Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH

KELOMPOK 3:
1. 2. 3. 4. 5. AKHMAD FADHIEL NOOR ANDI AMALIAH TENRI ULENG CYNTHIA SAHANSAH W. MERRY KRISNAYANTI WIRIANDY LEMBA (02) (05) (08) (11) (30)

XI IA 3

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DI INDONESIA PADA ABAD KE-19

Pemerintahan Kerajaan Belanda


Sejak tahun 1800, Belanda menerapkan politik dagang dan sistem pajak. Dengan tujuan ingin mengeruk kekayaan dari bumi Indonesia tanpa mau memperhatikan nasib rakyat. Pengaruh politik kekuasaan Belanda makin kuat sehingga kewibawaan raja-raja merosot. Mereka dijadikan alat pembantu bagi Belanda untuk menggali kekayaan bumi Indonesia.

Gubernur Jenderal Daendels Pada tanggal 15 Januari 1808,Gubernur Jenderal Wiese menyerahkan kekuasaannya kepada Daendels. Kedatangan Deandels di Indonesia sebagai gubernur jenderal mempunyai tugas pokok mempertahankan pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris dan memperbaiki keadaan tanah jajahan. Deandels berusaha mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris dengan melakukan tindakan, antara lain sebagai berikut : 1. Membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. 2. Mendirikan benteng-benteng pertahanan. 3. Membangun pangkalan Angkatan Laut diMerak dan di Ujung Kulon. 4. Memperkuat pasukan dengan beranggotakan orang Indonesia. Deandels berusaha memperbaiki pulau Jawa dengan cara lain, antara lain 1. Membagi pulau Jawa menjadi 9 daerah. 2. Mengangkat para bupati di seluruh Jawa sebagai pegawai pemerintahan Belanda. 3. Memperbaiki gaji pegawai, membrantas korupsi dan memberi hukuman bagi para pegawai yang melakukan pratik korupsi. 4. Mendirikan badan-badan peradilan yang sesuai dengan adat istiadat Indonesia Daendels kemudian berusaha memperoleh biaya yang diperlukan dengan cara, antara lain: 1. Menerapkan peraturan menyerahkan sebagian hasil bumi sebagai pajak dan aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerinath dengan harga yang telah ditetapkan; 2. Mengadakan kerja paksa (rodi) bagi penduduk Indonesia; 3. Menjual tanah-tanah luas kepada pengusaha swasta Belanda dan Tionghoa; 4. Memperluas area penanaman tanaman kopi.

Gubernur Jenderal Janssens Pada saat Jansens memerintah,kedudukan Inggris di Indonesia makin kuat dan makin dekat untuk menguasaipulau Jawa. Pada tahun 1811 Jansens menyerah kepada Inggris di daerah Tuntang, Salatiga (Jawa Tengah). Kapitulasi Tuntang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, 11-8-1811 raja muda ( Viceroy ) Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffless sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya, ( Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi,dan Kalimantan Selatan).Penyerahan itu ditandai dengan penandatanganan perjanjian damai oleh kedua belah pihak yang disebut Kapitulasi Tuntang yang berisi: 1. Seluruh kekuatan militer Belanda yang berada wilayah asia tenggara harus diserahkan kepada Inggris; 2. Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris; 3. Pulau Jawa, Madura dan semua pangkalan militer Belanda di luar Jawa menjadi wilayah kekuasaan Inggris.

