukan bunga Raf


Arnoldi (bunga bangka
pedalaman hutan Beng

d. Mengangkat para bupati


menjadi pegawai negeri yang
bertugasvmemungut pajak
tanah

1. Perwujudan kebebasan meliputi kebebasan menanam, berdagang, dan produksi


untuk ekspor
2. Penegakkan hukum berupa hukum kepada rakyat agar bebas dari kesewenangwenangan.
Sesuai dengan kebijakan politik itu, Raffles menerapkan kebijakan ekonomi seperti
yang dijalankan Inggris di India, alasannya India dan Indonesia sama sama berciri
agraris, kebijakan ekonomi tersebut dikenal sebagai Landrent system atau
Sistem Pajak tanah.
Pokok pokok Landrent System :
1. Segala bentuk penyerahan wajib dan kerjabpaksa dihapuskan. Rakyat
dibebaskan menanam tanaman yang dianggap menguntungkan
2. Semua tanah menjadi milik pemerintah kolonial. Para petani mempunyai
kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah kolonial. Pemungutan
sewa tanah dilakukan secara langsung, tidak lagi melalui perantara bupati.
Tugas bupati sebatas pada dinas-dinas umum.
3. Penyewaan tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan batas
waktu.

Landrent - system berlawanan dengan system feodal yang berlaku selama ini di
Indonesia. Selama ini, tanah dimiliki oleh para bangsawan, para petani penggarap
tanah diwajibkan menyerahkan sebagian hasil panen menurut takaran yang
ditentukan pemilik tanah. Semakin meningkatnya hasil panen tidak berpengaruh
pada kesejahteraan petani, karena takaran yang ditetapkan hanya mengutungkan
pemilik tanah. Alasannya, penyerahanhasil panen dilakukan lewat perantara para
bupati, mereka ini cenderung menarik jumlah penyerahan melebihi takaran, baik
untuk kepentingan sendiri maupun untuk menyenangkan bangsawan pemilik tanah.
5

Hambatan Ladrent-system :
1. Sistem feodal telah berakar dan menjadi tradisi di Indonesia. Padahal Landrent
bisa dilaksanakan apabila sistem feodal telah dirombak habis.
2. Pegawai pemerintah yang cakap untuk mengendalikan (mengontrol)
pelaksanaan Landrent-System terbatas jumlahnya
3. Rakyat Indonesia belum siap menerima system yang baru. Berbeda dengan
rakyat India, rakyat Indonesia belum mengenal ekonomi uang dan belum
terbiasa dengan aturan sewa-menyewa (kontrak)
4. Kepemilikan tanah masih berciri tradisional. Kepemilikan tanah biasanya
berdasarkan warisan adat. Akibatnya pemerintah kolonial mengalami kesulitan
dalam prosedur pengambilalihan tanah
-

Karena Ladrent System tidak bisa diterapkan, sementara kas kolonial harus sehat
maka Raffles terpaksa bertindak seperti Daendels, ia memberlakukan kembali wajib
kerja untuk mengusahakan tanaman yang memberi keuntungan seperti kopi dan
kayu jati, iapun memberlakukan pungutan yang pernah ia hapus.
Walaupun pemerintahan Raffles cukup singkat, namun Raffles memberikan
peninggalan karya yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia yaitu :
1. Buku History of Java
2. Perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor
3. Penemuan bunga Rafflesia Arnoldi

d. Hindia Belanda Menguasai Nusantara


- Akibat kekalahan Prancis (Napoleon Bonaparte) pada Perang Koalisi VII, Negara
negara di kawasan Eropa mengadakan pertemuan yang dikenal dengan Konggres
Wina.
- Adapun wakil negara yang menghadiri pada Konggres Wina sbb:
1. Pangeran Metternich dari Austria,
2. Viscount Castlereagh (Britania Raya)
3. Tsar Alexander I dari Rusia
4. Charles Maurice de Talleyrand-Perigord (Perancis) yang merupakan pelopor
gerakan Anti-Bonaparte di Perancis.
-

Isi kongres Wina mencakup


1. Wilayah kekuasaan Kerajaan-Kerajaan Eropa beserta jajahannya yang ada di
Asia maupun Afrika akan dikembalikan dari Perancis.
2. Kerajaan Rusia akan menganeksasi Polandia.
3. Ketiga, Kerajaan Prusia akan mengklaim wilayah Saxon dan Burgundy.
4. Keturunan dan sanak dari Napoleon Bonaparte tidak diperbolehkan duduk di
pemerintahan.
5. Mengenai Pemerintahan Perancis,Perancis akan dipimpin kembali oleh Louis
IX dan akan berbentuk Kerajaan Wangsa Bourbon seperti saat sebelum
Revolusi.
6. Segala rampasan dan kerugian perang akan di tanggung oleh Perancis.

