Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia

Kelompok 4 : 1. Arrafiu Rasyid


2. Lucky Andani Alpioneri
3. M. Agung Triwijiya
4. M Indra
5. RA Putri Nabilah
6. Vera Febriani
Kelas : XI IPA 2
SMA UNGGUL NEGRI 8 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2015-2016
Pemerintahan Janssen (1811)

Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia


digantikan oleh Jan Willem Janssen. Janssen dikenal seorang
Pemerintahan politikus berkebangsaan Belanda. Sebelumnya Janssen menjabat
sebagai Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan)
Janssen(1811) tahun 1802-1806. Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung
Harapan karena daerah itu jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810
Janssen diperintahkan pergi ke Jawa dan akhirnya menggantikan
Daendels pada tahun 1811. Janssen mencoba memperbaiki keadaan
yang telah ditinggalkan Daendels.
Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia sudah
jatuh ke tangan Inggris. Sementara itu penguasa Inggris di India,
Lord Minto telah memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang
berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa.
Raffles segera mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi
Laut Jawa. Pengalaman pahit Janssen saat terusir dari Tanjung
Harapan pun terulang.
Pada Tanggal 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah
komando Raffles telah muncul di perairan sekitar Batavia. Beberapa
minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1811 Batavia
jatuh ke tangan Inggris. Janssen berusaha menyingkir ke Semarang
bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan prajuritprajurit dari
Yogyakarta serta Surakarta. Namun pasukan Inggris lebih kuat
sehingga berhasil memukul mundur Janssen beserta pasukannya.
Janssen kemudian mundur ke Salatiga dan akhirnya menyerah di
Tuntang. Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai
dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811.
Isi Perjanjian Tuntang adalah:
 Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia
Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
 Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
 Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa
menjadi wilayah kekuasaan Inggris.
 Akibat Kapitulasi Tuntang tersebut Indonesia jatuh ke tangan
Inggris.
Sejak tahun 1806 Inggris berusaha melemahkan kekuasaan
Belanda di Nusantara. Usaha itu memuncak pada tahun 1810 dan
Perkembangan serangan yang menentukan terjadi pada 1811. Sejak saat itu
Kolonialisme Indonesia resmi dikuasai EIC (East India Company), organisasi
dagang Inggris di India Timur. 18 September 1811 adalah tanggal
Inggris di dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia. Pusatnya berkedudukan di
Indonesia Batavia.
Latar belakang pendudukan Inggris adalah:
1. Continental Stelsel yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa
(1806) dengan memblokade perdagangan Inggris di Eropa Daratan.
Inggris yang tumbuh menjadi negara industri besar membutuhkan
daerah pasaran yang luas. Oleh karena itu, India dan Nusantara akan
dijadikan tempat pemasaran barang-barang industri Inggris.
2. Nusantara yang praktis dikuasai Perancis (Belanda-Perancis)
merupakan bahaya laten bagi kekuasaan Inggris di Asia. Pada 4
Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles
telah muncul di perairan sekitar Batavia. Tepatnya tanggal 26
Agustus 1811, Batavia jatuh ke tangan Inggris. Gubernur Jenderal
Jansen, pengganti Daendels, akhirnya tidak mampu bertahan dan
menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda-Perancis ditandai dengan
adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811, yang
isinya:
a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris
dapat memegang jabatannya terus.
d. Semua hutang Pemerinth Belanda yang dahulu, bukan menjadi
tanggung jawab Inggris.
Pemerintahan Raffles cenderung mendapat tanggapan positif dari
para raja dan rakyat setempat, dikarenakan:
1. Para raja dan rakyat Nusantara tidak menyukai pemerintahan
Daendels yang sewenang-wenang dan kejam.
2. Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa
kali melakukan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yang anti Belanda di
Nusantara, seperti Palembang, Banten, danYogyakarta dengan janji
akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan
tersebut.
3 Sebagai seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik.
Ia menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam praktiknya
berlainan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada 3
prinsip:
 Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti
penanaman bebas oleh rakyat.
 Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para
bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial.
 Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka
rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa.
KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN Raffles juga didampingi oleh suatu badan penasihat (Advisory
THOMAS Council) dalam menjalankan pemerintahannya, terdiri atas Gillespie,
STAMFORD Cranssen, dan Muntinghe (seorang yang berpendidikan Inggris yang
pernah menjadi penasihat Daendels).
RAFFLES (1811-
Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah di Nusantara :
1816)
Prinsip-prinsip pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh
pengalaman Inggris di India. Pada hakekatnya, Raffles ingin
menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti
yang diterapkan oleh VOC dan Daendels. Langkah/tindakan-
tindakan Raffles:
1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan. Setiap karesidenan
dibagi menjadi beberapa distrik. Setiap distrik terdapat beberapa
BIDANG divisi (kecamatan), yang merupakan kumpulan dari desa.
PEMERINTAHAN 2. Merubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi menjadi sistem kolonial yang bercorak barat.
Sistem pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat
mematikan usaha-usaha rakyat. Akan tetapi, dalam praktiknya,
penghormatan tradisional antara rakyat dan pemimpinnya sulit
dihilangkan.
3. Bupati-bupati atau pengusaha-pengusaha pribumi dilepaskan
kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun. Mereka
dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah
kekuasaan pemerintah pusat.
Selain itu, Raffles juga membina hubungan baik dengan para
pangeran dan penguasa yang sekiranya membenci Belanda.
Strategi itu digunakan untuk memperkuat kedudukan dan
mempertahankan keberlangsungan kekuasaan Inggris, sekaligus
sebagai upaya mempercepat penguasaan Pulau Jawa sebagai basis
kekuatan untuk menguasai Nusantara. Namun, setelah berhasil
mengusir Belanda dari Hindia, ia mulai menampakkan sikap tidak
tahu balas budi, dengan mulai tidak simpatik pada tokoh-tokoh
yang membantunya.
Pada masa pemerintahannya, ia juga turut campur tangan dalam
konflik di lingkungan KasultananYogyakarta. Ia membantu Sultan
Raja untuk memaksa Sultan Sepuh (Sultan Hamengkubuwana II)
turun dari tahta. Setelah berhasil menurunkan Sultan
Hamengkubuwana II dan Sultan Raja dikembalikan sebagai Sultan
Hamengkubuwana III, dengan menandatangani kontrak dengan
Inggris, yang isinya:
1. Sultan Raja secara resmi ditetapkan sebagai Sultan
Hamengkubuwana III dan Pangeran Natakusuma (saudara Sultan
Sepuh) ditetapkan sebagai penguasa tersendiri di wilayah bagian
dari KasultananYogyakarta dengan gelar Paku Alam I.
2. Sultan Hamengkubuwana II dengan puteranya, Pangeran
Mangkudiningrat diasingkan ke Penang.
3. Semua harta benda milik Sultan Sepuh selama menjabat sebagai
sultan dirampas menjadi milik pemerintah Inggris.
Pandangannya di bidang ekonomi cukup revolusioner. Ia
melakukan beberapa tindakan untuk memajukan perekonomian di
Hindia dan meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial. Beberapa
tindakannya antara lain:
1. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem
penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) yang sudah diterapkan sejak
zaman VOC, karena dianggap terlalu berat sehingga mengurangi daya
beli rakyat.
BIDANG
2. Petani diberi kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang
EKONOMI pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang
petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
3. Pemungutan pajak dipungut per desa. Kalau berupa uang,
diserahkan kepada kepala desa untuk kemudian disetorkan ke kantor
residen, tapi kalau dengan beras, yang bersangkutan harus
mengirimnya ke kantor residen setempat atas biaya sendiri3.
4. Meletakkan desa sebaga unit administrasi penjajahan,
dimaksudkan agar desa menjadi lebih terbuka sehingga bisa
berkembang.
5. Penghapusan sistem monopoli.
6. Menetapkan sistem sewa tanah (land rent), didasarkan pada
anggapan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan
para petani dianggap sebagai penyewa tanah. Maka, petani
diwajibkan membayar pajak atas pemakaian tanah pemerintah.
Besarnya pajak ditentukan oleh jenis dan produksi tanah yang
dibagi menjadi:
1) Kelas I, tanah subur. Pajak ½ dari hasil bruto.
2) Kelas II, tanah setengah subur. Pajak 1/3 dari hasil bruto.
3) Kelas III, tana tandus. Pajak 2/5 dari hasil bruto
 Maksud dan tujuan:
a. Petani dapat menanam dan menjual hasil panen secara bebas 
memotivasi mereka agar bekerja lebih giat sehingga lebih sejahtera.
b. Daya beli masyarakat makin meningkat  dapat membeli
barang-barang industri Inggris.
c. Pemerintah kolonial punya pemasukan negara secara tetap dan
terjamin.
d. Memberi kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani.
e. Secara bertahap untuk mengbah sistem ekonomi barang 
ekonomi uang.
Perubahan perubahan penting :
 Unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan dan suka rela.
 Ikatan yang bercorak tradisional diubah  hubungan perjanjian/kontrak.
 Ikatan adat-istiadat yang sudah berjalan turun temurun semakin longgar,
karena pengaruh budaya barat.
Hambatan-hambatan:
1. Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas.
2. Masyarakat Indonesia beda dengan India yang sudah mengenal ekspor.
3. Sistem ekonomi desa waktu itu belum memungkinkan untuk diterapkan
ekonomi uang.
4. Belum ada pengukuran tanah milik penduduk secara tepat  pemungutan
pajak tanah mengalami kesulitan.
5. Ada pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
6. Pajak terlalu tinggi  banyak tanah tidak digarap.
Dan pada akhirnya sistem ini akhirnya mengalami kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai