Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK II (DUA)

PERKEMBANGAN KOLONIALISME INGGRIS


DI INDONESIA

OLEH :
1. SAIFUL
2. RIDWAN BADARU
3. ANHAR T.
4. JESEN PEBRIANTO

SMA NEGERI 1 BESULUTU


KABUPATEN KONAWE
SULAWESI TENGGARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah berada dalam jajahan
Inggris. Inggris secara resmi menjajah Indonesia lewat perjanjian Tuntang (1811)
dimana perjanjian Tuntang memuat tentang kekuasaan belanda atas Indonesia
diserahkan oleh Janssens (gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris.
Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris. Inggris
menunjuk Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur jenderal di
Indonesia. Pada saat Indonesia dijajah Inggris pusat kekuasaan Inggris di Timur
jauh ialah Kalkuta dengan Lord Minto sebagai Gubernur Jenderalnya.
Raffles ialah seorang liberalis, ia juga seorang terpelajar yang berusaha
memajukan ilmu pengetahuan bagi masa depan. Dia tertarik pada sejarah,
kebudayaan dan seni. Hasil penyelidikannya dikumpulkan dalam buku History of
Java pada tahun 1817. Ia juga menghidupkan kembali perkumpulan para ahli ilmu
pengetahuan, ( Bataviaasch Genootschap ). Ia juga membangun penelitian kebun
pertanian ( sekarang Kebun Raya di Bogor ). Ia juga menemukaan bunga bangkai
yang diberi nama Rafflesia arnoldii yang berada di Kebun Raya Bogor tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam Makalah Ini adalah Bagaimanakah sejarah


perkembangan kolonialisme inggris di Indonesia?
BAB II
PERKEMBANGAN KOLONIALISME INGGRIS DI INDONESIA

2.1 Latar belakang Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada Inggris

Sejak abad ke-17 para pedagang Inggris telah berdagang sampai ke


daerah India, dan mendirikan kongsi dagang yang bernama East india
company (EIC) dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuasaan
EIC adalah di Calcuta, India dan dari kota inilah Inggris mulai meluaskan
wilayahnya ke Asia tenggara. Pada abad ke-18 para pedagang Inggris
sudah banyak yang berdagang di Indonesia, sehingga sekaligus menjadi
pesaing VOC (Belanda). Bahkan sejak Belanda mejadi sekutu Perancis,
Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Dan pada
tahun 1811 Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh
wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Namun, pada tahun 1816 John
Fendall menyerahkan wilayah Indonesia kepada Belanda setelah
ditandatanganinya Convention of London tahun 1814.

Setelah Deandels ditarik ke negeri Belanda, Jansens diangkat menjadi


Gubernur Jenderal atas wilayah Indonesia. Jansens baru mengetahui
bahwa tentara yang dibentuk Deandels sangatlah lemah. Sedangkan untuk
mempercayakan pertahanan atas Pulau Jawa kepada raja-raja di Jawa
sangatlah tidak mungkin, karena raja-raja tersebut sangat anti kepada
Deandels dan memusuhi Belanda.

Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap


daerah-daerah yang diduduki Belanda. Pasukan Inggris tidak kesulitan
menghadapi pasukan Belanda. Karena raja-raja di Jawa juga melakukan
perlawanan terhadap pasukan Belanda. Serangan-serangan tersebut
menyebabkan Belanda terpaksa menyerah kepada Inggris. Akhir dari
penjajahan Belanda-Prancis itu ditandai dengan Kapitulasi Tuntang yang
ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty dari
pihak Inggris dan Jansens dari pihak Belanda. Isi perjanjian tersebut
adalah sebagai berikut :

a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahka kepada Inggris.


b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris
dapat memegang jabatannya terus.
d. Semua utang pemerintahan Belanda yang dahulu, bukan menjadi
tanggung jawab Inggris.

Oleh karena itu, sejak tahun 1811 wilayah Indonesia menjadi jajahan
East Indian Company (EIC), badan perdagangan Inggris yang berpusat di
Calcuta (India), yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Lord Minto.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Lord Minto mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai pemegang pemerintahan dengan pangkat Letnan
Gubernur Jenderal.

