Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Gubernur Jendral VOC
Thomas S. Raffles untuk menyelesaikan tugas sejarah kami.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan media sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami ini, Untuk itu kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari hal tadi, kami menyadari bahwa mungkin masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun segi materi nya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan
kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kalimat, kami berharap makalah kami bisa bermanfaat maupun menjadi ilmu
pengetahuan yang bisa digunakan para pembaca,
Daftar Isi
COVER...................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................
1.3 TUJUANMAKALAH ..................................................................................................
1.4 MANFAATMAKALAH ..................................................................................................
BAB II ISI...........................................................................................................................4
A. PEMERINTAHAN INGGRIS DI INDONESIA ...............................................................4
B.KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS S. RAFFLES.............................................5
C. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS S. RAFFLES............................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalam hubungan Jawa-Eropa.
Negeri Belanda telah berada di bawah kekuasaan Perancis sejak tahun 1795. Sehubungan
dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin besar, maka Napoleon Bonaperte mengangkat
adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun
1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk menjadi Gubernur
jenderal (1808-1811) dan untuk memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di
Samudera Hindia. Dalam perjalanannya Daendels tidak membawa pasukan baru bersamanya
bahkan memakai bendera Amerika untuk menghindari serangan atau hadangan Inggris di India.
Dengan tidak adanya pasukan yang dibawa dia segera membentuk pasukan yang terdiri dari
sebagian besar terdiri atas orang-orang Indonesia, berjumlah dari 4000 menjadi 18000 orang
(Ricklefs, 2005).
Tekanan blockade Inggris yang berat terhadap Belanda melumpuhkan export kopi yang
merupakan salah satu sumber penghasilan yang besar. Suasana ekonomi di bawah Daendels
yang bersifat revolusioner dan diktaktor ini rusak. Di samping itu kebencian terhadapnya datang
dari semua golongan termasuk orang-orang Eropa sendiri. Maksudnya memberantas
penyelewengan dan korupsi yang menyelimuti administrasi Eropa banyak mengalami kegagalan
(Ricklefs, 2005). Salah satu contoh tindakan Daendels yang hanya menghasilkan kebencian
adalah sebagai berikut, seperti disebutkan di atas, bahwa Ambon masih dipertahankan oleh
Belanda dalam ukuran kecil. Di sana ditempatkan seorang colonel Perancis yang bernama Filz.
Akibat serangan Inggris itu Filz menyerah. Dia dibebaskan oleh Inggris dan kemudian pergi ke
Batavia untuk
Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui Kapitulasi Tuntang (1811), menjadi
awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Thomas Stamford Raffles diangkat menjadi
Letnan Gubernur EIC di Indonesia. Ia memegang pemerintahan selama lima tahun (1811-
1816) dengan membawa perubahan berasas liberal.
Pendudukan Inggris atas wilayah Indonesia tidak berbeda dengan penjajahan bangsa
Eropa lainnya. Raffles banyak mengadakan perubahan-perubahan, baik di bidang ekonomi
maupun pemerintahan. Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan
oleh Inggris di India. Kebijakan Daendels yang dikenal dengan nama Contingenten diganti
dengan sistem sewa tanah (Landrent).
Sistem sewa tanah disebut juga sistem pajak tanah. Rakyat atau para petani harus membayar
pajak sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara. Berikut ini pokok-
pokok sistem Landrent.
a. Penyerahan wajib dan wajib kerja dihapuskan.
b. Hasil pertanian dipungut langsung oleh pemerintah tanpa perantara bupati.
c. Rakyat harus menyewa tanah dan membayar pajak kepada pemerintah sebagai
pemilik tanah.
Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal yang hendak mewujudkan
kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup kebebasan menanam dan
kebebasan perdagangan. Kesejahteraan hendak dicapainya dengan memberikan kebebasan dan
jaminan hukum kepada rakyat sehingga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para
penguasa.
Dalam pelaksanaannya, sistem Landrent di Indonesia mengalami kegagalan, karena:
a. sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda
b. sulit menentukan luas sempit dan tingkat kesuburan tanah
c. terbatasnya jumlah pegawai
d. masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan sistem uang
Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikutnya adalah membagi wilayah Jawa menjadi 16
daerah karesidenan. Hal ini mengandung maksud untuk mempermudah pemerintah melakukan
pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasai. Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang
residen dan dibantu oleh asisten residen.
Di samping itu Thomas Stamford Raffles juga memberi sumbangan positif bagi Indonesia yaitu:
a. membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris
b. menulis buku yang berjudul History of Java
c. menemukan bunga Rafflesia-arnoldii
d. merintis adanya Kebun Raya Bogor
Perubahan politik yang terjadi di Eropa mengakhiri pemerintahan Raffles di Indonesia. Pada
tahun 1814, Napoleon Bonaparte akhirnya menyerah kepada Inggris. Belanda lepas dari kendali
Prancis. Hubungan antara Belanda dan Inggris sebenarnya akur, dan mereka mengadakan
pertemuan di London, Inggris.
Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Convention of London 1814.
Isinya Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status
Indonesia dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda.
Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari Inggris kepada Belanda berlangsung di Batavia pada
tanggal 19 Agustus 1816. Inggris diwakili oleh John Fendall dan Belanda diwakili oleh Mr.
Ellout, van der Capellen, dan Buyskes.
Ketika Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Belanda.
Penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens, tidak mampu bertahan dan terpaksa menyerah.
Akhir dari penjajahan Belanda-Perancis itu ditandai dengan Kapitulasi Tuntang yang
ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan
Janssens dari pihak Belanda. Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang
jabatannya terus.
d. Semua hutang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Semiggu sebelum kapitulasi tuntang, Raja Muda (Viceroy) Lord Minto yang berkedudukan di
India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di
Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan). Hal itu
berarti bahwa gubernur jendral tetap berpusat di Calcuta, India.Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh di Indonesia.
Biografi Raffles
Thomas Stamford Raffles adalah seorang yang kurang mempunyai karakter hebat, tapi
cukup bijaksana untuk lebih memelih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan material
sesaat (Vlekke, 2008). Bernama lengkap Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli
1781 berkewarganegaraan Inggris. Ia adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang
terbesar. Ia juga dikatakan pendiri kota dan Negara kota Singapura. Ayahnya adalah seorang
kapten bernama Benjamin Raffles dan Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat
terhimpit krisis ekonomi dan terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia
mengakibatkan ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu juga ia mulai bekerja
sebagai pegawai di London untuk perusahan Hindia Timur Britania yang banyak berperan
dalam penaklukan Inggris di luar Negeri (id.wikipedia.org) dan diangkat ke posisi agen
perusahaan di Pulau Penang pada 1805. Di sini dia memulai studinya atas bahasa, adat istiadat,
dan sejarah Melayu. Bermula menjadi palayan humaniter utama kemudian menciptakan lewat
tulisannya, suatu legenda histori mengenai administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu
kebijakan ekspansi yang berani sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu
pendirian Singapura.
Dia menulis begitu baik dalam bentuk yang sangat menarik, sehingga selama seabad setelah
kematiannya orang menilai Raffles lebih berdasarkan kata-katanya dari pada perbuatannya. Dari
sinilah ia dinilai lebih unggul dari pada para pendahulu-pendahulunya dalam administrasi
kolonial. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut, membuat Raffles
orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto untuk Indonesia. Kala waktu itu untuk
menyerang dan menghancurkan kekuatan Belanda di Indonesia (Vlekke, 2008).