Pemerintahan Kolonial Inggris

Gubernur Thomas S. Raffles

Kebijakan pemerintahan Gubernur Thomas S. Raffles, yaitu: a) Perwujudan kebebasan meliputi kebebasan menanam, berdagang dan berproduksi untuk ekspor b) Menegakakan hukum yang berupa perlindungan kepada rakyat agar bebas dari kesewenang-wenangan. Kebijakan politik itu dikenal sebagai sistem pajak tanah (landrent system). Pokok-pokok Sistem Pajak Tanah: Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam sistem pajak tanah. a) Segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan. b) Semua tanah menjadi milik pemerintah kolonial. c) Penyewahan tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan batas waktu. Keuntungan Sistem Pajak Tanah bagi Rakyat: a) Rakyat bebas menanam tanaman yang menguntungkan sesuai dengan keterampilannya. b) Rakyat membayar sewa sesuai dengan aturan yang berlaku,tanpa rasa khawatir adanya punggutan liar. c) Rakyat akan tergerak untuk meningkatkan hasil pertanian karena akan meningkatkan tarif kehidupannya. Keuntungan Sistem Pajak Tanah bagi Pemerintah Kolonial: a) Pemerintah memperoleh pemasukkan pendapatan secara tetap dan terjamin. b) Semakin besar hasil panen semakin besar pula sewa tanah yang diterima oleh pemerintahan kolonial. Kendala Sistem Pajak Tanah: a) Sistem feodal telah berakar dan menjadi tradisi di Indonesia. b) Pegawai pemerintah yang cakap untuk mengendalikan pelaksanaan sistem pajak tanah terbatas jumlahnya. c) Rakyat Indonesia belum siap menerima sistem yang baru. d) Kepemilikan tanah berciri tradisional(warisan adat). Akibatnya, pemerintah kolonial mengalami kesulitan dalam prosedur pengambilan tanah.

Pemerintahan Komisaris Jenderal


Pemerintahan Raffles di Indonesia hanya berlangsung selama 5 tahun. Pada tanggal 19 Agustus 1816, berlangsung penyerahan kekuasaan atas Indonesia dari Inggris kepada Indonesia. Di Belanda sendiri, terjadi perdebatan mengenai kebijakan politik yang tepat untuk Indonesia, yaitu: a) Kaum Liberal berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada negeri induk apabila urusan ekonomi diserahkan kepada pihak swasta b) Kaum Konservatif berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada negeri induk apabila urusan ekonomi ditangani langsung oleh pemerintah. Sekitar tahun 1830-an, kebijakan politik pemerintah kolonial mulai bergeser ke arah konservatif. Penyebabnya adalah: a) Kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan, karena tidak sesuai dengan sistem feodal yang berlaku di Indonesia. b) Pemerintah sulit berhubungan langsung dan bebas dengan rakyat, pemerintah harus melalui perantara para penguasa setempat. c) Hasil perdagangan dari sektor ekspor belum memuaskan karena kalah bersaing dengan Inggris. d) Terjadi pemisahan Belgia dari Belanda, akibatnya Belanda kehilangan daerah industrinya sehingga tidak mampu menyaingi Inggris dalam ekspor hasil industri ke Indonesia.

Sistem Tanam Paksa


Sistem ini dijalankan atas saran Van Den Bosch yang kemudian diangkat jadi gubernur jenderal di Indonesia.

Akibat Tanam Paksa: Bagi Belanda: a) Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi; b) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja; c) Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan lagi dan mampu melunasi utang-utang Indonesia; d) Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil tanaman tropis. Bagi Indonesia: a) Menyebabkan tekanan fisik maupun mental yang berkepanjangan bagi rakyat Indonesia; b) Jumlah penduduk di Pulau jawa menurun drastic dikarenakan banyaknya kelaparan dan kematian karena system tanam paksa ini; c) Pertanian terutama hasil padi mengalami banyak kegagalan. Aturan-Aturan Tanam Paksa: a) Penduduk desa yang punya tanah diminta menyediakan seperlima dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran dunia. b) Tanah yang disediakan bebas dari pajak. c) Hasil tanaman itu harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Apabila harganya melebihi pembayaran pajak maka kelebihannya akan dikembalikan kepada petani. d) Waktu untuk menanam tidak boleh melebihi waktu untuk menanam padi. e) Kegagalan panenan menjadi tanggung jawab pemerintah. f) Wajib tanam dapat diganti dengan penyerahan tenaga untuk dipekerjakan di pengangkutan, perkebunan, atau di pabrik-pabrik selama 66 hari. g) Penggarapan tanaman di bawah pengawasan langsung oleh kepalakepala pribumi, sedangkan pihak Belanda bertindak sebagai pengawas secara umum. Pelaksanaan Tanam Paksa: Melihat aturan-aturannya, sistem tanam paksa tidak terlalu memberatkan, namun pelaksanaannya sangat menekan dan memberatkan rakyat. Adanya upah yang diberikan kepada penguasa pribumi berdasarkan besar kecilnya setoran, ternyata cukup memberatkan beban rakyat. Untuk mempertinggi upah yang diterima, para penguasa pribumi berusaha memperbesar setoran. Akhir Tanam Paksa: Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khususnya Jawa, akhirnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti berikut ini.

