Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan Pemerintah Kolonial Di Indonesia Pada Abad Ke-19

 
Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kepada kerajaan Belanda.
Bangkrutnya VOV ini ditandai oleh buruknya kondisi keuangan serikat dagang tersebut.
Dengan kas yang kosong dan utang yang menumpuk, serikat dagang yang pernah jaya itu
tidak mampu lagi menjalankan kegiatannya.
Jelaskan lah factor penyebab VOC gulung tikar……..
1. Banyak nya korupsi yang dilakukan oleh pegawai VOC
2. Besarnya biaya perang untuk menghadapi masyarakat
3. Utang VOC yang  sangat banyak
4. Pemberian dividen kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami
kemunduran
5. Berkurangnya keuntungan dari perdagangan rempah rempah 
6. Berkembangnya paham liberalisme sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan VOC
tidak sesuai lagu untuk diteruskan
Beralihnya kekuasaan VOC ke tangan pemerintahan kerajaan Belanda tidak berarti
membawa perbaikan. Kemerosotan moral dilingkungan penguasa dan penderitaan
penduduk tidak pernah berubah. Usaha perbaikan penduduk tanah jajahan tidak dapat
dilaksanakan, karena negeri belanda sendiri terseret dalam perang dengan kerajaan Prancis
dibawah kekuasaan Napoleon Bonaparte.
Pada tahun 1806 Napoleon telah membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Koninkrijk
Holland (Kerajaan Belanda). Kemudian Napoleon juga menempatkan adiknya yakni Louis
Napoleon menjadi Penguasa di Belanda. Lalu sementara itu, wilayah Indonesia sedang
berada dibawah ancaman Inggris yang berkuasa di India. Maka untuk itu Napoleon telah
mengangkat Deandles untuk memerintah Indonesia. Dan tugas utamanya adalah
mempertankan Pulau Jawa agar tidak di kuasai oleh Inggris.
A.Masa Pemerintahan Deandels (1808 – 1811)
Sebagai kepala pemerintahan colonial Belanda di Indonesia, Deandels banyak melakukan
pembaharuan, akan tetapi membaharuan itu banyak mendapatkan kendala. Deandels
merombak system pemerintahan Feodal dan menggantinya dengan system pemerintahan
barat modern.
Seperti apakah system yang dijalankan oleh Deandels di Indonesia dan bagai mana respon
dari masyarakat pribumi jelaskan………
= Deandels memerintah indonesia dengan sistem kediktatoran dan modernitas. Ia
menerapkan sistem pemerintahan sentralisasi kekuasaan dan menjadikan Batavia sebagai
pusat kekuasaan. Dan respon masyarakat terhadap sistem pemerintahan Deandels yaitu
ingin memberontak, namun tidak bisa,mau tidak mau harus mengikuti sistem yang telah di
buat.
 
Deandels menggunakan Konsep baru dalam mempin pemerintahan, seperti berikut ini :

1. Pertahanan : kebijakan yang dilakukan, misalnya menambah jumlah prajurit dari


suku-suku bangsa di Indonesia, membangun benteng di beberapa kota dan pusat
Pertahan di Kalijati, Bandung, dan membangun jalan raya dari Anyar hingga
Penarukan untuk lalu lintas pertahanan dan perekonomian.
Jelaskan mengapa jalan raya pos dari Anyer sampai ke Panarukan  disebut sebagai
jalan Deandels!........
= Karena Deandels adalah pemrakarsa jalan anyer-panarukan yang membentang dari
ujung barat hingga ujung timur pulau jawa. Dan dibangun pada masa pemerinahan
deandels. 