Convention of London 1814 (Konvensi London)


- Berakhirnya kekuasaan Perancis di Hindia Belanda yang digantikan oleh
Kekuasaan Inggris membuat Kerajaan Belanda berang. Belanda menganggap
bahwa Hindia Belanda adalah haknya, maka harus dikembalikan kepada
mereka.
- Gubernur Jenderal Hindia pada waktu itu adalah Raffles. Raffles merasa
keberatan untuk mengembalikan Hindia (Indonesia) kepada Belanda, karena ia
merasa Inggris harus menguasai Hindia sebagai pusat perdagangan vital di
Asia. Perundingan-perundingan yang dilancarkan Belanda membuat sikap
Pemerintah Pusat Inggris melunak. Akhirnya, Inggris dan Belanda menyetujui
6

suatu perjanjian yang dikenal sebagai Convention of London pada tahun 1814
yang isinya:
Inggris harus menyerahkan kembali sebagian dari Hindia kepada Belanda,
sedangkan daerah Afrika Selatan, Ceylon dan beberapa tempat di India tetap
dikuasai oleh Inggris
Tindakan pemerintah pusat Inggris yang berniat mengembalikan Hindia
Belanda mendapat tentangan dari Raffles. Raffles merasa bahwa kedudukan
Inggris di Hindia dapat memperkuat dominasi perdagangan Inggris di dunia
Internasional. Karena sikapnya ini, Raffles dipanggil untuk pulang ke Inggris.
Namun pada tahun 1818 ia diangkat menjadi Gubernur Inggris di Bengkulu
(saat itu masih menjadi koloni Inggris dan Malaka masih menjadi milik
Belanda)
Pada tanggal 19 Agustus 1816 berlangsung penyerahan kuasa atas Indonesia
dari Inggris kepada Belanda. Pihak Inggris diwakili John Fendall (pengganti
Raffles) sedang dari pihak Belanda diwakili Komisariat jenderal yang terdiri
dari Mr. Elout, van der Capellen, dan Buykes.

2. Kebijakan Kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda


a. Kebijakan pada Masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda (1816 1900)
1) Penjualan Tanah Partikelir
- Tanah partikelir (particular landerijen) adalah tanah milik kaum swasta yang
dibeli dari pemerintah kolonial Belanda.
- Tanah tersebut diperuntukkan bagi para pejabat dan orang orang yang berjasa
kepada pemerintahan kolonial Belanda.
- Para pemilik tanah partikelir disebut tuan tanah.
- Para tuan tanah non pribumi terdiri atas orang orang Belanda, Cina, dan
Arab. Mereka berusaha mencari keuntungan sebesar besarnya dari tanah
jajahan.
- Para tuan tanah memilki kekuasaan dan kedudukan seperti kepala desa atau
bupati, hal ini disebabkan karena tuan tanag yang membeli atau menyewa
tanah mempunyai kekuasaan atas tanah dan penduduk yang tinggal di wilayah
tersebut, oleh sebab itu penduduk harus tunduk dan taat terhadap aturan
aturan yang diberlakukan oleh tuan tanah.
- Para tuan tanah mengusahakan berbagai tanaman yang berkualitas ekspor,
seperti kopi, the, coklat (kakau), tebu, kayu, lada, dan nila (indigo)
- Sehingga dengan keadaan seperti ini keadaan rakyat Indonesia tidak ubahnya
seperti kehidupan budak.
- Sistem penjualan tanah partikelir ternyata tidak menguntungkan pemerintah
kolonial, karena dana yang disetorkan ke kas pemerintah colonial tidak
maksimal (sebagian besar diambil oleh kepentingan tuan tanah).
- Karena tidak menguntungkan pemerintah kolonial, pada saat pemerintahan van
der Capellen system penjualan tanah partikelir dihentikan.
2) Culturstelsel/ Sistem Tanam Paksa
- Untuk menyelamatkan keuangan/ kas, pemerintah Kolonial Belanda
menerapkan kebijakan politik konservatif. Akibatnya kebijakan ekonomi
berciri konservatif, kebijakan kjonservatif yang terkenal adalah Cultuurstelsel.
- Cultuurstelsel diberlakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan sebanyak
mungkin dari Indonesia dalam waktu relatif singkat.
- Untuk melaksanakan kebijakan cultuurstelsel, pemerintah Kolonial Belanda
mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk mengusahakan penanaman
yang hasil-hasilnya dapat dijual di pasaran dunia (tanaman berkualitas ekspor).
Jenis tanaman mengikuti ketentuan pemerintah Kolonial Belanda.
7

