Anda di halaman 1dari 15

MASA PEMERINTAHAN SIR THOMAS

STAMFORD RAFFLES
DI INDONESIA TAHUN 1811-1816

TUGAS SEJARAH INDONESIA

Kelompok 1

Arif Widiatmoko 07
Hernando Farazi H 21
Aldi Masdarmawan 04
Ozsa Dewangga 27
Rico Ardiansyah 26
Mohammad Qisthi H 32

SMA NEGERI 05 JEMBER


KELAS 11 MIA 4
2016
Daftar Isi
Halaman Judul

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Bab II Pembahasan

2.1 Masa Kepemimpinan Raffles di Nusantara . . . . . . . . . . . . .. . .5


2.2 Aturan / Kebijakan Raffles . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
2.3 Berakhirnya Kedudukan Raffles Di Nusantara . . . . . . . . . . . .12

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.2 Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli 1781 berkewarganegaraan


Inggris. Ia adalah seorang yang kurang mempunyai karakter hebat, tapi cukup
bijaksana untuk lebih memilih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan
material sesaat. Ayahnya adalah seorang kapten bernama Benjamin Raffles dan
Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat terhimpit krisis ekonomi dan
terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia mengakibatkan
ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu juga ia mulai bekerja
sebagai pegawai di London untuk perusahan Hindia Timur Britania yang banyak
berperan dalam penaklukan Inggris di luar Negeri dan diangkat ke posisi agen
perusahaan di Pulau Penang pada 1805. Dia memulai studinya atas bahasa, adat
istiadat, dan sejarah Melayu. Bermula menjadi palayan humaniter utama
kemudian menciptakan lewat tulisannya, suatu legenda histori mengenai
administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi yang
berani sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu pendirian
Singapura. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut,
membuat Raffles orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto untuk
Indonesia. Kala waktu itu untuk menyerang dan menghancurkan kekuatan
Belanda di Indonesia. Keberhasilan Inggris dalam ekspansinya ini membawa
nama Raffles menjadi semakin dikenal dan yang tidak kalah pentingnya adalah
melejitnya karir Raffles yang semakin tinggi di usianya yang masih muda. Itu
disebabkan karena pemerintah Inggris mempercayakan semua kendali di
nusantara kepadanya. Sehingga di tunjuklah Raffles sebagai Letnan Gubernur
oleh Lord Minto sebelum kembali ke Kalkuta. Dia menjadi Jenderal Gubernur di
Jawa pada tahun 1811-1816.
1.2 Rumusan masalah
1.) Bagaimana masa kepemimpinan T.S Raffles di nusantara?
2.) Kebijakan-kebijakan apa saja yang ditetapkan raflesss pada masa itu?
3.) Bagaimana akhir dari masa kepemimpinan T.S Raffles di nusantara?
Bab II
Pembahasan
2.1 Masa Kepemimpinan Raffles di Nusantara

Sejak tahun 1800, blokade Inggris terhadap Belanda semakin


memuncak. Kedudukan-kedudukan Belanda yang ada di luar Jawa (hanya
Ambon yang agak kuat) diserang Inggris. Demikianlah Ambon, Gorontalo,
Banda, Ternate, praktis dapat dikuasainya. Tidak dengan Jawa, rupanya
pertahanan masih kuat dan memerlukan perhitungan militer yang lebih
serius. Tetapi keputusan itu belum diambil oleh pucuk pimpinan Inggris di
India. Walaupun demikian, persiapan untuk menyerang Jawa telah
dilakukan sejak masa-masa sebelumnya.
Pada tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalam hubungan
Jawa-Eropa. Negeri Belanda telah berada di bawah kekuasaan Perancis
sejak tahun 1795. Sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin
besar, maka Napoleon Bonaperte mengangkat adiknya, Louis Napoleon
sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808,
Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk
menjadi Gubernur jenderal (1808-1811) dan untuk memperkuat pertahanan
Jawa sebagai basis melawan Inggris di Samudera Hindia. Dalam
perjalanannya Daendels tidak membawa pasukan baru bersamanya bahkan
memakai bendera Amerika untuk menghindari serangan atau hadangan
Inggris di India. Dengan tidak adanya pasukan yang dibawa dia segera
membentuk pasukan yang terdiri dari sebagian besar terdiri atas orang-
orang Indonesia, berjumlah dari 4000 menjadi 18000 orang.

Tekanan blockade Inggris yang berat terhadap Belanda


melumpuhkan export kopi yang merupakan salah satu sumber penghasilan
yang besar. Suasana ekonomi di bawah Daendels yang bersifat revolusioner
dan diktaktor ini rusak. Di samping itu kebencian terhadapnya datang dari
semua golongan termasuk orang-orang Eropa sendiri. Maksudnya
memberantas penyelewengan dan korupsi yang menyelimuti administrasi
Eropa banyak mengalami kegagalan. Salah satu contoh tindakan Daendels
yang hanya menghasilkan kebencian adalah sebagai berikut, seperti
disebutkan di atas, bahwa Ambon masih dipertahankan oleh Belanda dalam
ukuran kecil. Di sana ditempatkan seorang colonel Perancis yang bernama
Filz. Akibat serangan Inggris itu Filz menyerah. Dia dibebaskan oleh
Inggris dan kemudian pergi ke Batavia untuk mempertanggung jawabkan
perbuatannya. Hasilnya malahan colonel yang malang itu dimarahinya dan
kemudian dijatuhi hukuman mati (dengan jalan ditembak), itu merupakan
perbuatan yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh seorang
pemimpin seperti Daendels. Adapun perlawanan diberbagai tempat
terhadap Daendels yang serba keras dari bangsa Indonesia antara lain ialah
Banten, Cirebon, dan Yogyakarta.

Pada 1811, Thomas Stamford Raffles disertakan dalam rombongan


ekspedisi ke tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur di bawah perintah
Gubernur Jenderal (di India) Sir Gilbert Elliot Murray-Kynyn-mond atau
yang lebih dikenal dengan nama Lord Minto, hingga 1817. Lord Minto
menyukai Raffles karena kecerdikanya, keterampilan, dan kemampuannya
dalam berbahasa Melayu, sehingga ia dikirim ke Malaka. Tidak lama
setelah tiba di tanah Jawa pasca Perancis menguasai Kerajaan Belanda,
Raffles mengatur ekspedisi melawan militer Belanda di Jawa.

Penyerbuan itu dipimpin oleh Admiral Robert Stopford, Jenderal


Watherhall, Kolonel Gillespie dan disamping itu ikut juga
Jenderal Auchmuty dimana Kapitulasi Tuntang adalah pertanda yang secara
resmi mengakhiri riwayat Belanda-Perancis di Indonesia. Berikut mengenai
isi dari Kapitulasi Tuntang yang di tanda tangani oleh Auchmuty dari pihak
Inggris dan Janssen dari pihak Belanda, pada tanggal 18 September 1811 :
1. Seluruh Jawa diserahkan kepada Inggris
2. Semua serdadu menjadi tawanan dan semua pegawai yang mau kerja
sama dengan Inggris, dapat memegang jabatan terus
3. Semua hutang-piutang pemerintah belanda yang dulu, tidak akan
ditanggung oleh Inggris.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raffles telah diangkat sebagai
Letnan Gubernur Jenderal namun pusat kendali tetap berada di Calcuta.
Dalam hal yang seperti ini masih ada juga perbedaan dalam penilaian
terhadap Belanda antara Lord Minto dengan Raffles. Munculnya dua aliran
ini sangat berbeda jauh yaitu aliran Lord Minto yang bersikap lunak dan
terbuka terhadap Belanda yang telah kalah dan mau mempergunakan
bangunan dan tenaga mereka kembali asalkan setia kepada Inggris, dan
aliran Raffles yang bersifat membenci terhadap apa saja yang berbau
Belanda yang dianggapnya sebagai kolot dan kejam.

Setelah takhluknya Belanda dari tangan Inggris, kepulauan Indonesia


sepenuhnya berada di bawah control perusahaan Hindia Timur Inggris dan
dibagi dalam empat unit administratif yaitu pemerintahan Malaka,
Bengkulu, Jawa, Maluku. Dengan perubahan administratif ini Maluku
sangat beruntung karena monopoli tidak dihapus melainkan ditetapkan
dengan lebih longgar, sebab Perusahaan Hindia Timur Inggris tidak
mempunyai kepentingan financial untuk menjaga ketat sistem itu seperti
Belanda. Apabila dilihat sebagai kesatuan revolusi Daendels dan Raffles
sama-sama tokoh yang paling penting bagi sejarah Indonesia yaitu sebagai
pencetus revolusi penjajahan, suatu kebijakan baru yang menuntut
pelaksanaan kedaulatan dan kekuasaan administrasi Eropa di seluruh
pemerintahan Jawa yang tujuannya memanfaatkan, memperbaharui, atau
menghancurkan lembaga-lembaga asli semuanya. Pemerintahan langsung
rakyat oleh pejabat pemerintah yang digaji harus menggantikan
pemerintahan tidak langsung lewat perantara kepala-kepala daerah
herediter.
2.2 Aturan / Kebijakan Raffles