2. Ekonomi dan Keuangan : kebijakan yang dilakukan diantaranya adalah membetuk


Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan sistem
pemberantasan korupsi dengan keras, pajak ini natura (contingenten) dan sistem
penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap
dilanjutkan,bahkan di perberat, mengadakan Preanger Stelsel, yakni kewajiban bagi
rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman ekspor (kopi).
3. Pemerintahan dan Hukum : kebijakan yang di lakukan misalnya seperti membetuk
skretariat Negara untuk membereskan administrasi Negara, para dijadikan pegawai
pemerintahan (digaji), memindahkan pemerintahan dari Sunda Kelapa
ke Walterreden (Sekarang Gedung Mahkamah Agung DI Jakarta),pulau jawa dibagi
menjadi Sembilan perfec/wilayah, dan membangun kantor-kantor pengadilan.
4. Sosial : kebijakan yang dilakukan adalah melakukan kerja rodi untuk membangun
jakan Anyar hingga Penarukan, menghapus upacara penghormatan kepada presiden,
sunan, atau sultan, membuat jaringan pis distrik dengan menggunakan kuda  pos.
Pada tahun 1811 Deandels akhirnya ditarik ke Eropa dan kedudukannya digantikan
oleh Jeansens yang awalnya bertugas di Tanjung Harapan (Afrika Selatan). Namun
tidak lama setelah Jeansens memerintah, Inggris melakukan serangan atas wilayah-
wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Pada tanggal 11 September 1811 kedudukan
Jeansens terdesak sehingga ia terpaksa menyerah. Dan Jeansens pun terpaksa
menandatangani perjanjian damai yang disebut dengan Kapitulasi Tuntang.

Jelaskan isi dari kapitulasi Tuntang…


= 1. Seluruh kekuatan militer belanda yang ada di wilayah asia tenggara harus
diserahkan kepada inggris
   2. Utang pemerintahan belanda tidak diakui oleh inggris
   3. Pulau jawa,madura dan semua pangkalan militer belanda di luar jawa menjadi  
wilayah kekuasaan inggris.
 

lB. Kekuasaan Inggris Di Indonesia (Masa Pemerintahan Raffles)

Setelah berhasil menguasai wilayah Indonesia maka untuk mengatur jalannya pemerintahan
di Indonesia, Inggris telah menugaskan Thomas Standford Raffles sebagai letnan gubernur di
Indonesia. Pada masa kekuasaanya, kebijakan-kebijakan yang diterapkan antara lain adalah
sebagai berikut :

1. Pemerintahan : kebijakan yang dilakukan adalah membagi Pulau Jawa menjadi 16


keresidenan, para bupati dijadikan pegawai negeri (digaji), serta melarang kerja
paksa dan perbudakan.
2. Ekonomi dan Keuangan : kebijakan yang dilakukan antara lain adalah mengadakan
perdagangan bebas, mengadakan penanaman kopi dan penjualan tanah kepada
swasta, mengadakan landrente (sewa tanah), dan melakukan monopoli garam dan
minuman keras.
3. Social : kebijakan yang dilakukan antara lain adalah menghapus rodi, menghapus
perbudakan, dan peniadaan pynbank (disakiti), yakni adalah hukuman yang sangat
kejam dengan melawan harimau.