POKOK POKOK CULTUURSTELSEL/ TANAM PAKSA


1. Rakyat diwajibkan menyediakan seperlima dari lahan garapannya untuk
ditanami tanaman wajib (tanaman berkualitas ekspor)
2. Lahan yang disediakan untuk tanaman wajib dibebaskan dari pembayaran pajak
tanah
3. Hasil tanaman wajib, harus diserahkan kepada pemerintah kolonial setiap
kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayar akan dibayarkan
kembali kepada rakyat.
4. Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh
melebihi dari tenaga dan waktu dalam menanam padi
5. Kegagalan panen tanaman wajib, menjadi tanggung jawab pemerintah.
6. Bagi mereka yang tidak memilki tanah, wajib bekerja selama 66 hari dalam
setahun di perkebunan milik pemerintah.
7. Penggarapan tanah untuk tanaman wajib akan diawasi langsung oleh penguasa
pribumi.
Pengawai Belanda secara umum mengawasi jalannya penggarapan dan
pengangkutan secara umum
-

Dalam pelaksanaannya peraturan yang telah ditetapkan tidak dipatuhi. Berbagai


penyimpangan pelaksanaan Sistem Tanam Paksa antara lain:
1. Sawah dan ladang rakyat terbengkelai karena perhatian dipusatkan pada
penanaman tanaman wajib
2. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi waktu yang
ditentukan
3. Para petani harus menanam lebih dari 20% luas tanah
4. Lahan untuk penanaman tanaman wajib tetap dikenakan pajak tanah
5. Kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayar tidak
dikembalikan
6. Kegagalan panen tanaman tetap menjadi tanggung jawab petani.
- Akibat tanam paksa menyebabkan rakyat Indonesia hidup dalam kesengsaraan
penderitaan, antara lain :
a. Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit
b. Banyaknya penduduk yang meninggal akibat kelaparan, yaitu :
1. Di daerah Cirebon (1843)
2. Di daerah Demak (1849)
3. Di daerah Grobogan (Jawa Tengah) tahun 1850
c. Munculnya penyakit busung lapar (hongerodeem)
-

Penentang Tanam Paksa


1. Edward Douwes Dekker (1820-1887)
- Adalah seorang asisten residen di kabupaten Lebak
- Mengarang buku dengan judul Max Havelaar dengan menggunakan
nama samaran Multatuli
2. Baron van Hoevel (1812 1879)
- Awalnya tinggal di Jakarta, kemudian pulang ke Belanda dan menjadi
anggota Partemen.
- Melalui Parlemen baron van Hoevel menentang sistem tanam paksa
3. Fransen van der Putte
- Menulis buku dengan judul Suiker Contracten/ kontrak kontak gula.

Kecaman tentang tanam paksa, baik yang terjadi di negara Belanda maupun di
daerah kolonial mulai nampak hasilnya. Secara berangsur angsur proses
penghapusan Cultuurstelsel sbb:
Tahun 1860, penghapusan tanam paksa lada
Tahun 1865 penghapusan tanam paksa teh dan nila
8

