Anda di halaman 1dari 9

Masa Pemerintahan Inggris di Indonesia

Disusun oleh :
Kelas : XI F2
Kelompok : 3
Anggota :
1. Febriansyah
2. Lisna
3. Muhammad Alwi
4. Muhammad Fitri
5. Naura Salbila
6. Niesha
7. Sahrul Karim

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
SMA Negeri 1 Daha Utara Tahun Ajaran 2022/2023
Latar belakang

Konstantinopel menjadi kota pusat perdagangan internasional antara para pedagang dari
Barat/Eropa dan Timur. Para pedagang dari Barat atau orang-orang Eropa sangat menyenangi
rempah-rempah dan mendapatkan rempah-rempah lebih mudah, dan dengan harga lebih
murah. Namun, setelah jatuhnya Konstantinopel tahun 145 ke tangan Turki Usmani, akses
bangsa-bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah di kawasan Laut
Tengah menjadi tertutup. Harga rempah-rempah di pasar Eropa melambung sangat tinggi.
Oleh karena itu, mereka berusaha mencari dan menemukan daerah-daerah penghasil rempah-
rempah ke timur. Mulailah periode petualangan, penjelajahan, dan penemuan dunia baru.
Upaya mereka dapat dicapai setelah mereka menemukan rempah- rempah di Kepulauan
Nusantara. Berita tentang keuntungan yang melimpah berkat perdagangan rempah-rempah itu
menyebar luas. Dengan demikian, semakin banyak orang-orang Eropa yang tertarik pergi ke
Nusantara. Mereka saling berinteraksi dan bersaing meraup keuntungan dalam berdagang.
Oleh karena itu, untuk memperkuat posisinya di dunia timur masing- masing kongsi dagang
dari suatu negara membentuk persekutuan dagang bersama. Salah satunya pada tahun 1600
Inggris membentuk sebuah kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC).
Kongsi dagang EIC ini kantor pusatnya berkedudukan di Kalkuta, India. Dari Kalkuta ini
kekuatan dan setiap kebijakan Inggris di dunia timur, dikendalikan. Pada tahun 1811,
kedudukan Inggris begitu kuat dan meluas bahkan pernah berhasil menempatkan
kekuasaannya di Nusantara.
Pada awal abad ke-19, Eropa tengah dilanda perang besar yang disebut Perang Napoleon,
yang berlangsung antara tahun 1803 hingga 1815. Perang ini melibatkan Prancis, yang
dipimpin oleh Napoleon Bonaparte, melawan sejumlah besar negara Eropa lainnya. Napoleon
berhasil merebut kekuasaan di Prancis dan memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar Prancis,
membawa perubahan besar dalam politik, militer, dan budaya Prancis.Di bawah
kepemimpinan Napoleon, Prancis merajai sebagian besar Eropa. Akibatnya, konflik ini
memiliki dampak besar pada struktur politik, ekonomi, dan sosial di seluruh Eropa.
Pengaruhnya juga meluas ke luar benua tersebut, termasuk ke wilayah-wilayah jajahan
Inggris di berbagai belahan dunia. Saat itu, Inggris adalah kekuatan kolonial terkemuka yang
memiliki jaringan koloni yang luas, termasuk di India, Afrika, dan Asia Tenggara. Salah satu
daerah yang menjadi perhatian Inggris adalah Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam
berharga seperti rempah-rempah.

Pada tanggal 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, pusat kekuatan
Belanda. Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.
Perjanjian Tuntang Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut
seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang ditandai dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian
Tuntang dilakukan pada 18 September 1811.

Setelah berakhirnya Perang Napoleon pada tahun 1815, Inggris mulai mengalihkan fokusnya
kembali ke wilayah-wilayah jajahannya, termasuk Indonesia. Penting untuk diingat bahwa
sebelum Perang Napoleon, Indonesia telah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang
strategis, dan Inggris ingin mengendalikan akses ke sumber daya tersebut.

1
Salah satu peristiwa penting setelah Perang Napoleon adalah Konvensi London tahun 1814.
Konvensi ini dimaksudkan untuk mengembalikan wilayah-wilayah jajahan kepada
pemiliknya semula setelah perang berakhir. Hal ini membuat Inggris mendapatkan kendali
atas beberapa pulau di Indonesia, termasuk Jawa, Madura, dan sebagian Sumatra Selatan.
Pada tahun 1811, Inggris juga berhasil mengambil alih Pulau Java dari tangan Belanda.
Namun, kendali Inggris di Indonesia hanya berlangsung sementara. Pada tahun 1824, melalui
Perjanjian London, wilayah-wilayah tersebut dikembalikan kepada Belanda dalam pertukaran
dengan wilayah-wilayah Inggris di India. Ini menandai berakhirnya periode penjajahan
Inggris di Indonesia.

Selama masa penjajahan Inggris di Indonesia, terjadi sejumlah perubahan dalam tata
pemerintahan, ekonomi, dan budaya di wilayah ini. Inggris memengaruhi perkembangan
politik di Indonesia, yang pada akhirnya berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
pada abad ke-20.

Dengan demikian, peristiwa berakhirnya Perang Napoleon di Eropa pada tahun 1815 tidak
hanya memiliki dampak besar pada Eropa tetapi juga membuka pintu bagi Inggris untuk
mengambil kendali sementara atas sebagian wilayah di Indonesia. Hal ini menggambarkan
kompleksitas hubungan antara peristiwa-peristiwa di Eropa dengan perkembangan sejarah di
wilayah jajahan di seluruh dunia.

2
Perkembangan
Inggris menjajah Indonesia selama 5 tahun dari 1811 hingga 1816. Tanggal 18 September
1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia.Inggris muncul di pelabuhan
Batavia, pusat kekuatan Belanda. Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris
pada 26 Agustus 1811. Gubernur Jenderal Lord Minto secara resmi mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai penguasa. Pusat pemerintahan Inggris berkedudukan di Batavia.
Sebagai penguasa di Hindia, Raffles mulai melakukan langkah-langkah untuk memperkuat
kedudukan Inggris di tanah jajahan.
A. Kebijakan di bidang pemerintahan
Dalam menjalankan tugas di Hindia, Raffles didampingi oleh para penasihat yang terdiri atas:
Gillespie, Mutinghe, dan Crassen. Secara geopolitik, Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
Kebijakan ini diambil agar Inggris lebih mudah dalam mengawasi daerah-daerah di pulau
Jawa. Setiap residen tersebut dikepalai oleh seorang residen dan asisten residen. Keenam
belas keresidenan yakni: Karesidenan Banten, Karesidenan Banyumas, Karesidenan Besuki,
Karesidenan Bogor, Karesidenan Cirebon, Karesidenan Jakarta, Karesidenan Karawang,
Karesidenan Kediri, Karesidenan Kedu, Karesidenan Madiun, Karesidenan Madura,
Karesidenan Pati, Karesidenan Priangan, Karesidenan Rembang, Karesidenan Semarang,
Karesidenan Surakarta.
Selanjutnya untuk memperkuat kedudukan dan mempertahankan keberlangsungan
kekuasaan Inggris, Raffles mengambil strategi membina hubungan baik dengan para
pangeran dan penguasa yang sekiranya membenci Belanda. Strategi ini sekaligus sebagai
upaya mempercepat penguasaan Pulau Jawa sebagai basis kekuatan untuk menguasai
Kepulauan Nusantara. Sebagai realisasinya, Raffles berhasil menjalin hubungan dengan raja-
raja di Jawa dan Palembang untuk mengusir Belanda dari Hindia. Tetapi nampaknya Raffles
tidak tahu balas budi. Setelah berhasil mengusir Belanda dari Hindia, Raffles mulai tidak
simpati terhadap tokoh-tokoh yang membantunya.
Perjanjian Tuntang Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut
seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang ditandai dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian
Tuntang dilakukan pada 18 September 1811 yang berisi sebagai berikut:
 Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta, India.
 Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris.
 Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
 Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan kesempatan rakyat
Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas. Meski keberadaan Inggris tetap menindas
rakyat Indonesia. Kebijakan di bidang pemerintahan Raffles menegosiasikan perdamaian dan
beberapa operasi militer kepada sejumlah penguasa lokal yang dianggap menentang Kerajaan
Inggris. Salah satu operasi militer terjadi pada 21 Juni 1812 ketika Raffles memerintahkan
serangan ke Yogyakarta. Ketika itu, Keraton Yogyakarta merupakan salah satu dari dua
kerajaan lokal terkuat yang ada di Pulau Jawa.

3
B. Kebijakan di bidang ekonomi
Raffles berusaha menjalankan beberapa kebijakan untuk memajukan perekonomian di
Hindia. Beberapa kebijakan yang dijalankan Raffles yakni :
1) Melaksanakan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang kemudian meletakkan
dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
2) Penghapusan penyerahan wajib hasil bumi.
3) Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.
4) Penghapusan sistem monopoli.
5) Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.

Kebijakan pemerintahan Raffles dinilai lebih longgar dan memajukan perekonomian di


Hindia, tetapi tetap saja memberikan dampak buruk pada kondisi rakyat Indonesia masa
pemerintahan Inggris.
Beberapa dampak buruk kebijakan pemerintahan Inggris bagi rakyat Indonesia di antaranya:
 Sistem sewa tanah atau pajak tanah: Raffles menganggap satu-satunya pemilik tanah
yang sah adalah pemerintah. Sehingga rakyat menjadi penyewa dan diwajibkan
membayar pajak sewa dari tanah yang diolahnya. Meskipun sebenarnya tanah tersebut
milik mereka.
 Persaingan tidak sehat: Pengusaha pribumi dengan modal kecil akan kalah bersaing
dengan pedagang besar atau yang memiliki modal besar. Karena mereka yang
memiliki modal besar akan mendapatkan pintu politik terbuka.
 Pengekangan kekuasaan kerajaan: Meskipun ada beberapa kerajaan yang sudah
dijanjikan untuk mendapatkan porsi yang lebih besar, tetap saja dilakukan
pengekangan kekuasaan. Upacara dan tatacara yang berlaku di kerajaan-kerajaan
disederhanakan.Bahkan orang-orang besar pribumi juga dibatasi pergerakannya.
Kebijakan land rent yang dicanangkan Raffles tersebut hasil dari pandangannya mengenai
status tanah sebagai faktor produksi. Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya
pemilik tanah yang sah. Oleh karena itu, sudah selayaknya rakyat menjadi penyewa dengan
membayar pajak sewa dari tanah yang diolahnya. Pajak dipungut perorangan, meski dalam
praktiknya per desa. Jumlah pungutannya disesuaikan dengan jenis dan produktivitas tanah.
Hasil sawah kelas satu dibebani pajak 50%, kelas dua dibebani pajak 40%, kelas tiga
dibebani pajak 33%. Sementara untuk tagelan kelas satu dibebani pajak 40%, kelas dua
dibebani pajak 33%, kelas tiga dibebani pajak 25%. Beban pajak ini tentu saja sngat
memberatkan rakyat. Yang tak sanggup membayar dengan uang, membayar dengan beras.
Pajak yang dibayar dengan uang diserahkan kepada kepala desa untuk kemudian disetorkan
ke kantor residen. Sedangkan pajak yang berupa beras dikirim ke kantor residen setempat
oleh yang bersangkutan atas biaya sendiri. Kebijakan pemungutan pajak ke residen itu untuk
mengurangi ulah penguasa setempat yang sering memotong atau mengurangi penyerahan
hasil panen. Sebab, para pejabat pribumi sudah dialihfungsikan menjadi pegawai pemerintah
yang digaji.

4
Raffles sebenarnya orang yang berpandangan maju. la ingin memperbaiki tanah jajahan,
termasuk ingin meningkatkan kemakmuran rakyat. Namun, dalam pelaksanaannya di
lapangan terdapat berbagai kendala. Budaya dan kebiasaan petani sulit diubah, pengawasan
pemerintah kurang, dalam mengatur rakyat peran kepala desa dan bupati lebih kuat dari pada
asisten residen yang berasal dari orang-orang Eropa. Raffles juga sulit melepaskan kultur
sebagai penjajah. Kerja rodi, perbudakan dan juga monopoli masih juga dilaksanakan.
Misalnya kerja rodi untuk pembuatan dan perbaikan jalan ataupun jembatan. Raffles juga
melakukan monopoli garam. Secara umum dapat dikatakan Raffles kurang berhasil untuk
mengendalikan tanah jajahan sesuai dengan idenya. Pemerintah Inggris tidak mendapat
keuntungan yang berarti. Sementara rakyat tetap menderita.

C. Perlawanan dan Pemberontakan


Meskipun ada sejumlah upaya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, pemerintahan Inggris di
Indonesia juga diwarnai oleh perlawanan dan pemberontakan dari masyarakat setempat.
Beberapa peristiwa pemberontakan terkenal selama masa ini termasuk Pemberontakan
Diponegoro (1825-1830) dan Pemberontakan Paderi di Sumatra Barat (1821-1837).
Pangeran Diponegoro, seorang bangsawan Jawa, memimpin perlawanan melawan
pemerintahan Inggris dan Belanda di Jawa Tengah. Diponegoro berjuang untuk
mempertahankan kekuasaan lokal dan budaya Jawa tradisional serta menunjukkan
ketidakpuasan terhadap pemerintahan Inggris dan upaya untuk mempertahankan kemandirian
lokal.