2.2 Pemerintahan Inggris di Indonesia

Tanggal 18 September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan


Inggris di Hindia. Gubernur Jenderal Lord Minto secara resmi mengangkat
Raffles sebagai penguasanya. Pusat pemerintahan Inggris berkedudukan di
Batavia. Sebagai penguasa di Hindia, Raffles mulai melakukan langkah-
langkah untuk memperkuat kedudukan Inggris di tanah jajahan. Langkah
Raffels yang terkenal adalah dalam bidang ekonomi, antara lain sebagai
berikut.

 Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang
akan meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian
uang.
 Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi.
 Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
 Penghapusan sistem monopoli.
 Peletakan desa sebagai
unit administrasi penjajahan.

Thomas Stamford Raffles

Selain itu, Raffles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas


wilayah Indonesia juga memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia
untuk melaksanakan perdagangan bebas. Walaupun demikian, kekuasaan
Inggris tetap saja menindas bangsa Indonesia. Hubungan antara Indonesia
dengan Eropa, hampir seluruhnya dikuasai oleh pihak Inggris. Akan tetapi
pemerintahan Raffles di Indonesia juga mendapatkan tanggapan positif
dari para raja dan rakyat Indonesia karena hal berikut ini.

a. Para raja dan rakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan


Daendels yang sewenang-wenang dan kejam.
b. Ketika masih berkedudukan di Pinang, Malaysia, raffles beberapa
kali melakukan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yang anti-
Belanda di Indonesia, seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta
dengan janji akan memberikan hak-hak lebih besar kepada
kerajaan-kerajaan tersebut
c. Sebagai seorang lieralis, Raffles memiliki kepribadian yang
simpatik. Ia menjalankan politik dengan murah hati dan sabar
walaupun praktiknya berlainan.

2.3 Kebijakan Pemerintahan Thomas S. Raffles

Dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia, Raffles didampingi


oleh suatu Badan Penasihat (Advisory Council) yang terdiri atas Gillespie,
Cranssen, dan Muntinghe. Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah
di Indonesia (1811-1816) adalah sebagai berikut:

1) Di Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Memberikan kebebasan kepada para petani untuk menanam
tanaman ekspor, sedangkan pemerintah berkewajiban membuat
pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang
paling menguntungkan.
b) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/
pajak/penyerahan diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).
c) Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) dimana para petani
diwajibkan membayar pajak atas pemakaian tanah pemerintah,
karena semua tanah dianggap milik negara.
Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah
mengalami kegagalan karena:
- Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah,
karena tidak semua rakyat mempunyai tanah yang sama.
- Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan
tanah petani.
- Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
- Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
2) Di Bidang Birokrasi Pemerintahan
Dalam bidang birokrasi pemerintahan, Raffles menetapkan
kebijakan berupa:
a) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan, yang terdiri atas
beberapa distrik. Setiap sidtrik terdapat beberapa divisi
(kecamatan) yang merupakan umpulan dari desa. Kebijakan ini
bertujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan
pengawasan.
b) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang
bercorak Barat.
c) Penguasa-penguasa pribumi yang dilepaskan kedudukannya,
kemudian mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang
langsung dibawah kekuasaan pemerintahan pusat.
3) Di Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik
daripafa yng dilaksanakn oleh Daendel. Apabila Daendels
berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada
besar-kecilnya kesalahan. Menurut Raffls, pengadilan merupakan
benteng untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu, harus ada
benteng yang sama bagi setiap warga negara.
4) Di Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
a) Menghapus kerja rodi (kerja paksa)
b) Menghapus perbudakan. Namun dalam praktiknyaia melanggar
undang-undangnya sendiri dengan melakukan pengiriman kuli-kuli
dari Jawa ke Banjarmasin untuk membantu temannya, Alexander
Hare, yang kekurangan tenaga kerja.
c) Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam
dengan melawan harimau.
5) Di Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak
peninggalan yang berguna bagi ilmu pengetahuan, antara lain
berikut ini:
a) Ditulisnya buku berjudul History of Java. Dalam menulis buku
tersebut, Raffles dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario
Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.
b) Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta)
untuk mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul
History of the East Indian Archipelago, diterbitkan dalam tiga jilid
di Edinburg pada tahun 1820.
c) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.Raffles bersama Arnoldi
berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa dan
terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia
Arnoldi.
e) Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

Selama lima tahun Raffles berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali


persengketaan dengan pribumi, seperti dengan Palembang (1811),
Yogyakarta (1812), Banten (1813), dan Surakarta (1815).