Golongan Pengusaha Golongan ini menghendaki kebebasan berusaha. Mereka menganggap bahwa tanam paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal. Baron Van Hoevel

Ia adalah seorang missionaris yang pernah tinggal di Indonesia (1847). Dalam perjalanannya di Jawa, Madura dan Bali, ia melihat penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa. Setelah pulang ke Negeri Belanda dan terpilih sebagai anggota parlemen, ia semakin gigih berjuang dan menuntut agar tanam paksa dihapuskan. Eduard Douwes Dekker Ia adalah seorang pejabat Belanda yang pernah menjadi Asisten Residen Lebak (Banten). Dengan nama samaran Multatuli yang berarti Aku Telah Banyak Menderita", ditulisnya buku Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda (1859) yang menggambarkan penderitaan rakyat akibat tanam paksa. Akibat adanya reaksi

tersebut, pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa. 1. Nila, teh, kayu manis dihapuskan pada tahun 1865 2. Tembakau tahun 1866 3. Tebu tahun 1884 4. Tanaman terakhir yang dihapus adalah kopi pada tahun 1917 karena paling banyak memberikan keuntungan.

Kebijakan Pemerintah Kolonial dan Sistem Birokrasi VOC di Indonesia (sebelum abad ke 19)
A. Politik Perdagangan dan Kebijakan Pemerintah VOC a. Pusat-pusat perdagangan yang berhasil dikuasai VOC antara lain Malaka (1641), Padang (1662), Makassar (1667), dan Banten (1684). Peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain sebagai berikut : 1. Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi; 2. Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam. b. Beberapa Gubernur VOC yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi VOC di Nusantara antara lain : 1. Jan Pieterszoon Coen (1679-1629). Ia dikenal sebagai peletak dasar imperialisme Belanda di Nusantara. 2. Antonio Van Diemen (1636-1645) Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada tahun 1641. 3. Joan Maetsycker (1653-1678) Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang, Padang, dan Manado. 4. Cornelis Speelman (1681-1684) Ia menghadapi perlawanan bersenjata walaupun tdak berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin dari Makassar, Trunojoyo di Mataram, dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten. B. Sistem Birokrasi VOC Guna memerintah wilayah Nusantara yang sudah dikuasai, VOC mengangkat seorang Gubernur Jenderal yang dibantu oleh 4 orang anggoita yang disebut Raad Van Indie (Dewan India). Dalam melaksanakan pemerintahan, VOC menerapkan system pemerintahan tidak langsung (indirect rule) dengan memanfaatkan system feodalisme. Ciri khas feodalisme adalah ketaatan mutlak dari lapisan bawahan kepada atasannya. C. Kemunduran VOC Kemunduran VOC terjadi sejak awal abad ke 18 disebabkan oleh : 1. Banyaknya korupsi; 2. Biaya perang yang besar; 3. Persaingan dengan kongsi dagang lain; 4. Utang VOC yang besar; 5. Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usaha VOC mundur; 6. Berkembangnya Liberalisme; 7. Anggaran pegawai terlalu besar; 8. Pendudukan Prancis atas Belanda, VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.

Anda mungkin juga menyukai