D. Akhir Masa Pemerintahan Inggris


Pada tanggal 13 Agustus 1814, di Eropa, terjadi penandatanganan Perjanjian London antara
Inggris dan Belanda. Isi utama dari perjanjian ini adalah pengembalian sebagian besar
wilayah koloni yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris kepada Belanda. Salah satu wilayah
yang terpengaruh adalah Indonesia.
Perjanjian ini memiliki dampak langsung di Indonesia. Setelah penandatanganan Perjanjian
London, Raffles, yang adalah seorang administrator Inggris yang dikenal karena perannya
dalam pemerintahan Inggris di Indonesia, harus meninggalkan Indonesia pada tahun 1816.
Kehadiran Raffles di Indonesia telah membawa beberapa perubahan dalam tata cara
pemerintahan, ekonomi, dan budaya selama masa pemerintahan Inggris di wilayah tersebut.
Dengan berakhirnya masa pemerintahan Inggris, Belanda kembali mengambil alih kendali
penuh atas Indonesia. Ini berarti bahwa wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris,
seperti Jawa, Madura, dan sebagian Sumatra Selatan, kembali menjadi wilayah jajahan
Belanda. Pengembalian kekuasaan ini mencakup aspek pemerintahan, ekonomi, dan
perdagangan.
Pengembalian kekuasaan kepada Belanda pada tahun 1816 menandai akhir dari periode
penjajahan Inggris yang relatif singkat di Indonesia. Namun, pengaruh dan perubahan yang
telah diperkenalkan oleh Inggris selama masa pemerintahan mereka tetap mempengaruhi

5
perkembangan selanjutnya di Indonesia, termasuk dalam bidang administrasi, ekonomi, dan
budaya.

Masa Kejayaan
Masa kejayaan pemerintahan Inggris di Indonesia terjadi selama sekitar lima tahun dari tahun
1811 hingga 1816. Ini adalah periode singkat namun penting dalam sejarah kolonialisme
Inggris di wilayah ini. Beberapa faktor yang menandai masa kejayaan tersebut adalah:
1. Pengambilalihan Jawa : Pada tahun 1811, Inggris berhasil mengambil alih pulau Jawa
dari tangan Belanda selama Perang Napoleon. Ini adalah pencapaian penting, mengingat
Jawa adalah pusat penting perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alam berharga
lainnya. Inggris juga mengambil alih beberapa wilayah lainnya, seperti Madura dan sebagian
Sumatra Selatan.
2. Perdagangan Rempah-rempah : Selama pemerintahan Inggris, perdagangan rempah-
rempah, termasuk cengkih, pala, dan lada, berkembang pesat. Inggris mengendalikan
produksi dan distribusi rempah-rempah ini, menghasilkan keuntungan besar.
3. Pemberian Kontribusi dalam Administrasi : Inggris membawa perubahan signifikan
dalam administrasi dan tata pemerintahan di wilayah yang mereka kuasai. Mereka
memperkenalkan berbagai reformasi administratif yang meningkatkan efisiensi
pemerintahan.
4. Pengembangan Infrastruktur : Inggris juga berinvestasi dalam pembangunan
infrastruktur, seperti jalan raya, pelabuhan, dan fasilitas transportasi lainnya. Hal ini
membantu memfasilitasi perdagangan dan transportasi barang-barang.
5. Pengenalan Tanaman Komoditas Baru : Selama masa pemerintahan Inggris, beberapa
tanaman komoditas baru diperkenalkan di Indonesia, termasuk teh dan kina (sumber kinin
untuk obat malaria). Ini membuka potensi ekonomi baru.
6. Pengaruh pada Budaya dan Sosial : Pengaruh budaya Inggris, terutama dalam bahasa,
agama, dan budaya umum, mulai terlihat di wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Meskipun
pengaruh ini tidak merubah budaya Indonesia secara mendasar, tetapi tetap memberikan
kontribusi pada perubahan budaya dan perkawinan budaya antara kedua bangsa.