2.4 Berakhirnya Kekuasaan Thomas S.Raffles

Peristiwa yang terjadi di Eropa ikut mempengaruhi keadaan di


Indonesia. Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan dalam pertempuran di
Leipzig dan kemudian tertangkap, sebagai dampak dari kekalahan
Napoleon itu, pada tahun 1814 Inggris harus mengembalikan semua
daerah kekuasaan Belanda yang pernah dikuasainya melalui Convention of
London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-
wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut:
a) Indonesia dikembalikan kepada Belanda
b) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Gunaya, tetap ditangan
Inggris.
c) Cochin (di Pantai Makassar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan
Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.

Raffles yang sudah terlanjur tertarik kepada Indonesia tidak setuju


dengan keputusann-keputusan itu. Akan tetapi, Raffles cukup senang
karena bukan ia yang harus menyerahkan kekuasaan kepada belanda,
melainkan penggantinya John Fendall yang berkuasa hanya lima hari.
Pada tahun 1816, John Fendall menyerahkan wilayah Indonesia kepada
Belanda. Raffles kemudian menjadi gubernur di Bengkulu yang meliputi
wilayah Bangka dan Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di
antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan Inggris itu disebut
sebagai masa interregnum (masa sisipan).
BAB III
PENUTUP

Benteng Marlborough merupakan peninggalan sejarah kolonial


Inggris terbesar di kawasan asia. Benteng Marlborough berdiri dengan
megahnya dan menghadap ke arah selatan, meliputi area 31,5 Ha. Salah
satu daya tarik benteng ini mempunyai tipikal abad 18 yang berbentuk
kura-kura. Lokasi benteng dipusat kota berbatasan dengan Perkampungan
China, yang juga kawasan obyek wisata.
Benteng ini dibangun tahun 1714 – 1719 di bawah pimpinan Gubernur
Joseph Collet. Di salah satu kamar benteng ini pernah dihuni Presiden RI
pertama Ir. Soekarno ketika menjalani hukuman buangan masa penjajahan
Belanda. Setelah kemerdekaan Benteng Marlborough dipugar oleh
pemerintah dan menjadi salah satu obyek wisata Kota Bengkulu.
Bengkulu adalah salah satu provinsi di pulau Sumatera tepatnya di
Sumatera bagian selatan. Di masa lalu daerah ini pernah menjadi ajang
persaingan dagang antara Inggris dan Belanda. Mereka berusaha untuk
menguasai komoditi (lada) yang ada di sana. Tahun 1664 Belanda dengan
VOC-nya mendirikan kantor pelelangan di sana. Tahun 1670 Sultan
Banten mengeluarkan peraturan transaksi lada yang baru.
Peraturan itu membuat pihak Belanda mengalami kerugian. Untuk itu,
pada tahun yang (1670) Belanda meninggalkan Bengkulu. Mereka pergi ke
Banten dengan tujuan menguasainya. Di sana Belanda berhasil membuat
Sultan Banten menandatangani perjanjian tentang hak monopoli
perdagangan oleh Belanda. Perjanjian itulah yang kemudian membuat
perhatian Belanda hanya tertuju pada Banten. Dan, kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh Inggris, melalui EIC-nya, untuk masuk ke Bengkulu
Setelah lebih kurang 140 tahun Pemerintah Inggris berada di
Bengkulu, mereka banyak meninggalkan “warisan” peninggalan
bersejarah. Salah satunya adalah Benteng Marlborough.Nama benteng ini
menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John
Churchil, Duke of Marlborough I. Benteng ini tergolong terbesar di
kawasan Asia. Peninggalan sejarah ini memiliki daya tarik yang besar
karena kelangkaannya. Benteng ini dulunya merupakan pusat
pemerintahan kolonial Inggris yang menguasai Propinsi Bengkulu selama
lebih kurang 140 tahun (1685-1825).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.gurusejarah.com/2014/09/perkembangan-kolonialisme-inggris-
di.html (diakses pada tanggal 24/07/2016)
http://www.pengertiansejarah.com/indonesia-di-bawah-kekuasaan-inggris-
1811-1816.html (diakses pada tanggal 24/07/2016)
Badrika, I Wayan, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum SMA. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2006.
Mustopo, M.Habib, dkk, Sejarah 2. Jakarta: Yudhistira, 2011.

Anda mungkin juga menyukai