Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR............................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A.    Latar Belakang...............................................................................................

B.     Rumusan Masalah..........................................................................................

C.    Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A.       Pemerintahan Inggris di Indonesia .............................................................

B.        Kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris di Indonesia................................

C.       Berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles...............................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................

A.    Kesimpulan .....................................................................................................
KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya
jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai
dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan
yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi
untuk menyusun makalah ini.

Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sejak tahun 1811, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Gubernur Jenderal Lord
Minto  memercayakan kepada Thomas Stamford Raflles sebagai kepala pemerintahan Inggris di
Indonesia. Raflles memulai tugasnya pada tanggal 19 Oktober 1811 yang berkedudukan  di Jakarta

B.     Rumusan Masalah

1.      Siapa pemimpin pada masa Pemerintahan Inggris di Indonesia ?


2.      Apa saja bentuk kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris di Indonesia ?
3.      Kapan berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles ?
C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui Pemerintahan Inggris di Indonesia


2.      Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris di Indonesia
3.      Untuk mengetahui berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemerintahan Inggris di Indonesia

Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal


di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-
Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia
dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah
seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar
di dunia.
B.     Kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris di Indonesia
Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui Kapitulasi Tuntang (1811),
menjadi awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Thomas Stamford Raffles
diangkat menjadi Letnan Gubernur EIC di Indonesia. Ia memegang pemerintahan
selama lima tahun (1811-1816) dengan membawa perubahan berasas liberal.
Pendudukan Inggris atas wilayah  Indonesia tidak  berbeda dengan penjajahan
bangsa Eropa lainnya.  Raffles banyak mengadakan perubahan-perubahan, baik di
bidang ekonomi maupun pemerintahan. Raffles bermaksud menerapkan
politik kolonial seperti yang dijalankan oleh Inggris di India. Kebijakan Daendels
yang dikenal dengan nama Contingenten diganti dengan sistem sewa tanah
(Landrent).
Sistem sewa tanah disebut juga sistem pajak tanah. Rakyat atau para petani
harus membayar pajak sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap
milik  negara. Berikut ini  pokok-pokok  sistem Landrent.
a.        Penyerahan wajib dan wajib kerja dihapuskan.

b.       Hasil pertanian dipungut  langsung oleh pemerintah tanpa perantara bupati.

c.        Rakyat harus menyewa tanah dan membayar pajak kepada pemerintah sebagai pemilik  tanah.

Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal yang hendak


mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup
kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan. Kesejahteraan hendak
dicapainya dengan memberikan kebebasan dan jaminan hukum  kepada rakyat
sehingga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa.
Dalam pelaksanaannya, sistem Landrent di Indonesia mengalami kegagalan,
karena:
a.        sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk  pemilik  tanah yang luasnya berbeda

b.       sulit menentukan luas sempit dan tingkat kesuburan tanah

c.        terbatasnya jumlah pegawai

d.       masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan sistem uang


Tindakan yang dilakukan  oleh Raffles berikutnya  adalah membagi
wilayah  Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini mengandung maksud untuk
mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang
dikuasai.  Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh
asisten residen.
Di samping itu Thomas Stamford Raffles juga memberi sumbangan positif bagi
Indonesia yaitu:
a.        membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris

b.       menulis buku yang berjudul History of Java

c.        menemukan bunga Rafflesia-arnoldii

d.       merintis adanya Kebun Raya Bogor

Perubahan politik yang terjadi di Eropa mengakhiri pemerintahan Raffles di


Indonesia. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte akhirnya menyerah kepada
Inggris. Belanda lepas dari kendali Prancis. Hubungan antara Belanda dan Inggris
sebenarnya akur, dan mereka mengadakan pertemuan di London, Inggris.
Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Convention of
London 1814. Isinya Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu
direbut Inggris. Status Indonesia dikembalikan  sebagaimana dulu sebelum perang,
yaitu di bawah kekuasaan Belanda.