Thomas Stamford Raffles pernah menjadi Gubernur Jenderal pada


masa yang sangat singkat di Jawa yaitu mulai tahun 1811 sampai dengan
1816. Selama kepemimipinannya, Raffles mengubah sistem tanam paksa
(culture stelsel) yang diberlakukan colonial Belanda, yaitu sistem
kepemilikan tanah yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh tulisan awal
Dirk van Hogendorp, dengan kebijakan landrente. Prinsip yang
digunakannya berdasarkan pada teori liberalisme, seperti yang dipraktikkan
Inggris di India. Seperti dalam bidang perekonomian dan keuangan Raffles
menetapkan bahwa :

1. semua tanah adalah milik Negara, dan rakyat sebagai pemakai


(penggarap) tanah wajib membayar sewa (berupa pajak bumi)
kepada pemerintah.
2. Pemimpin pribumi seperti sultan dan bupati yang tidak taat
pada peraturan landrente, akan dipecat.
3. Meneruskan usaha yang dilakukan Belanda misalnya
penjualan tanah kepada swasta, serta penanaman kopi,
melaksanakan penanaman bebas yang melibatkan rakyat
dalam perdagangan.
4. Memonopoli garam agar tidak dipermainkan dalm
perdagangan karena sangat penting bagi rakyat.
5. Menghapus segala penyerahan wajib dan kerja rodi.
6. Dia juga mengubah sistem berkendara di koloni Belanda
menjadi sistem berkendara seperti di Inggris yaitu memakai
jalur kiri yang berlaku dan dipakai sampai saat ini

Selain menerapkan kebijakan landrente, dalam bidang pemerintahan


Thomas Stamford Raffles juga menerapkan kebijakannya melalui :
1. Membagi tanah Jawa ke dalam 18 karesidenan
2. Mengurangi jabatan bupati yang berkuasa
3. Mengangkat Bupati menjadi pegawai negeri yang digaji
4. Mempraktekkan sistem yuri dalam pengadialn seperti di
Inggris
5. Melarang adanya perbudakan, membangun pusat
pemerintahan di Istana Bogor
6. Kesultanan Banten dihapuskan, kedaulatan kesultanan
Cirebon harus diserahkan kepada kolonial Inggris

Disamping kebijakan-kebijakan yang telah disebutkan, Raffles juga


seoarang sarjana yang tertarik dalam Sejarah dan keadaan alam Indonesia.
Yaitu dengan membangun gedung Harmoni di jalan Majapahit Jakarta
untuk lembaga pengetahuan yang berdiri sejak tahun 1778 yang bernama
Bataviaasch Genootschap.

