0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan12 halaman
Pada dokumen tersebut menjelaskan tentang masa kolonialisme Inggris di Indonesia, dimulai dari Lord Minto sebagai gubernur jenderal pertama hingga masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles yang membawa perubahan besar di bidang ekonomi dan sosial budaya dengan kebijakan sistem sewa tanah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa pada akhirnya kekuasaan kolonial Inggris di Indonesia diakhiri melalui Convention of London 18
Pada dokumen tersebut menjelaskan tentang masa kolonialisme Inggris di Indonesia, dimulai dari Lord Minto sebagai gubernur jenderal pertama hingga masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles yang membawa perubahan besar di bidang ekonomi dan sosial budaya dengan kebijakan sistem sewa tanah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa pada akhirnya kekuasaan kolonial Inggris di Indonesia diakhiri melalui Convention of London 18
Pada dokumen tersebut menjelaskan tentang masa kolonialisme Inggris di Indonesia, dimulai dari Lord Minto sebagai gubernur jenderal pertama hingga masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles yang membawa perubahan besar di bidang ekonomi dan sosial budaya dengan kebijakan sistem sewa tanah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa pada akhirnya kekuasaan kolonial Inggris di Indonesia diakhiri melalui Convention of London 18
kekuasaan kembali antara kerajaan Inggris dan kerajaan Belanda yang diwakili pemerintahan Hindia Belanda RAFFLES (1811) Pada masa pemerintahan inggris, selanjutnya mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai gubernur jendral Hindia Belanda. Pada masa pemerintahannya, Indonesia dibagi kedalam 4 wilayah administrasi, yaitu Malaka, Sumatra Barat (bengkulu), Jawa, dan Madura. Selama kekuasaanya, Raffles menerapkan politik ekonomi liberal yang disusun atas dasar persamaan hukum dan kebebasan ekonomi. Hal tersebut tampak dari kebijaksanaan ekonomi kolonial yang dijalankan Raffles sebagai berikut … a) peraturan-peraturan mengenai bentuk dan jenis penyerahan wajib dihapuskan b) kerja paksa (rodi) dihapuskan kecuali di Priangan dan Jawa Tengah c) Para bupati dikurangi kekuasaannya dan merupakan bagian dari pemerintahan kolonial d) pemerintah kolonial dianggap sebagai pemilik tanah e) Menerapkan sistem pengadilan dengan sistem juri Kebijakan tersebut berkaitan dengan kebijakan ekonomi yang dinamakan sistem sewa tanah (landrante/landelijk stelsel). Sistem tersebut menjadikan pemerintah sebagai pemilik tanah dan petani sebagai penyewa dengan pemberian kebebasan seluas-luasnya kepada para petani untuk menanam tebu dan kopi yang hasilnya dapay meningkatkan pendapatan negara. Raffles pun melaksanakan pungutan pajak tanah untuk meningkatkan pemasukan keuntungan kas negara. Pemungutan diadakan perdesa sehingga desa dijadikan unit administrasi penjajahan utama. Pelaksanaan sistem sewa tanah diterapkan hampir diseluruh pulau jawa, kecuali Batavia dan Priangan. Hal ini disebabkan daerah- daerah di batavia banyak dikuasai oleh pengusaha swasta sedangkan Priangan merupakan daerah komoditi tanaman kopi pemerintahan kolonial. Kebijakan Raffles tersebut tidak dilaksanakan sepenuhnya, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan para pegawainya. Para petani pun belum berpengalaman dalam mengolah dan menjual hasil pertaniannya. Para kepala desa pun banyak yang melakukan manipulasi dan korupsi terhadap hasil pertanian. Semasa pemerintahan Raffles banyak para pejabat Eropa yang datang dan tinggal di Indonesia sehingga bertambah kaum kapitalisme Eropa yang menanamkan modalnya di Indonesia. Raffles pun menghapuskan aturan-aturan tradisional. Raffles menuntut pelaksanaan kedaulatan dan kekuasaan administrasi Eropa diseluruh Jawa dan bertujuan memanfaatkan, memperbaharui, dan mengahancurkan lembaga-lembaga asli (seperti tradisi-tradisi dalam kerajaan tradisional) Jadi pemerinatah Raffles tidak hanya melakukan perubahan ekonomi tetapi juga perubahan sosial budaya. CONVENTION OF LONDON (1814) pada tahun 1814 antara Belanda dan Inggris dilakukan perundingan di Wina yang menghasilkan convention of London, yang isinya Belanda kembali menerima daerah jajahannya dari Inggris dan Inggris memperoleh daerah Tanjung Harapan dan pulau Sailan. Raffles yang sedang berkuasa di Indonesia ternyata tidak mau menerima hasil perjanjian tersebut. Hal tersebut mendorong penguasa Belanda pada 1816 mengirim Komisi Jendral yang beranggotakan tiga orang, yaitu Van der Capellen, Eliout, dan Buyskes. Tugas mereka adalah mengambil alih pemerintahan di Indonesia dari pemerintahan Inggris. Raffles tetap tidak mau bahkan ia pulang ke Inggris. Pemerintahan Inggris pun mengirim Jhon Fendall untuk melakukan penyerahan tersebut. Sejak saat itulah Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda. Thank’s For Your Attention