Tahun 1870 hampir semua jenis tanaman paksa telah dihapuskan, kecuali
tanam paksa kopi di Priangan.
3) Undang Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870 dan Pengaruhnya
- Sejak dihapuskannya system tanam paksa (1870), perekonomian Hindia
Belanda (Indonesia) memasuki zaman liberal.
- Kaum Liberal berkeyakinan bahwa, perkembangan ekonomi akan mengalami
perkembangan pesat apabila pihak swasta memegang peranan.
- Sehubungan dengan hal tersebut, maka diterbitkan Undang Undang Agraria
tahun 1870 dan Undang Undang Gula tahun 1870.
- Menteri jajahan Belanda yang berjasa dalam menciptakan Undang Unadng
Agraria adalah De Waal
- Undang Undang Agraria tahun 1870 berisi, antara lain:
1. Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah milik pemerintah.
Tanah tersebut dapat disewakanpaling lama 75 tahun
2. Tanah milik pemerintah, antara lain: hutan yang belum dibuka, tanah yang
berada diluar wilayah milik desa dan penghuninya, tanah milik adat
3. Tanah milik penduduk, antara lain semua sawah, lading, dan sejenisnya
yang dimiliki langsung oleh penduduk desa. Tanah milik penduduk boleh
disewa oleh pengusaha swasta paling lama 5 tahun.
- Dengan diberlakukannya Undang Undang Agraria dan Undang Undang
Gula (1870) Belanda menerapkan politik pintu terbuka artinya swasta di
seluruh dunia berhak untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
- Akibat dari politik pintu terbuka banyak investor yang datang ke Indonesia
untuk menyewa tanah dan membuka usaha.
- Sarana sangat dibutuhkan untuk memperlancar usaha swasta, oleh karena itu
pemerintah Belanda membuat saluran irigasi, jalan raya, jalan kereta api,
jembatan, pelabuhan, dimana pembangungannya dengan mengerahkan tenaga
rakyat secara paksa.
- Dengan sistem liberal (1870 1900) ternyata tidak membuat bangsa Indonesia
menjadi lebih baik, justru sebaliknya bangsa Indonesia hidup dalam
kesengsaraan dan kemiskinan
4. Undang Undang Gula (Suiker Wet).
- Dalam Undang Undang Gula ini ditetapkan bahwa tebu tidak boleh diangkut
ke luar negeri.
- Pabrik gula milik pemerintah akan dihapus secara berangsur angsur dan
secara bertahap akan diambil alih oleh pihak swasta. Pihak swasta juga diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan pabrik gula baru.
- Munculnya Undang Undang Agraria dan Undang Undang Gula mendorong
munculnya perkebunan perkebunan swasta baru seperti perkebunan the,
perkebunan kina di Jawa Barat, Perkebunan tembakau di Deli Sumatera Timur,
perkebunan the di Jawa Tengah dan Jawa Timur, perkebunan karet di Serdang
dan masih banyak lagi.
- Selain bidang perkebunan juga berkembang perusahaan swasta di bidang
pertambangan, misalnya: tambang timah di Bangka, tambang batu bara di
Umbilin.
- Khusus perkebunan du Sumatera Timur yaitu di Deli dan Serdang, tenaga kerja
didatangkan Cina dibawah sistem kontrak. Dengan dihapusnya system
perbudakan, maka system kontrak tenaga kerja merupakan usaha yang baik
bagi perkebunan untuk tetap mendapatkan tenaga kerja.
- Pada tahun 1888 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan pertama
mengenai persyaratan hubungan kerja kuli kontrak di Sumatera Timur yang
disebut Koeli Ordonnantie.
9

Koeli Ordonnantie ini mula mula hanya berlaku di Sumatera Timur, namun
kemudian berlaku pada semua wilayah Hindia Belanda di luar Pulau Jawa.
Dalam perjanjian kuli kontrak atau koeli Ordonnantie ini tenaga kerja
memberikan jaminan jaminan tertentu pada majikan terhadap kemungkinan
para pekerja melarikan diri sebelum masa kontrak mereka habis. Disisi lain
juga diadakan peraturan yang melindungi tenaga kerja kontrak dari tindakan
kesewenang wenangan majikan.
- Di dalam perjanjian Koeli Ordonnantie juga diatur sanksi/ hukuman bagi pihak
yang melanggar, baik dari pihak tenaga kerja maupun bagi pihak majikan.
Namun kenyataannya hukuman hanya diberikan pada pihak tenaga kerja.
- Hukuman / sanksi yang diberikan tenaga kerja kuli kontrak dikenal dengan
istilah Poenale Sanctie
- Poenale Sanctie diantaranya memuat aturan bahwa tenaga kerja yang
melarikan diri sebelum kontrak habis polisi akan menangkap dan akan dibawa
kembali ke perkebunan dengan kekerasan jika mereka melawan. Adapun
hukuman yang diberikan bermacam macam mulai kerja paksa tanpa gaji,
perpanjangan masa kontrak yang melebihi ketentuan ketentuan kontak kerja.
- Pada akhir abad ke -19 di negeri Belanda mulai timbul kontroversi tentang
Poenale Sanctie. Akibatnya pemerintah Hindia Belanda mulai mengadakan
usaha-usaha untuk memperbaiki keadaan di lingkungan tenaga kerja di
Sumatera Timur.
5. Politik Etis (Politik Balas Budi)
- Pencetus politik Etis adalah Van Deventer.
- Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan menulis dalam
majalah De Gids yang berjudul Eeu Eeresschuld (hutang budi). Van Deventer
menjelaskan bahwa pemerintah Belanda berhutang budi pada rakyat
Indonesia , untuk itu pemerintah Belanda harus membalas hutang budi dengan
cara memperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan, dan memakmurkan.
- Menurut Van Deventer ada tiga cara untuk memperbaiki nasib rakyat
Indonesia, yaitu dengan cara :
a. Edukasi (Pendidikan)
- Edukasi dimaksudkan dapat meningkatkan kualitasa bangsa Indonesia
sehingga dapat diajak memajukan perusahaan perkebunan dan
mengurangi keterbelakangan.
b. Irigasi (Pengairan)
- Irigasi dimaksudkan dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga
dapat meningkatkan produksi
c. Emigrasi (Perpindahan Penduduk)
- Dengan memindahkan penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatera, maka
dapat mengolah tanah/ lahan yang belum dibuka untuk lahan
perkebunan, sehingga dapat meningkatkan penghasilan, dilain pihak
dapat mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa.
- Pendukung Politik Etis usulan Van Deventer antara lain :
1. Mr. P. Brooshoof, redaktur surat kabar De Lokomotif, yang pada tahun
1901 menulis buku berjudul De Ethische Koers In de Koloniale Politiek
(Tujuan Etis dalam Politik Kolonial)
2. K.F Holle, banyak membantu kaum petani
3. Van Vollen Hoven, banyak memperdalam hukum adat pada beberapa
suku bangsa di Indonesia
4. Abendanon, banyak memikirkan pendidikan pribumi
5. Leivegoed, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang rakyat
Indonesia
6. Van Kol, banyak menulis tentang keadaan pemerintahan Hindia Belanda
10

7. Dauwes Dekker (Multatuli), dalam bukunya Max Havelaar, Saya dan


Adinda
Usulan Van Deventer mendapat perhatian besar dari pemerintah Belanda,
pemerintah Belanda menerima usulan tersebut namun akan di selaraskan
dengan sistem kolonial di Indonesia. Antara lain :
Edukasi
- Edukasi dilaksanakan, tetapi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
pegawai kelas rendahan.
- Pendidikan dipisahkan antara orang Belanda, anak bangsawan, dan
rakyat.
- Bagi rakyat kecil hanya tersedia skolah rendah untuk mendidik anak
menjadi orang yang setia pada penjajah, pandai dalam administrasi, dan
sanggup menjadi pegawai dengan gaji yang rendah.
Irigasi
- Pembagunan irigasi diadakan bukan untuk sawah sawah rakyat, namun
untuk mengairi perkebunan- perkebunan milik swasta asing dan
pemerintah kolonial .
Emigrasi
- Emigrasi dilakukan bukan untuk meningkatkan kehidupan rakyat
Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah di
perkebunan .
Pemerintah Hindia Belanda ternyata menyelewengkan pelaksanaan Politik Etis.
Sehingga kehidupan rakyat Indonesia tidak mengalami perubahan.

B. KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA DI BAWAH KEKUASAAN BARAT


a. Masa Kolonial Inggris
NO
KEBIJAKAN
POSITIF
NEGATIF
1
Sistem Pajak
1. Rakyat bebas
1. Gagalnya system Pajak
Tanah ( landrent
mengusahakan tanaman
tanah membuat rakyat
system)
yang menguntungkan,
Indonesia harus
sesuai dengan ketrampilan
memenuhi dua pihak
nya
sekaligus, yakni
bangsawan dan
pemerintah colonial
2. Rakyat membayar sesuai
dengan aturan yang
berlaku, tanpa perlu
khawatir terhadap
pungutan liar atau
pemerasan

2. Gagalnya system pajak


tanah Pemerintah
kolonial terpaksa
memberlakukan
kembali wajib kerja
untuk mengusahakan
tanaman komoditas
ekspor, seperti kopi,
dan kayu jati

3. Rakyat akan tergerak


untuk terus meningkatkan
hasil pertaniannya karena
akan meningkatkan
kesejahteraannya

3. Gagalnya system pajak


tanah Pemerintah
kolonial terpaksa
memberlakukan
kembali sejumlah
pungutan semasa VOC

11

b. Masa Kolonial Belanda


NO
KEBIJAKAN
1 Cultuurstelsel

POSITIF

2.

3.

Undang Undang
agrarian 1870

NEGATIF

1. Rakyat dpt mengusahakan


sebagian besar lahannya
untuk tanaman pangan,
karena hanya seperlima
lahan yang digunakan untuk
tanaman wajib

1.

2.