Pada 13 agustus 1814 diberlakukan konvensi London yang memuat


bahwa seluruh wilayah yang pernah dikuasai Belanda harus dikembalikan
kepada pihak Inggris tetapi tidak berlaku atas Bangka, Belitung, dan
Bengkulu. Sebenarnya Raffles tidak menerima hal ini karena kekayaan
Hindia-Belanda sanagat menguntungkan pihak Inggris, naumun ia terpaksa
menandatanganinya yang merupakan bagian dari penyusunan kembali
secara menyeluruh urusan-urusan Eropa setelah perang-perang Napoleon.
Raffles akhirnya ditarik kembali ke Inggrisdan digantikan oleh John Fendall
yang melaksanakan keputusan konvensi London sekaligus serah terimanya.
Tahun 1818 Raffles kembali ke timur untuk Jabatan barunya yaitu menjadi
Gubernur Bengkulu. Setelah setahun pemerintahannya ia menggagas
proyek bernama Singapore. Proyek mercusuar ini adalah pelampiasan dari
rasa kekecewaannya karena penyerahan tanah Jawa kepada Belanda.
Diapun akhirnya terkenal sekali sebagai pendiri Singapura.
Sebelum kepulangannya ke London, di Bengkulu Raffles mendirikan
benteng Inggris paling besar kedua di Asia Pasifik, setelah benteng
utamanya di India. Dari pendirian benteng yang permanen, kokoh dan
multifungsi itu dapat dipastikan kalau Raffles memiliki cita-cita di kawasan
ini. Karena parahnya gejolak politik yang mendera Eropa pada tahun 1823
ia terpaksa untuk meninggalkan Sumatra. Namun Raffles sempat
mewujudkan obsesinya di Singapura dan dalam proyek botani dan satwa
Hindia Timur, terutama di pulau Sumatra. Tonggak imperalis Inggris ini
menggagas pendirian Raffles Museum di Singapura. Misinya adalah
mencatat dan mendokumentasikan binatang dan tanaman khas yang
terdapat di pulau Jawa dan Sumatra. Salah satunya adalah jenis tanaman
bunga sekaligus nama Raffles diabadikan sebagai nama bunga itu, yaitu
Rafflesia Arnoldii. Karena peran besar Raffles, di Singapura akhirnya
diabadikan dengan bentuk patung atau monumuen Raffles untuk
mengenang tokoh besar itu.
2.3. Berakhirnya Kedudukan Raffles Di Nusantara.

Berakhirnya pemerintahan Raffles karena kondisi eropa sudah tidak


mendukung. Kedudukan Napoleon telah goyah, dan Belanda telah bangkit
untuk melawan Perancis. Ujungnya terselesaikan pada 1824 yang disepakati
di London. Britania berjanji tidak akan lagi campur tangan di Sumatra atau
pulau-pulau lain di kepalauan Indonesia. Begitu juga orang Belanda berjanji
menghormati kemerdekaan Aceh, tapi sekaligus bertekad melindungi
pelayaran di sekitar ujung utara Sumatra dari perompak-perompak Aceh.
Perjanjian 1824 mengakhiri kekuasaan Britania atas Bengkulu. Hingga
akhirnya Nusantara kembali di bawah kekuasaan Belanda yang dengan
sistimatik menguras serta mengkulikan penduduk Nusantara seperti yang
dilakukanya sebelum Inggris datang.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan

Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris.


Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur
jenderal di Indonesia. Beberapa kebijakan Raffles yang dilakukan di
Indonesia antara lain:

1. Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan;


2. Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan tanaman yang
ditanam;
3. Tanah merupakan milik pemerintah dan petani dianggap
sebagai penggarap tanah tersebut;
4. Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah.

Akibat dari kebijakan diatas, maka penggarap tanah harus membayar


pajak kepada pemerintah sebagai ganti uang sewa. Sistem tersebut disebut
Lnadrent atau sewa tanah. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:

1. Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik


tanah tersebut;
2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah;
3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai;
4. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.

Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau


jawa, kecuali daerah-daerah sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu
disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik
swasta dan daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib
tanam kopi yang memberikan keuntungan yang besar kepada pemerintah.
Selama sistem tersebut dijalankan, kekuasaan Bupati sebagai pejabat
tradisional semakin tersisihkan karena trgantikan oleh pejabat berbangsa
Eropa yang semakin banyak berdatangan.

Raffles berkuasa dalam waktu yang cukup singkat. Sebab sejak


tahun 1816 kerajaan Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Pada tahun
1813, terjadi prang Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu
dimenangkan oleh Inggris dan kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada
tahun 1814. Kekalahan Prancis itu membawa dampak pada pemerintahan di
negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya pemerintahan Louis Napoleon di
negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi perundingan perdamaian antara
Inggris dan Belanda. Perundingan itu menghasilkan Konvensi London atau
Perjanjian London (1814), yang isinya antara lain menyepakati bahwa
semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai Belanda harus
dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka,
Belitung dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin.
Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada
tahun 1816. Dengan demikian mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia-
Belanda dapat kembali berkuasa di Indonesia.
3.2 Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Stamford_Raffles
2. http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none_8675.html
3. http://www.gerbangilmu.com/2015/12/masa-pemerintahan-thomas-
stamford.html
4. http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/03/sistem-pertanahan-masa-
thomas-stamford.html

Anda mungkin juga menyukai