Keberhasilan Inggris dalam ekspansinya ini membawa nama Raffles menjadi semakin
dikenal dan yang tidak kalah pentingnya adalah melejitnya karir Raffles yang semakin tinggi di
usianya yang masih muda. Itu disebabkan karena pemerintah Inggris mempercayakan semua
kendali di nusantara kepadanya. Sehingga di tunjuklah Raffles sebagai Letnan Gubernur oleh
Lord Minto sebelum kembali ke Kalkuta (Vlekke, 2008). Dia menjadi Jenderal Gubernur di
Jawa pada tahun 1811-1816. Selama di Jawa dalam menjalankan tugasnya, nampaknya Raffles
juga memiliki keterkaitan erat dengan orang Jawa, bahkan ia lebih suka dengan orang Jawa dari
pada dengan orang Belanda. Sebab orang Jawa tidak memiliki sifat amuk (chaos). Selain itu
Raffles juga menyimpan besar perhatiannya pada budaya dan sastra Jawa, karena ketertarikanya
tersebut ia mengembangkan Museum Ethnografi Batavia, yang sampai saat ini masih berdiri
megah. Sebelumnya Belanda telah mendirikan lembaga kebudayaan yang bernama Koninklijk
Bataviaasch Genootschap. Lembaga ini yang memelopori pendirian Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (1778) dan Museum Gajah (1862) yang kesemuanya berada di Jakarta. Pada
1814, Thomas Stamford Raffles mendengar berita adanya penemuan benda purbakala di sekitar
Magelang, Jawa Tengah. Raffles kemudian mengutus H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi
penemuan berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. Ia memerintahkan agar “bukit ilalang” itu
dibersihkan, sehingga tampaklah sebuah candi raksasa yang dipenuhi patung Buddha
Mahayana. orang. Raffles juga bercerita tentang keberadaan Candi Penataran yang berlokasi di
sebelah utara Blitar (Jawa Timur). Raffles menemukan candi ini pada 1815 bersama seorang
naturalis dan ahli kedokteran berkebangsaan Amerika, ialah Thomas Walker Horsfield. Raffles
kembali ke London (1815) karena mengidap penyakit tropis yang cukup parah, serta
kesedihannya yang sangat dalam atas meninggalnya istrinya pada 26 November 1814 karena
penyakit malaria (Raffles, 2008) dan dimakamkan di Batavia tepatnya yang sekarang menjadi
Museum Prasasti. Di kebun raya Bogor juga dibangun monument peringatan untuk mengenang
kematian sang isteri (id.wikipedia.org).
Pada tahun 1818, Thomas Stamford Raffles kembali ke timur dan di promosikan menjadi
gubernur Bengkulu. Disana banyak yang telah dilakukan yaitu mengagas proyek benama
Singapore, mendirikan benteng, dan Ia juga dikenal sebagai pecinta lingkungan yang penuh
gairah di bidang boilogi. Banyak sederetan nama binatang dan tumbuhan telah dinamai dengan
menggunakan namanya (Raffles, 2008). Salah satu tumbuhan yang paling terkenal adalah
benama Rafflesia Arnoldii, sejenis tumbuhan parasit di pohon Palem, merupakan hasil
penemuan Raffles di sekitar Bengkulu (Sumatra). Tanaman ini merupakan endemic di Asia
Tenggara dan memiliki kelopak bunga terbesar serta paling spektakuler di dunia. Sekembalinya
ke London Thomas Stamford Raffles mendirikan London Zoo dan Zoological Society of
London yang sampai saat ini masih terkenal. Ia pun menjadi presiden pertama dalam lembaga
ilmiah ini. Dari sinilah Raffles menghabiskan masa hidupnya yaitu di Kota dan Negara asalnya.
Seorang anak yang tengah menjelma menjadi seorang figure dan menjadi seorang tokoh cerdas,
bijaksana serta peduli terhadap sesama telah menyatu semua dalam diri raffles. Menurut catatan
Sophia Malkasian, mahasiswa pascasarjana pada Southeast Asia Studies Program, Ohio
University, Amerika Serikat mengatakan Raffles dianggap sebagai salah seorang pelopor kajian
Jawa, serta bukunya menjadi sumber gagasan Barat mengenai daerah tersebut, dan sebagai titik
awal pengkajian wilayah Timur.
Perjuangan telah dilakukan demi keluarga dan negaranya mulai dari masa remaja hingga
menutup mata. Banyak sumber yang mengatakan bahwa Thomas Stamford Raffles meninggal
dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45 (5 July 1826), atau hanya dua tahun
sekembalinya dari Hindia-Timur, karena menderita apoplexy atau Stroke (Raffles, 2008).