Penyerahan wilayah  Hindia  Belanda dari Inggris kepada Belanda berlangsung


di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816. Inggris diwakili oleh John Fendall dan
Belanda diwakili oleh Mr. Ellout, van der Capellen, dan Buyskes.
Ketika Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke
Belanda. Penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens, tidak mampu bertahan dan
terpaksa menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda-Perancis itu ditandai dengan
Kapitulasi Tuntang yang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S.
Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssens dari pihak Belanda. Isi perjanjian
tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.

b.      Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.

c.       Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.

d.      Semua hutang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raja Muda (Viceroy) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil
Gubernur (Liuetenant Governor) di Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku,
Bali, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan). Hal itu berarti bahwa gubernur jenderal
tetap berpusat di Calcutta, India. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raffles
berkuasa penuh di Indonesia.
Pemerintahan Raffles di Indonesia cenderung mendapat tanggapan positif dari
para raja dan rakyat Indonesia karena hal berikut ini.
a.       Para raja dan rakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan Daendels yang sewenang-wenang dan
kejam.

b.      Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa kali melakukan misi rahasia ke
kerajaan-kerajaan yang anti Belanda di Indonesia, seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta
dengan janji akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan tersebut.

c.       Sebagai seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Beliau menjalankan politik
murah hati dan sabar walaupun dalam praktiknya terkadang agak berlainan.

Dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia, Raffles didampingi oleh suatu Badan Penasihat
(Advisory Council) yang terdiri atas Gillespie, Cranssen, dan Muntinghe. Tindakan-tindakan Raffles
selama memerintah di Indonesia (1811-1816) adalah sebagai berikut.

1.      Bidang Birokrasi Pemerintahan

a.       Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan, yang terdiri atas beberapa distrik. Setiap distrik terdapat
beberapa divisi (kecamatan) yang merupakan kumpulan dari desa-desa.

b.      Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem
pemerintahan kolonial yang bercorak barat.

c.       Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala pribumi


secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah
kekuasaan pemerintah pusat.

2.      Bidang Perekonomian dan Keuangan

a.       Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan.

b.      Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie)
karena dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.

c.       Menetapkan sistem sewa tanah (landrent). Sistem ini didasarkan pada anggapan bahwa pemerintah
kolonial adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai penyewa (tenant) tanah pemerintah.
Oleh karena itu, para petani diwajibkan membayar pajak atas penggunaan tanah pemerintah.

d.      Pemungutan pajak pada mulanya secara perorangan. Namun, karena petugas tidak cukup akhirnya
dipungut per desa. Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa tanpa melalui bupati.

3.      Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh
Daendels. Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada
besar-kecilnya kesalahan. Menurut Raffles, pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh
keadilan. Oleh karena itu, harus ada benteng yang sama bagi setiap warga negara.

4.      Bidang Sosial

a.       Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).

b.      Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya beliau melanggar undang-undangnya sendiri


dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari
Jawa ke Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang
mengalami kekurangan tenaga kerja.

c.       Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.

5.      Bidang Ilmu Pengetahuan

Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi
ilmu pengetahuan, antara lain berikut ini.

a.       Ditulisnya buku berjudul History of Java. Dalam menulis buku tersebut, Raffles dibantu oleh juru
bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.

b.      Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan penelitian
yang menghasilkan buku berjudul History of the East Indian Archipelago, diterbitkan dalam tida jilid
di Edinburgh, Scotlandia pada tahun 1820.

c.       Raffles juga aktif dalam mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.

d.      Ditemukannya bunga bangkai yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi.

e.       Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

Selama lima tahun Raffles berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali persengketaan dengan
pribumi. Hal ini terjadi di Palembang (1811), Yogyakarta (1812), Banten (1813), dan Surakarta (1815).

C.    Berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles


Berakhirnya pemerintah Raffles di Indonesia ditandai dengan
adanya Convention of London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani
oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut.
1)      Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

2)      Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris.

3)      Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan kepada Belanda
sebagai gantinya.
Raffles yang sudah terlanjur tertarik kepada Indonesia sangat menyesalkan
lahirnya Convention of London. Akan tetapi, Raffles cukup senang karena bukan
ia yang harus menyerahkan kekuasaan kepada Belanda, melainkan penggantinya
yaitu John Fendall, yang berkuasa hanya lima hari. Raffles kemudian diangkat
menjadi gubernur di Bengkulu yang meliputi wilayah Bangka dan Belitung.
Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda,
pemerintahan Inggris itu disebut sebagai masa interregnum (masa sisipan).

BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan

Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal


di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang
terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara
kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan
terbesar di dunia.

Kebijakan Pemerintahan Inggris meliputi :

1.      Bidang Birokrasi Pemerintahan

2.      Bidang Perekonomian dan Keuangan

3.      Bidang Hukum

4.      Bidang Sosial

5.      Bidang Ilmu Pengetahuan

Berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles

Berakhirnya pemerintah Raffles di Indonesia ditandai dengan


adanya Convention of London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani
oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut.
1.      Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

2.      Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris.

3.      Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan kepada Belanda
sebagai gantinya.

Anda mungkin juga menyukai