 
Pada masa pemerintahannya, Raffles tidak hanya berkecimpung dalam bidang
pemerintahan (politik). Namun melinkan Raffles juga berkecimpung dalam mengembangkan
kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan kegiatan ilmu pengetahuan yang menonjol
adalah membangun gedung Harmoni untuk lembaga ilmu pengetahuan Bataviache,
Genootshap, menulis buku “Historis of Java” yang berisikan tentang kebudayaan jawa, serta
bersama istrinya, yakni Olivia Marianne merintis pendirian Kebun Raya Bogor.
C. Sistem Cultuur Stelsel Di Indonesia
Pada tahun 1830, pemerintah Belanda mengirimkan Van den Bosch ke Indonesia sebagai
Gubernur Jenral. Tugas pokok Van den Bosch untuk menggali dana sebanyak-banyaknya
untuk mengisi kas keuangan Negara Belanda yang kosong. Van den Bosch kemudian
menyusun program untuk memenuhi tugas pokoknya. 
Jelaskan program-program yang dijalankan dalam pelaksanaan tanam paksa……
a. Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia supaya menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis
tanaman perdagangan.
b. Pembebasan tanah yang dipersiapkan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil
tanamannya dianggap sbg pembayaran pajak
c. Rakyat yang tak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan memainkan
pekerjaan di perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda
selama 66 hari atau seperlima tahun.
d. Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tak boleh
melebihi waktu tanam padi atau kurang semakin 3 (tiga) bulan
program Van den Bosch itu juga didasrkan aturan dan dasar hokum adat yang menyatakan
bahwa barang siapa berkuasa disuatu daerah berarti memeiliki tanah dan rakyatnya, pada
waktu itu raja mempunyai kekuasaan sehingga rakyat harus tunduk kepada raja dan wajib
memberikan sebagian dari hasil bumi. 
Jelaskanlah aturan serta pelaksanaan system tanam paksa di Indonesia!
A.Rakyat diwajibkan menyediakan tanah—secara sukarela—kurang dari 20% dari tanahnya
sehingga dapat dijadikan lahan untuk menanam berbagai jenis tanaman yang hasilnya
panen tersebut akan diekspor ke Eropa.
B.Dibebaskannya pajak untuk tanah yang disediakan oleh rakyat karena sudah dianggap
sebagai alat pembayaran pajak.
C.Diberlakukan aturan kepada rakyat yang tidak memilik tanah untuk dijadikan lahan, agar
menggantinya dengan bekerja di pabrik atau di perusahaan Belanda dengan waktu hingga
66 hari.
D.Waktu yang diberikan kepada rakyat untuk mengerjakan tanaman hanya selama kurang
lebih tiga bulan sejak dimulainya pekerjaan.
E.Apabila terdapat kelebihan hasil dari produksi tanaman yang berada diluar ketentuan
maka hasil tersebut akan diserahkan kepada rakyat.
F.Kerugian akibat bencana alam atau tanaman terserang yang berakibat gagal panen maka
akan ditanggung oleh pemerintah Belanda.
G.Teknik pelaksanaa aturan tanam paksa diserahkan dan diawasi oleh kepala desa,
sedangkan pemerintah Belanda hanya mengawasi pada bagian kontrol panen dan juga
transportasi sehingga bisa dijalankan dalam waktu yang ditentukan.
 namun kebijakan tentang system tanam paksa yang dijalankan di Indonesia mendatangkan
keuntungan bagi Belanda sehingga ketentuan tersebut dilanjutkan, akibatnya timbul
praktik-praktik penyimpangan dalam pelaksanaan Tanam Paksa.
Jelaskan bentuk-bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan system tanam paksa
= 1.Lahan pertanian yang digunakan untuk tanam paksa melebehi seharusnya.
2.Waktu tanam dari tanaman wajib ,melebihi ketentuan yang harus nya kurang dari 66 hari
3.Petani tidak mendapatkan kelebihan hasil produksi.
4.Petani harus mengganti sendiri kerusakan tanaman di perkebunan.
5.Petani dikenai dengan pajak tanah
6.Sisa kelebihan panen dari jumlah pajak tidak dikembalikan kepada petani
 
 
Berdasarkan dari hasil konversi London pada tahun 1814 meka Inggris kembali
menyerahkan wilayah Indonesia kepada pemerintahan Kerajaan Belanda. Untuk itu
pemerintahan Kerajaan Belanda membentuk Komisaris Jenderal yang beranggotakan Ellout,
Buyskes, dan Van der Capellen. Diantaranya ada tiga komisaris Jenderal yakni Van der
capellen pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang berupaya mengeruk kekayaan bangsa
Indonesia dengan sebanyak mungkin. Dan tujuannya adalah untuk membayar utang-utang
Belanda yang cukup besar selama perang. Namun pemerintahan Van der Cepellen (1817 –
1830)telah gagal karena Belanda tetap mengalami kesulitan ekonomi. Dan akhirnya, Van der
Capellen digantikan oleh Johannes van den bosch sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda.
Upaya yang dilakukan oleh van den Bosch untuk mencukupi kebutuhan keuangan
pemerintahannya dan juga untuk mengisi kas Negara Belada yang kosong adalah
melaksanakan cultuur stelsel (sistem tanam paksa).
Berbagai penderitaan akibat pelaksanaan tanam paksa telah mendorong munculnya reaksi
penetangan baik di bangsa Indonesia meupun dari tokoh-tokoh berkebangsaan Belanda.
Dan reaksi yang datang dari rakyat Indonesia adalah terjadinya terjadinya pelawanan di
Pasuruhan pada tahun 1833 dan pada tahun 1846 oleh para pekerja di berbagai perkebunan
tembakau dengan melakukan perusakan terhadap tanaman tembakau. Adapun reaksi dari
bangsa Belanda yang datang dari Baron van Houvel yakni seorang pendeta yang kemudian
ikut memperjuangkan penghapusan cultuur stelsel di parleman Belanda. Dan tokoh
penentang lain adalah Eduard Dowes Dekker (multatuli) dengan cara menulis pada sebuah
buku dengan judul “Max Havelaar”. Dan Frans van de Putte dengan menuliskan buku
dengan judul “Suiker Constracten” (Kontrak-Kontrak Gula).
Setelah mendapatkan protes dari berbagai kalangan Belanda, dan akhirnya sistem tanam
paksa dihapus pada tahun 1870, meskipun untuk tanaman kopi di luar pulau Jawa masih
terus berlangsung hingga 1915. Dan program yang dijalankan untuk menggantinya adalah
sistem sewa tanah dalam UU Agraria 1870.

