VOC
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, VOC diberi hak Istimewa (hak Octroi), yaitu :
*saat prancis berhasil menaklukan raja belanda yaitu raja willem van oranje (1800 ) secara
otomatis daerah jajahan belanda termasuk indonesia dikuasai prancis dan raja louis
napoleon memanggil herman w. Deandels sebagai gubernur jendral di indonesia
*Karena tindakan otoriter yang di lakukan oleh Deandels sebelum terjadi serangan
inggris, deansdels ditarik kembali ke eropa. Ditariknya deandels juga karna raja louis
membutuhkan jendral untuk penyerbuan ke rusia.
Lalu louis napoleon mengutus Jan Willem Janssens untuk menggantikan posisi
deandels, tetapi janssens tidak bisa bertahan lama oleh serangan inggris dan
menyerahkan kekuasaanya kepada inggris dengan adanya kapitulasi tuntang (perjanjian
tuntang) lalu diperintah oleh thomas stamford raffles
Thomas stamford raffles
Kebijakan utama Raffles adalah Pertanian Bebas (petani pribumi bebas menanm tanaman apa
saja, baik kebutuhan sendiri maupun tanaman ekspor) & Sewa Tanah (Landrent)
Pada tahun 1814 Napoleon Bonaparte kalah melawan raja–raja di Eropa dalam perang koalisi. Untuk
memulihkan keadaan diadakan kongres wina, lalu dilanjutkan perjanjian bangsa belanda dan inggris
dengan adanya konvesi london, yaitu pengembalian tanah jajahan kepada belanda.pada tahun 1816
Lalu raffles pindah ke bengkulu dan mendirikan pos disana. Pada tahun 1924 terjadi perpindahan
kekuasaan belanda menguasai bengkulu dan raffles menguasai malaka, dan raffles bisa menguasai
singapura sesaat setelah menaklukan sultan johor. Dan indonesia dilanjutkan dengan sistem tanam
paksa
Merupakan seorang pejabat Belanda yang pernah menjabat sebagai Asisten Residen Lebak
(Banten). Douwes Dekker cinta kepada penduduk pribumi, khususnya yang sengsara karena
tanam paksa. Menggunakan nama samaran Multatuli yang memiliki arti 'aku telah banyak
menderita', ia menulis buku berjudul Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang
Belanda (1859) yang menceritakan kesengsaraan rakyat indonesia akibat Sistem Tanam Paksa.
Baron Van Hoevel
Merupakan seorang missionaris yang pernah tinggal di Indonesia (1847). Dalam perjalanannya
di Bali, Madura dan Jawa, ia banyak melihat kesengsaraan rakyat akibat adanya Cultuurstelsel.
Setelah pulang ke Belanda dan terpilih menjadi anggota parlemen Ia sering melakukan protes
terhadap pelaksanaan tanam paksa, ia gigih dalam berjuang menuntut dihapusnya tanam paksa.
Daendels kemudian membuat beberapa peraturan untuk menjelaskan kepada rakyat bahwa
kekuasaan tertinggi berada di Batavia, bukan di tangan Raja-raja. Residen (pada masa
pemerintahan Daendels disebut menteri) berhak duduk sejajar dengan Raja, memakai payung
seperti Raja, tidak perlu membuka topi atau mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus
disambut oleh raja dengan berdiri dari tahtanya ketika Residen datang ke keraton. Pada saat
Residen bertemu di tengah jalan dengan Raja, Residen tidak perlu turun dari kereta, tetapi cukup
membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan kereta Raja.
1. Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping gubernur jenderal dibubarkan dan
diganti dengan Dewan Penasihat. Salah seorang penasihatnya yang cakap ialah Mr. Muntinghe.
2. Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten. Setiap prefektuur dikepalai oleh
seorang residen (prefek) yang langsung di bawah pemerintahan Wali Negara. Setiap residen
membawahi beberapa bupati.
3. Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda dan diberi pangkat sesuai dengan ketentuan
kepegawaian pemerintah Belanda. Mereka mendapat penghasilan dari tanah dan tenaga sesuai
dengan hukum adat.
Pengadilan untuk pribumi ada di setiap prefektuur dengan prefek sebagai ketua dan para bupati
sebagai anggota. Hukum ini diterapkan di wilayah kabupaten, sedangkan di wilayahprefektuur seperti
Batavia, Semarang, dan Surabaya diberlakukan hukum Eropa.
2. Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, termasuk terhadap bangsa Eropa sekalipun. Akan
tetapi, Daendels sendiri malah melakukan korupsi besar-besaran dalam penjualan tanah kepada
swasta.
Dalam melaksanakan tugas utamanya untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,
Daendels mengambil langkah-langkah berikut ini.
1. Membangun jalan antara Anyer-Panarukan, baik sebagai lalu lintas pertahanan maupun
perekonomian.
2. Menambah jumlah pasukan dalam angkatan perang dari 3000 orang menjadi 20.000 orang.
3. Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal itu dilakukan karena beliau tidak dapat
mengharapkan lagi bantuan dari Eropa akibat blokade Inggris di lautan.
4. Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
1. Rakyat dipaksa melakukan kerja paksa (rodi) untuk membangun jalan Anyer-Panarukan.
2. Perbudakkan dibiarkan berkembang.
3. Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan, atau sultan.
4. Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.
B. Akhir Kekuasaan Herman Willem Daendels
Louis Napoleon sebagai Raja Belanda akhirnya menarik kembali Daendels dengan pertimbangan
Daendels telah berbuat secara optimal di Indonesia. Penarikan Daendels ke Belanda disertai dengan
pengangkatannya sebagai seorang panglima perang yang kemudian dikirim ke medan peperangan di
Russia.