1. Cultuurstelsel banyak
penyimpangan, rakyat
lebih banyak menggarap
tanaman wajib, sehingga
tidak sempat
mengerjakan sawah dan
ladang
Rakyat dapat dilatih untuk
2. Rakyat yg tidak memiliki
berbisnis dengan
tanah harus bekerja
mengusahakan tanaman
melebihi waktu yg
yang diinginkan pasar secara
ditentukan
professional sehingga dapat
meningkatkan
kesejahteraannya sebagai
petani sekaligus sebagai
pengusaha. Kelebihan hasil
panen dari yang diwajibkan
akan dibayar oleh
pemerintah
Ketentuan Cultuurstelsel
3. Jatahlahan untuk
lebih ringan dari aturan
tanaman wajib melebihi
wajib tanam sebelumnya,
seperlima dari lahan
seperti verplichte
garapan, apalagi lahan yg
leverantien, dan Preanger digunakan untuk
stelsel
tanaman wajib adalah
lahan yg subur, akibatnya
tanaman pangan hanya
bisa ditanam di tanah yg
sempit dan kurang subur
4. Lahan yg digunakan
untuk tanaman wajib
tetap dikenakan pajak
5. Kelebihan hasil panen
tidak dibayar, sedangkan
kegagalan panen tetap
menjadi tanggung jawab
rakyat
Rakyat diperkenalkan pada
1. Pemberlakuan Undang
betapa pentingnya peranan
Undang Agraria
lalu lintas uang (modal)
merupakan cara baru
dalam kehidupan ekonomi
untuk mengeksploitasi
SDA Indonesia sebesar
besarnya untuk
kepentingan swasta/
investor, sedang rakyat
Indonesia tetap menderita
Tumbuhnya perkebunan
2. Dengan
perkebunan besar,
diperkenalkannya

12

meningkatkan jumlah
produksi tanaman ekspor,
jauh melebihi ketika masa
tanam paksa ( ketika itu
Indonesia menjadi penghasil
kina no 1 didunia)
3. Rakyat Indonesia turut serta
merasakan manfaat sarana
irigasi dan transportasi
(jalan, jembatan, Rel Kereta
Api) yg dibangun
pemerintah kolonial untuk
perkebunan

ekonomi uang pada


rakyat, banyak rakyat
yang menjadi kuli
kontrak di perkebunan
(merasakan dapat upah)
3.

C. TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL DAN PERKEMBANGAN


PERGERAKAN KEBANGSAAN
a. Reaksi Politik 1 (perlawanan sebelum 1800)
1. Reaksi terhadap Portugis
a. Ternate
- Perlawanan dirintis oleh Dajalo.
- Dengan dukungan orang Tidore dan bacan berhasil merebut dan membakar
benteng portugis.
- Setelah dating bantuan dari Malaka, Portugis mampu meredakan perlawanan
Ternate.
- Pimpinan Portugis Antonio Galvao, memaksa Ternate untuk berdamai.
- Untuk sementara waktu Portugis dapat mempertahankan pengaruhnya di
Ternate
- Perlawanan berikutnya dipimpin oleh Sultan Khairun.
- Perlawanan Sultan Khairun didasari tiga alasan :
1. Monopoili perdagangan yang dijalankan Portugis membuat petani Ternate
semakin menderita
2. Portugis telah campur tangan dalam urusan Ternate, dengan menangkap
raja Ternate sebelumnya yaitu Tabariji.
3. Permusuhan makin memuncak ketika Portugis gagal merampas
keuntungan perdagangan cengkih dari sultan Khairun.
- Pada tanggal 27 Februari 1570, terjalin perdamaian antara Sultan Khairun
dengan Portugis, namun sehari setelah perjanjian perdamaian, Sultan Khairun
dibunuh dengan keji di benteng Portugis.
- Tindakan Portugis tersebut menyulut kemarahan rakyat Ternate, dengan
dipimpin Sultan Baabullah Daud Syah (putra Sultan Khairun) perlawanan
melawan Portugis untuk ketiga kalinya berlangsung.
- Perlawanan sultan Baabullah Daud Syah berlangsung selama 5 tahun, pada
tahun 1575, Sultan Baabullah memerintahkan Portugis untuk meninggalkan
Ternate, dengan terpaksa Portugis pindah ke Timor Timur dan Flores.
b. Aceh
- Perlawanan Aceh mulai muncul sejak masa pemerintahan Sultan Ali
Mughayat Syah.
- Perlawanan tersebut berdasarkan alas an sbb:
1. Dengan kedudukan di Malaka, Portugis merupakan saingan kuat Aceh
dalam perdagangan di kawasan Selat Malaka dan sekitarnya.
2. Portugis memilki kepentingan menyebarkan agama Kristen, sementara
Aceh memiliki kepentingan menyebarkan agama Islam
- Untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka Aceh bersekutu dengan Johor,
bantuan juga dating dari Kerajaan Demak.

13

Perlawanan dilanjutkan semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, akan


tetapi kedua belah pihak tidak mampu mengalahkan, Aceh tidak mampu
mengusir Portugis, sedang Portugis gagal menanamkan pengaruhnya di Aceh.