 
D. Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka (1870 – 1900)
Semenjak sistem tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870, Hindia Belanda memasuki
zaman baru, yakni zaman politik pintu terbuka. Sedangkan pada masa ini, asas asas
liberalisme sangat berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan ekonomi  pemerintah
Hindia Belanda. Sejalan dengan perkembangan paham liberal di Indonesia, dan dikeluarkan
Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Gula pada tahun 1870. Setelah dilakukannya
UU tersebut, kaum Liberal Eropa bisa menanamkan modal di Indonesia dengan cara
membuka berbagai macam perkebunan, pertambangan, perindustrian, dan perdagangan.
Kebijakan Pemerintahan Kolonial (politik etis) Pada Awal Abad ke-20
Hakikat politik etis adalah suatu istilah atau konsep yan digunakan untuk menyejahterakan
bangsa jajahan (Indonesia). Istilah ini mulanya hanya sebuah kritikan dari kalangan Liberal
dan Sosial Demokrat terhadap politik colonial yang dirasa tidak adil dan menghilangkan
unsur-unsur humanistic. Golongan Sosial Demokrat yang diwakili oleh van kol, Van
Deventer, dan Brooshooft yang berupaya ingin memeradabkan bangsa Indonesia. Adapun
pendorong politik etis adalah kritikan yang dibuat oleh Van Deventer dalam majalah De Gies
yang intinya menyerahkan agar menyerahkan politik kehormatan (utang Budi) atas segala
kekayaan yang telah diberikan oleh bangsa Indonesia terhadap Negeri Belanda dimana
keuntungan menjadi lima kali lipat dari utang yang mereka anggap dibuat oleh bangsa
Indonesia. Dan pernyataan itu kemudian direspon oleh Ratu Wilhemina dalam pidato
pelantikannya sebagai ratu baru Belanda pada tahun 1898. Ia pun mengeluarkan
pernyataan bahwa Bangsa Belanda memiliki utang moril dan perlu memberikan
kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Politik etis itu sendiri memiliki arti politik bebas jasa, politikbalas budi, politik kehormatan
desentralisasi politik, kesejahteraan rakyat dan efisiensi. Pada saat itu akan diberlakukannya
politik etis pada tahun 1900 keadan politik, social dan ekonomi di Indonesia masih dalam
kondisi kacau balau. Bidang ekonomo sedang diguncang oleh berjangkitnya hama pada
tanaman terutama pada tebu. Adapun penyakit yang berkembang yakni adalah kolera dan
pes sehingga tidak mengherankan apabila bangsa Eropa tidak mau datang ke Pulau Jawa
karena dengan adanya keadaan seperti itu.
Sedangkan disisi lain dalam bidang social jumlah masyarakat yang melek huruf hanya ada
sekitar 1% saja dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Permasalahan pun muncul
karena kurangnya tenaga kerja yang profesional dalam berbagai bidang dan birokrasi. Hal
tersebut dikarenakan para pegawai dari Belanda tidak mau datang karena ada isu penyakit
menular yang ada di Pulau Jawa. Masalah lain yang dihadapi adalah kepadatan penduduk di
Jawa dan Madura. Hal itu pun perlu dilakukan penyelesaian dengan segera.
Adapun dibidang politik masalah yang berkembang saat itu adalah sentralisasi politik yang
kuat sehingga tidak ada pemisahan kekuasaan dan keuangan antara pemerintahan colonial
dan bangsa Indonesia yang berdampak pada ketidak sejahteraan pribumi. Maka dengan
keadaan tersebut, maka tidak mengherankan apabila jargon dan program yang
dikumandangakan dalam politik etis adalah irigasi, edukasi, dan migrasi.
 
