NAMA KELOMPOK :
1. Davina Chantika Kirani
2. Dewa Putu Atma Jaya
3. Dian Puspita
4. Gede Sendi Arta
5. Kadek Adi Saputra
6. Kadek Ayu Lestari
7. Kadek Rian
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia – Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
sesuai waktunya.
Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu
pembaca dalam memahami pelajaran Sejarah yang merupakan judul dari Makalah kami,
yaitu “MASA PENDUDUKAN INGGRIS PADA TAHUN 1811-1819”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah ini masih ada kekurangan
sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari guru
mata pelajaran agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertengahan tahun 1811, armada Inggris, dengan kekuatan 100 kapal dan
12.000 tentara dibawah Jenderal Auchmuty mendarat dipantai Cilincing. Tentara Belanda
tidak mampu untuk menghadapi kekuatan pasukan Inggris. Di Desa Tuntang (dekat Salatiga),
Belanda menyerah kalah kepada Inggris. Belanda harus menandatangani Kapitulasi Tuntang
yang berisi hal-hal berikut ini :
a. Pulau Jawa dan daerah sekitannya yang dikuasai Belanda, jatuh ke tangan Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
c. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahaan Inggris.
1
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan pembahasan materi, maka kami membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem sewa tanah, tujuan pelaksanaannya, serta
kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles?
2. Bagaimanakah pelaksanaan sistem tanam paksa, pelaksanaan sistem tanam paksa,
serta penghapusan (dampak) tanam paksa?
3. Apa perbedaan sistem sewa tanah dan sistem tanam paksa, di lihat dari faham yang
mendasari, perangkat pemerintahan pelaksana, kedudukan dan pola kerja rakyat, serta
tanaman dan sistem perdagangannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui latar belakang dan tujuan pelaksanaan sistem sewa tanah serta
kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles.
2. Dapat mengetahui latar belakang dan pelaksanaan sistem tanam paksa serta
penghapusan (dampak) tanam paksa.
3. Dapat mengetahui perbedaan sistem sewa tanah dengan sistem tanam paksa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Zaman pendudukan Inggris ini hanya berlangsung selama lima tahun, yaitu antara
tahun 1811 dan 1816, akan tetapi selama waktu ini telah diletakakan dasar-dasar
kebijaksanaan ekonomi yang sangat mempengaruhi sifat dan arah kebijaksanaannya
pemerintahan kolonial Belanda yang dalam tahun 1816 mengambil alih kembali kekuasaan
dari pemerintah kolonial Inggris. Azas-azas pemerintahan sementara Inggris ini ditentukan
oleh Letnan Gubernur Raffles, yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di India.
Pada hakekatnya Rafless ingin menciptakan suatu sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari
segala unsur paksaan yang dahulu melekat pada sistem penyerahan paksa dan pekerjaan rodi
yang dijalankan oleh kompeni Belanda (VOC) dalam kerjasama dengan raja-raja dan para
bupati. Thomas Stanford Rafless menyebut Sistem Sewa tanah atau dikenal juga dengan
sistem pajak bumi dengan istilah landrente.
Peter Boomgard (2004:57) menyatakan bahwa: Kita perlu membedakan antara
landrente sebagai suatu pajak bumi atau lebihtepat pajak hasil tanah, yang diperkenalkan
tahun 1813 dan masih terus dipungut pada akhir periode colonial, dan landrente sebagai suatu
sistem, yang berlaku antara tahun 1813 sampai 1830 ´Sistem sewa tanah yang dijalankan oleh
Inggris, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Stamford Raffles ini, Dalam
usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial yang baru, Raffles ingin
berpatokan pada tiga asas, antara lain:
1. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan
dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi
kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;
2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka
dijadikan bagian integral dari pemerintahan colonial dengan fungsi-fungsi
pemerintahan yang sesuai, perhatian mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan
umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah.
Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah atau pajak
3
atas pemakaian tanah pemerintah. Untuk menentukan besarnya pajak, tanah dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu:
a) Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil bruto;
b) Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga darihasil bruto;
c) Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per lima dari hasil bruto;
4
2. Pelaksana Sistem Sewa Tanah
Sewa tanah diperkenalkan di Jawa semasa pemerintahan peralihan Inggris (1811-
1816) oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles, yang banyak menghimpun gagasan sewa
tanah dari sistem pendapatan dari tanah India-Inggris. Sewa tanah didasarkan pada
pemikiran pokok mengenai hak penguasa sebagai pemilik semua tanah yang ada. Tanah
disewakan kepada kepala-kepala desa di seluruh Jawa yang pada gilirannya
bertanggungjawab membagi tanah dan memungut sewa tanah tersebut.
Sewa ini pada mulanya dapat dibayar dalam bentuk uang atau barang, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya lebih banyak berupa pembayaran uang. Pengalaman dan
pelaksanaan sewa tanah ini, oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles sangat dipengaruhi
oleh pengalaman penerapan perkembangan perekonomian colonial pada masa penguasaan
Inggris di India. Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin menciptakan suatu sistem
ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan, dan dalam rangka kerjasama
dengan raja-raja dan para bupati. Kepada para petani, Gubernur Jenderal Stamford Raffles
ingin memberikan kepastian hukum dan kebebasan berusaha melalui sistem sewa tanah
tersebut.