2. Reaksi terhadap Inggris


- Pada tahun 1604, EIC tiba di Ternate, Tidore, Banda, dan Ambon, di bawah
pimpinan Sir Henry Middleton.
- Di tempat tempat itu Inggris mendapat paerlawanan dari saingannya yaitu
VOC.
- Kemudian EIC mendirikan kantor dagang di Jayakarta, Jepara, Makassar,
Aceh, dan Ambon. Pendirian kantor dagang di Ambon berdasarkan
kesepakatan diplomatik.
- antara Belanda dengan Inggris di Eropa, bahwa VOC harus memberikan
kesempatan kepada EIC untuk mendirikan usaha di Ambon.
- Pada tahun 1622, terjadi pembantaian terhadap orang orang Inggris yang
melawan VOC, sejak pembantaian itu menunjukkan kegagalan Inggris dalam
menerapkan monopoli perdagangan di Indonesia, karena kegagalan itu, tidak
ada reaksi yang berarti dari bangsa Indonesia terhadap Inggris.
3. Reaksi terhadap Belanda
1. Perlawanan Rakyat Maluku
- Pada tahun 1605, Belanda memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut
benteng milik Portugis di Ambon.
- Belanda memperkuat posisinya dengan mendirikan benteng benteng di
sekitar pulau yang dikuasai serta melakukan monopoli perdagangan rempah
rempah di Maluku.
- Pada tahun 1635 rakyat Maluku mulai mengadakan perlawanan terhadap
Belanda di bawah Pimpinan Kakiali dan Kapten Hitu.
- Tahun 1643 Kakiali berhasil dibunuh oleh seorang penghianat
- Perlawanan rakyat Maluku tetap berlanjut, gugurnya Kakiali digantikan oleh
Telukabesi. Perlawanan Telukabesi mampu diredakan tahun 1646.
- Muncul perlawanan terhadap Belanda di Amboina sampai Ternate, yang
dipimpin oleh Saidi. Saidi berhasil ditangkap dan dibunuh.
- Perlawanan rakyat Maluku muncul lagi tahun 1779 dipimpin oleh Raja Tidore,
Sultan Jamaluddin, namun Sultan Jamaluddin mampu ditangkap dan
diasingkan di Sailan (Sri Lanka).
- Pengganti Sultan Jamaluddin adalah Patra Alam, seorang kaki tangan Belanda.
Rakyat Tidore tidak mengakui Patra Alam sebagai sultan di Tidore, namun
lebih mengakui Pangeran Nuku (putra Sultan Jamaluddin) sebagai Sultan
Tidore.
- Tahun 1780 Patra Alam menyerang tempat kediaman Pangeran Nuku, namun
Pangeran Nuku mampu meloloskan diri dan menyikir ke Halmahera.
- Di Halmahera Pangeran Nuku mendirikan markas besar dan melawan VOC.
- Pangeran Nuku juga berhasil mengadu domba antara Belanda dengan Inggris.
- Tahun 1797 Pangeran Nuku bersama Panglima Zainal Abidin berhasil
merebut Tidore dari tangan VOC (Belanda).
- Selama 17 tahun (1780 1797) Pangeran Nuku berjuang melawan Belanda.
- Pangeran Nuku wafat tahun 1805, sejak itu VOC kembali menguasai Kerajaan
Tidore.
2. Perlawanan Mataram (1628 1629)
- Pada awalnya hubungan Mataran dengan Belanda berjalan baik, VOC
diperbolehkan membuat kantor dagang tanpa membayar pajak, namun
akhirnya VOC menuntut monopoli perdagangan di Jepara. Bupati Kendal yang
14