Karena pendirianya yang menentang perbudakan, keluarganya tidak diizinkan
mengebumikannya di halaman gereja setempat (St.Mary’s, Hendon). Larangan ini dikeluarkan
pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan dari perdagangan budak. Ketika
gereja itu diperluas pada 1920-an, kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya
(id.wikipedia.org).
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raffles telah diangkat sebagai Letnan Gubernur
Jenderal namun pusat kendali tetap berada di Calcuta (Dekker, 1993).
Dalam hal yang seperti ini masih ada juga perbedaan dalam penilaian terhadap Belanda antara
Lord Minto dengan Raffles. Munculnya dua aliran ini sangat berbeda jauh yaitu aliran Lord
Minto yang bersikap lunak dan terbuka terhadap Belanda yang telah kalah dan mau
mempergunakan bangunan dan tenaga mereka kembali asalkan setia kepada Inggris, dan aliran
Raffles yang bersifat membenci terhadap apa saja yang berbau Belanda yang dianggapnya
sebagai kolot dan kejam.
Setelah takhluknya Belanda dari tangan Inggris, kepulauan Indonesia sepenuhnya berada di
bawah control perusahaan Hindia Timur Inggris dan dibagi dalam empat unit administratif yaitu
pemerintahan Malaka, Bengkulu, Jawa, Maluku. Dengan perubahan administratif ini Maluku
sangat beruntung karena monopoli tidak dihapus melainkan ditetapkan dengan lebih longgar,
sebab Perusahaan Hindia Timur Inggris tidak mempunyai kepentingan financial untuk menjaga
ketat sistem itu seperti Belanda (Vlekke, 2008). Apabila dilihat sebagai kesatuan revolusi
Daendels dan Raffles sama-sama tokoh yang paling penting bagi sejarah Indonesia yaitu
sebagai pencetus revolusi penjajahan, suatu kebijakan baru yang menuntut pelaksanaan
kedaulatan dan kekuasaan administrasi Eropa di seluruh pemerintahan Jawa yang tujuannya
memanfaatkan, memperbaharui, atau menghancurkan lembaga-lembaga asli semuanya (Rickefs,
2005). Pemerintahan langsung rakyat oleh pejabat pemerintah yang digaji harus menggantikan
pemerintahan tidak langsung lewat perantara kepala-kepala daerah herediter (Vlekke, 2008).
Thomas Stamford Raffles pernah menjadi Gubernur Jenderal pada masa yang sangat singkat di
Jawa yaitu mulai tahun 1811 sampai dengan 1816. Selama kepemimipinannya, Raffles
mengubah sistem tanam paksa (culture stelsel) yang diberlakukan colonial Belanda, yaitu
sistem kepemilikan tanah yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh tulisan awal Dirk van
Hogendorp, dengan kebijakan landrente4. Prinsip yang digunakannya berdasarkan pada teori
liberalisme, seperti yang dipraktikkan Inggris di India
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah India. Di
India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC)
pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta
(India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake danThomas
Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali
ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh
Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi
perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak
istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC
kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor
berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia
karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme
Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba
di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon,
Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi
Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Pada
tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan
Belanda di Indonesia.
pada tahun 1811, inggris mampu menguasai daerah jajahan belanda, maka belanda harus
menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811, yang isinya:
-daerah jajahan belanda diserahkan kepada inggris
-tentara belanda menjadi tawanan inggris
-orang2 belanda dapat menjadi pegawai inggris
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang Belanda.
dan Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan mengembalikan
kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816 Inggris melaksanakan
kewajibannya itu.
Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil
membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris membuat kebijakan kebijakan, seperti :
*memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :
-indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan(
-para bupati diangkat menjadi pegawai negri
-daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
-mengurangi kekuasaan raja
B. SARAN
Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, kita wajib menjaga kedamaian Negara ini.
Jangan sampai kita harus dijajah untuk sekian kalinya. Hal tersebut pasti akan lebih banyak
merugikan kita dan juga generasi penerus nanti. Sehingga kita wajib menjaga Negara ini dari
tangan penjajah dan meningkatkan kemakmuran rakyat.
Daftar pustaka