5
3. Pananaman tanaman dagangan untuk dieksport.
Pada masa sewa tanah ini terjadi penurunan dari sisi ekspor, misalnya tanaman kopi
yang merupakan komoditas ekspor pada awal abad ke-19 pada masa sistem sewa tanah
mengalami kegagalan, hal ini karena kurangnya pengalaman para petani dalam menjual
tanaman-tanaman merekadi pasar bebas, karena para petani dibebaskan menjual sendiri
tanaman yang mereka tanam.
Dua hal yang ingin dicapai oleh raffles melalui sistem sewa tanah ini adalah :
1) Memberikan kebebasan berusaha kepada para petani Jawa melalui pajak tanah.
2) Mengefektifkan sistem administrasi Eropa yang berarti penduduk pribumi akan
mengenal ide - ide Eropa mengenai kejujuran, ekonomi, dan keadilan.
Kedudukan dan pola kerja rakyat pada masa sistem sewa tanah ini pada dasarnya
tidak jauh berbeda pada masa sistem tanam paksa. Pada sistem sewa tanah rakyat tetap saja
harus membayar pajak kepada pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai penyewa tanah,
karena tanah adalah milik pemerintah sehingga untuk memanfaatkan tanah tersebut untuk
menghasilkan tanaman yang nantinya akan dijual dan uang yang didapatkan sebagian
kemudian digunakan untuk membayar pajak dan sewa tanah tersebut. Pada masa ini sistem
feodalisme dikurangi, sehingga para kepala adat yang dahulunya mendapatkan hak-hak atau
pendapatan yang bisa dikatakan irasional, kemudian dikurangi.
6
Sedangkan dalam sistem perdagangan pun sistem sewa tanah berbeda dengan sistem
tanam paksa. Unsur-unsur paksaan digantikan dengan unsur kebebasan sukarela dan
hubungan perjanjian atau kontrak. Sehingga pada system sewa tanah, rakyat selain diberikan
kebebasan untuk menanam, mereka juga diberi kebebasan untuk melakukan perdagangan
atau menjual tanaman merekasendiri di pasaran bebas. Sistem perdagangan ini tidak efektif
karena penjualansering diserahkan rakyat kepada kepala desa mereka.
Penyerahan penjualan kepada kepala desa dikarenakan kurang pengalamannya petani
dalam menjual tanaman-tanaman mereka di pasaran bebas. Hal ini mengakibatkan kepala-
kepala desa sering melakukan penipuan terhadap petani maupun pembeli, sehingga membuat
pemerintah terpaksa ikut campur tangan dengan mengadakan penanaman paksa bagi tanaman
perdagangan.
7
c) Ikatan adat-istiadat yang telah turun-temurun menjadi semakinlonggar, akibat
pengaruh barat.
Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah mengalami kegagalan karena:
1) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua rakyat
mempunyai tanah yang sama.
2) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani.
3) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
4) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
8
b. Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial
Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta dan Surakarta.
2) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.
3) Melarang perdagangan budak.
c. Di bidang ilmu pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk mengadakan berbagai penelitian
ilmiah di Indonesia.
2) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa
dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.
3) Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun Raya
Bogor sebagai kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan
dari berbagai penjuru dunia. Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama sebab
Pemerintahan Napoleon di Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat berakhirnya kekuasan
Louis Napoleon 1814, maka diadakan Konferensi London.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem sewa tanah dijalankan oleh Inggris, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Stamford Raffles. Dalam usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial
yang baru, Raffles ingin berpatokan pada tiga azas, antara lain:
1. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu
dihapuskan dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka
diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;
2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya
mereka dijadikan bagian integral dari pemerintahan kolonial dengan fungsi-fungsi
pememrintahan yang sesuai, perhatia mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan umum
yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik
pemerintah. Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah atau
pajak atas pemakaian tanah pemerintah.
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles
mengandung tujuan sebagai berikut:
1. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebas untuk
memotovasi mereka agar bekerja lebih giat sehingga kesejahteraannya mejadi lebih baik;
2. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-barang
industri Inggris;
3. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap;
4. Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;
5. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi uang.
Pelaksanaan sistem tanam paksa (culturstelsel) sebenarnya merupakan usaha
Pemerintah Hindia Belanda dalam memperbaiki keungan di Hindia Belanda. Usaha tersebut
sebenarnya sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Van der Capellen (1819-1825). Usaha-
usaha Belanda tersebut semakin mendapat hambatan karena persaingan dagang dengan pihak
Inggris. Apalagi setelah berdirinya Singapura pada tahun 1819, menyebabkan peranan
Batavia dalam perdagangan semakin kecil di kawasan Asia Tenggara. Untuk kawasan
10
Indonesia sendiri diperparah dengan jatuhnya harga kopi dalam perdagangan Eropa. Karena
kopi merupakan produk ekspor andalan pendapatan utama bagi Belanda.
B. Saran
Dengan mengetahui awal mula sejarah penjajahan Inggris di Indonesia, pembaca
diharapkan dapat mengetahui sejarah awal mula penjajahan Inggris di Indonesia serta sistem
apa saja yang sudah di jalankan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://dhukunweb.blogspot.com/2012/02/awal-mula-penjajahan-inggris-di.html
http://kemasnaufalnashor22.blogspot.com/2013/11/makalah-masa-kekuasaan-inggris.html
http://pustakasimabdi.blogspot.com/2012/08/penjajahan-inggris-di-indonesia.html
http://buihkata.blogspot.com/2012/10/masa-penjajahan-bangsa-inggris-di.html
12