6
Budaya dan Benda yang ditinggalkan
A. Kebudayaan
Bahasa dan kata serapan : Bahasa Inggris adalah bahasa yang berasal dari Inggris dimana
bahasa ini yang digunakan untuk berkomunikasi anatar warga negara pada umumnya. Selama
masa pemerintahan Inggris, beberapa kata dan frasa bahasa Inggris mulai digunakan dalam
bahasa Indonesia. Ini termasuk kata-kata seperti "kantor" (office), "sekolah" (school), "hotel,"
dan "meja" (table). Pengaruh bahasa Inggris ini masih terasa dalam bahasa Indonesia modern.
Tarian : Morris Dancing adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Inggris yang
biasanya diiringi dengan musik. Tarian Morris menekankan pada kelincahan dan kekuatan
kaki. Tarian Morris dilakukan secara berkelompok. Para penarinya ada yang membawa
tongkat, pedang dan sapu tangan sebagai pelengkap tarian. Walaupun menari secara
berkelompok dan berdekatan, bagi para penari Morris hal tersebut tidak membuat mereka
khawatir terluka.
Budaya Antri : Masyarakat Inggris yang multikultural memilik kebiasaan mengantri untuk
melakukan dan mendapatkan sesuatu. Masyarakat menganggap oarang yang tidak mau
mengantri adalah orang yang egois dan tidak memperdulikan orang yang ada disekitarnya.
Budaya antri ini sudah seperti nilai dan norma yan berlaku di masyarakat.
Straw Bear : Straw Bear adalah hari beruang jerami yang merupakan tradisi tertua yang
biasa di lakukan pada tanggal 7 januari. Tradisi ini dipercaya untuk mengawali masa bertani
dan berladang. Para peserta baik pria dewasa maupun remaja, menggunakan kostum jerami
mulai dari kaki hingga kepala. Dan mereka berjalan mengetuk pintu rumah yang satu ke
rumah lainnya sambil menari. Para penari akan memperoleh hadiah dari para pemilik rumah
sebagai imbalannya. Baik berupa makanan, bir ataupun uang.
Budaya saat Makan : Pada saat makan posisi duduk harus tegak, saat makan tidak boleh
bertanya dengan gembira atau terus menerus bicara dengan orang. Setiap orang tidak boleh
meninggalkan sendok di atas mangkok sup atau di gelas kopi. Sendok harus ditinggalkan di
atas piring nasinya dan untuk sendok teh harus diletakkan di atas tatakan gelas. Saat minum
sup tidak boleh menimbulkan suara dan tidak boleh meminum sup sampai habis. Tidak boleh
merokok saat masih duduk di tempat makan. Selesai makan para pria membantu wanita
memundurkan kursinya supaya bisa berdiri.
Sistem Hukum: Pengaruh sistem hukum Inggris tetap ada dalam sistem hukum Indonesia.
Misalnya, sistem hukum pidana dan peradilan memiliki akar yang berasal dari pengaruh
Inggris selama masa kolonial.
Agama Kristen: Pengaruh agama Kristen yang diperkenalkan oleh misionaris Inggris masih
dapat ditemukan di beberapa komunitas di Indonesia. Gereja-gereja dan sekolah-sekolah
Kristen yang didirikan selama masa itu tetap aktif dan berperan penting dalam masyarakat.

7
Tradisi Natal: Perayaan Natal adalah salah satu warisan yang masih ada dari pengaruh
Inggris. Meskipun perayaan Natal adalah perayaan agama Kristen, banyak elemen perayaan
ini telah menjadi bagian dari budaya liburan yang meriah di Indonesia.

B. Benda peninggalan
1. Benteng Malborough
Benteng pertahanan peninggalan Inggris ini berlokasi di daerah Bengkulu. Tepatnya adalah di
tepian pantai yang dibangun pada tahun 1714 hingga 1719 oleh Kerajaan Inggris Raya yang
pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Joseph Collet.

2. Rumah Thomas Stamford Raffles


Thomas Stamford Raffles adalah seorang Gubernur Jenderal Inggris terakhir di Indonesia
sebelum kekuasaannya jatuh ke tangan Belanda. Namanya sempat disematkan pada tanaman
endemic Indonesia yaitu Rafflesia Arnoldii.

3. Tugu Thomas Parr


Ini adalah sebuah moumen yang lokasinya tidak jauh dari Benteng Malborough yaitu hanyaÂ
berjarak 170 m ke arah tenggara. Tugu ini memiliki luas sekitar 70 M2ÂÂÂ dan tinggi
mencapai 13,5 m. Dibangun pada tahun 1808 sebagai peringatan atas terbunuhnya Thomas
Parr di tangan rakyat Bengkulu.

4. Makam Inggris (British Cemetery)


Lokasi makam Inggris ini tidak jauh dari Benteng Malborough yang hanya berjarak sekitar
800 m menuju ke arah timur, tepatnya berada di Kelurahan Jitra di Bengkulu. Makam ini
menjadi salah satu makam terbesar di wilayah Asia Tenggara dengan luas sekitar 5,5 hektar.
Beberapa sumber mengatakan bahwa makam ini sudah digunakan sejak tahun 1714.

Anda mungkin juga menyukai