Hal itulah yang menjadi program utama yang dilakukan dalam politik etis terlepas dari
berhasil atau tidak dan ada kepentingan lain atau tidak. Dari ketiga program itu, pendidikan
merupakan program proritas karena kedua program lainnya akan berhasil apabila ditunjang
oleh pendidikan.
E. Politik Etis (politik balas budi)
      Pada tahun 1890 orang-orang Belanda yang berhaluan progresif menyampaikan usul
kepada parlemen Belanda, mereka mengatakan bahwa sudah waktunya Belanda
memikirkan nasib bangsa Indonesia atau membalas budi baik kekayaan dari Indonesia.
Usulan-usulan seperti itu juga dating dari berbagai pihak. Sejak saat itu, Belanda
menerapkan kebijakan Politik Etis di Indonesia.
Pencetus politik etis adalah Van Deventer ia menulis sebuah tulisan yang berjudul Een
Eereschuld (Utang Budi), dalam karangannya Van Deventer menyebutkan bahwa Belanda
telah memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari Indonesia sebagai hasil dari jerih oayah
bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah sewajarnya jika bangsa Belanda membalas budi
baik bangsa Indonesia. Salah satu caranya dengan melaksanakan Trilogi Van Deventer.
Sebutkan isi trilogy van deventer tersebut!
a. Irigasi (pengairan), yaitu pemerintah Belanda berusaha melakukan pembangunan
maupun menjaga sistem irigasi untuk mengairi sawah-sawah milik penduduk guna
membantu peningkatan kesejahteraan penduduk.
 
b. Edukasi (pendidikan), yaitu pemerintah Belanda menyelenggarakan pendidikan bagi
masyarakat pribumi agar mampu menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang lebih
baik.
 
c. Migrasi (perpindahan penduduk),yaitu pemerintah Belanda mengusulkan perpindahan
penduduk dari daerah yang padat penduduknya, khususnya di pulau Jawa ke daerah lain
yang jarang penduduknya agar kependudukan lebih merata di Indonesia.
  
usulan tentang Trilogy Van Deventer dapat diterima oleh pemerintahan Belanda. Akan
tetapi, pelaksanaannya diselewengkan menjadi Politik Assosiasi.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Politik Assosiasi………………………………
= Politik Asosiasi adalah berarti politik penjajahan yang menghilangkan jurang antara
prnjajah dan rakyat jajahan dengan cara melenyapkan kebudayaan penjajah, politik asosiasi
akn melenyapkan Eropa ke Indonesia jadi,politik ini merupakan imperialisme yang halus
dengan kekuasaan pemerintah.
Walaupun Belanda telah melaksanakan Trilogi Van Deventer, tetapi belum dapat mengubah
nasib bangsa Indonesia. Politik Etis lebih menguntungkan Belanda dibandigkan Indonesia,
namun di bidang pendidikan bangsa Indonesia memperoleh sedikit kemajuan. Misalnya
diperbolehkan bangsa Indonesia untuk diperguruan tinggi, walaupun ketentuannya hanya
berlaku bagi golongan tertentu. Namun kesempatan yang hanya sedikit ini telah melahirkan
golongan intelektual (terpelajar).
       Golongan terpelajar dapat mengetahui bahwa tujuan politik Belanda semata-mata
hanya untuk memperoleh keuntungan bagi Belanda sendiri. Bahkan, mereka juga
mengetahui bahwa penjajahan yang dilakukan Belanda ternyata bertentangan dengan hak-
hak asasi manusia. Oleh Karena itu golongan terpelajar semakin menyadari bahwa bangsa
Indonesia dapat mencapai kesejahteraan apabila merdeka, bebas dari penjajahan, dan
mengatur pemerintahan sendiri. 
 

Anda mungkin juga menyukai