bernama Baurekso bertanggung jawab atas Jepara sangat keberatan dengan


tuntutan VOC tersebut. Namun VOC tidak mengindahkan keberatan tsb, dan
tetap melakukan monopoli perdagangan, sehingga kantor dagang VOC
diserang penduduk. Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon membalas atas
serangan tersebut dengan menembaki Jepara.
- Peristiwa Jepara membuat Sultan Agung bertekad untuk mengusir VOC dari
Pulau Jawa
- Adapaun alasan Mataram menyerang VOC di Batavia adalah :
1. VOC tidak mengakui kedaulatan Mataram
2. VOC dianggap merintangi cita cita Sultan Agung dalam menguasai
seluruh wilayah Pulau Jawa.
3. VOC sering merintangi perdagangan Mataram dengan Malaka
- Serangan Mataram yang pertama terjadi pada tahun 1628. Dalam serangan
tersebut pada awalnya VOC terdesak dan korban banyak berjatuhan . pasukan
Mataram terus menyerang Benteng Holandia sehingga terjadi pertempuran
sengit antara pasukan Mataram dan VOC, namun akhirnya Mataram menderita
kekalahan.
- Kekalahan pada serangan pertama tidak membuat Sultan Agung putus asa,
pada tahun 1929 di bulan September Sultan Agung melakukan penyerangan
dengan mengepung benteng Holandia melalui parit parit. Dan pasukan
Mataram berhasil merusak beteng tersebut. Serangan tersebut dilanjutkan
menuju benteng Bommel, namun pada serangan ke benteng Bommel ini
pasukan Mataram tidak berhasil karena masalah logistik (gudang gudang
beras pasukan Mataram) dibakar oleh VOC, sehingga pasukan Mataram
mengalami kelaparan dan pertahanan yang lemah, akhirnya pasukan Mataram
ditarik mundur
3. Perlawanan Trunojoyo (1647 1679)
- Trunojoyo adalah salah seorang bupati Madura. Dia tidak senang kepada
Amangkurat I (putra Sultan Agung) yang menjalin hubungan dengan Belanda
(VOC).
- Trunojoyo memulai perlawanan dengan Belanda (VOC) pada tahun 1647.
- Perlawanan Trunojoyo menunjukkan merupakan bukti bahwa rakyat sudah
tidak tahan terhadap penindasan Amangkurat I.
- Pasukan Trunojoyo berhasil mendesak pasukan Belanda dan Mataram yang
akhirnya dapat menduduki ibu kota Kerajaan Mataram.
- Setelah ibu kota dikuasai (1677) seluruh perangkat kebesaran keratin dibawa
ke Kediri, kota Kediri dijadikan pusat pemerintahan.
- Amangkurat I meniggalkan istana Kerajaan Mataram untuk minta bantuan
kepada Admiral Speelman (VOC), dalam perjalanannya, Amangkurat I
meninggal, dan dimakamkan di Tegal Wangi.
- Usaha untuk mencari bantuan dilanjutkan oleh putranya, Amangkurat II,
Amangkurat II meminta bantuan VOC di Jepara. Tentara VOC dibawah
pimpinan Kapten Tack bersama dengan pasukan Mataram menuju Kediri.
- Dalam pertempuran tsb, Trunojoyo terdesak dan berusaha bergabung dengan
pasukan Makassar di Bangil yang dipimpin oleh Kraeng Galengsong. Di
daerah Bangil Trunojoyo membangun benteng yang kuat. Kekuatan VOC
bertambah kuat setelah mendapat bantuan dari Aru Palaka, dan VOC
menguasai benteng Trunojoyo di Bangil.
- Trunojoyo berhasil meloloskan diri dan melarikan diri ke utara gunung Kelud.
Akibat kekurangan pangan, Trunojoyo dapat ditangkap dan serahkan kepada
Amangkurat II dan dijatuhi hukuman mati.
15

b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c.

Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Trunojoyo, tentara VOC dan


Mataram menyerang ibu kota Mataram di Plered yang sedang diduduki oleh
Pangeran Puger.
- Kerajaan Mataram berhasil direbut dan Amangkurat II dinobatkan sebagai Raja
Mataram.
- Raja Amangkurat II memindahkan ibu kota dari Plered ke Kartasura (1679)
- Karena Amangkurat berhutang budi pada Belanda (VOC) maka Amangkurat II
harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang isinya merugikan
Mataram.
- Isi perjanjian .. (Mataram / Amangkurat II dengan Belanda/ VOC)
4. Perlawanan Untung Suropati (1683 1706)
- Untung Suropati awalnya dikenal sebagai seorang budak dari Bali yang dibawa
VOC ke Batavia, yang kemudian dijadikan pasukan VOC di Batavia. Karena
merasa direndahkan Untung Suropati berbalik meyerang VOC
5. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said (1749 1757)
6. Perlawanan Rakyat Banten ( 1682 - 1683)
7. Perlawanan Rakyat Makassar (Gowa) 1616- 1667
Reaksi Politik 2 (perlawanan tahun 1800 - )
Perlawanan Saparua (1817)
Perang Padri (1821- 1837)
Perang Diponegoro (1825 1830)
Perang Aceh (1873 1904)
Perang Banjar (1858 1866)
Perang Jagaraga (1849 1906)
Reaksi Pengaruh Sosial
1. Gerakan Protes Petani
2. Gerakan ratu Adil
3. Gerakan keagamanaan

16

Anda mungkin juga menyukai