Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jatuhnya kota Konstantinopel (Ibu Kota kerajaan Romawi Timur) ke tangan Turki
Usmani tahun 1453,kemudian bangsa Turki menutup Konstantinopel untuk orang Eropa
akibatnya di Eropa terjadi kelangkaan rempah-rempah, maka mulailah mereka mencari Negeri
asal rempah-rempah.
Tujuan kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia dengan 3G:
- GOLD, mencari kekayaan (rempah-rempah)
- GLORY, mencari Kejayaan (menjajah)
- GOSPEL, menyebarkan agama Nasrani.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan
industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang
mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya.
Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-
rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-
bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini,
bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan.
Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian
yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam
urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan
mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
B. Permasalahan
1. Bagaimana Proses Kedatangan Inggris Tiba Di Indonesia?
2. Tindakan Tindakan Apa Yang Dilakukan Raffles Selama Memerintah Di Indonesia?
3. Apa Tujuan Dan Dampak Kedatanagan Bangsa Inggris Di Indonesia?
4. Bagaimana Proses Perlawanan Rakyat Terhadap Bangsa Inggris?

C. Tujuan
- Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia


Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas
Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali
ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh
Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi
perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah.
Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company)
untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia.
Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika).
Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di
selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris
di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di
Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh,
Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat
lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya
memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota
perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
Pada tahun 1610, gubernur Jendral Belanda pertama, Bolt, tiba di Bantam. Ia berpendapat
bahwa daerah tersebut tidak cukup baikk untuk dijadikan tempat pemukiman tetap sehingga ia
pindah ke Jakarta. Pada tanggal 4 Maret 1621, nama Batavia diganti oleh pemerintah Hindia
Belanda menjadi Jakarta (Jakarta Sekarang), yang sejak saat itu menjadi ibukota Hindia Timur.
Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang
diduduki oleh Belanda, termasuk Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia-Belanda
(sekarang Indonesia). Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda.
Selain itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di Jawa. Serangan itu
menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris. Oleh sebab itu, sejak tahun 1811
Hindia Timur menjadi jajahan Inggris dengan kongsi dagang EIC nya yang dipimpin oleh
Gubernur-Jenderal Lord Minto. Lord Minto kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles
sebagai pemegang kekuasaan atas Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal.
Pada tanggal 8 Agustus 1811, mereka berhasil menguasai Batavia. Jenderal Jumel yang
ditugaskan mempertahankan Batavia terpaksa mundur hingga di garis pertahanan Meester
Cornelis. Kemudian pimpinan pertahanan diambil oleh Jansens. Ia dihimbau agar Pulau Jawa
diserahkan kepada Inggris tetapi ditolak. Segera terjadi pertempuran yang hebat di Meester
Cornelis selama 16 hari. Tentara Belanda ternyata tidak sanggup bertahan sehingga Jansens
mundur ke arah Bogor. Dari Bogor ia berangkat ke Semarang dengan harapan dapat
mempertahankan Pulau Jawa dari sana. Ia juga mengharapkan raja-raja yang berkuasa dapat
memberikan bantuan, tetapi hal itu tidak terpenuhi.
Pada tanggal 18 September 1811, Jansens terpaksa menyerahkan kepada Inggris. Ia
menandatangi Perjanjian Tuntang yang isinya sebagai berikut.
a. Pulau Jawa, Palembang, dan Makasar diserahkan kepada Inggris
b. Semua anggota tentara Belanda ditahan
c. Pemerintah Inggris tidak akan mengakui utang-utang yang dibuat oleh pemerintah
Prancis selama masa pemerintahan Daendels
d. Pegawai-pegawai pemerintah yang masih ingin bekerja di bawah pemerintah Inggris
boleh ettap memegang jabatannya.
Dengan adanya Perjanjian Tutang itu, sejak tanggal 17 September 1811 Belanda tidak
memiliki kekuasaan di Indonesia. Lord Minto sebagai Wakil Pemerintah Inggris di India
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda. Wakilnya
adalah Robert Rallo Gillespie, seorang Kolonel yang kemudian dinaikkan pangkatnya pada tahun
1812 menjadi Mayor Jenderal.
Sebagai penganut paham liberalis, Raffles mengadakan peruabhan pemerintahan dan
ekonomi. Dalam bidang pemerintahan, ia membagi wilayah Indonesia atas empat wilayah
gubernemen (daerah administrasi), yaitu Malaka, Bengkulu, Maluku, dan Jawa yang dibaginya
menjadi 16 Keresidenan. Dalam bidang ekonomi, ia melaksanakan kebijaksanaan ekonomi yang
didasarkan pada prinsip ekonomi liberal, yakni kebebasan dalam berusaha dan perdagangan.
Sehubungan dengan itu, dalam masa pemerintahannya (1811-1916), ia mencoba kebijakan
sebagai berikut :
a. Menghapus segala penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberikan
kebebasan untuk menanam tanahnya dengan jenis tanaman yang menguntungkan.
b. Mengadakan perubahan sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguiasa
bumiputra dengan sistem pemerintahan konolial yang bercorak Barat.
c. Bupati-bupati atau penguasa-penguasa bumiputra dilepaskan dari kedudukannya dan
dijadikan pegawai kolonial yang berada langsung di bawah pemerintah pusat. Dengan
demikian, mereka tidak lagi sebagai penguasa daerah, ettapi sebagai pegawai yang
harus menjalannkan tugas atas perintah atasannya.
d. Thomas Stamford Raffles menganggap pemerintah kolonial adalah pemilik semua
tanah yang ada di daerah jajahannya. Oleh karena itu, bagi mereka yang menggarap
tanah adalah penyewa tanah pemerintah, sehingga wajib membayar sewa tanah
kepada pemerintah. Sewa tanah atau landrent diserahkan sebagai pajak atas
pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk.

B. Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826)


Orang Inggris dan singapura menyebutnya dengan pangilan terhormat, Sir. Padahal,
sosok yang paling banyak meninggalkan nama ilmiah pada kekayaan flora dan fauna di Hindia –
Belanda ini, tidak lahir dari lingkungan istana. Dia bukan bangsawan atau kaum feudal yang
berhak menyandang gelar “Tuan”. Bayi yang diberi nama Thomas Raffles tersebut lahir nun jauh
di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781.
Ayahnya Benjamin Raffles (1739 – 1812), pada awalnya hanyalah seorang tukang masak
disebuah kapal hingga akhirnya menjadi kapten. Ibu nya adalah Anne Lyde Linderman (1752 –
1824), putrid pasangan Linderman (1721 – 1791) dan Susannah Leigh (1725 – 1754). Krisis
ekonomi yang melanda Inggris pada masa itu menyebabkaan keluarga kapten Benjamin Raflees
menghadapi kesulitan ekonomi yang cukup berat. Situasi ekonomi yang tidak menentu ini,
memaksa Thomas Raffles muda untuk mencari pekerjaan guna menyongkong ekonomi
kelurganya. Ditunjang pendidikan formal seadanya, Thomas Raffles beruntung taktala ayah dari
seorang sahabatnya member pekerjaan pertama sebagai juru tulis disebuah perusahaan Hindia –
Timur (1759). Raffles dikenal sebai pemuda yang tekun dan rajin belajar. Berkat keuletan dan
kemauannya yang kerja keras, ia kemudian di promosikan menjadi Asisten sekertaris di
perusahaan yang sama untuk wilayah kepulauan melayu.
Thomas Raffles baru mencantumkan nama “Stamford” di tengah namanya dikemudian
hari, yaitu ketika sosok berkarakter penuh warna ini berkembang menjadi pribadi yang sangat
dihormati di kawasan laut Cina Selatan. Sejarah hidup Thomas Stamford Raffles dimulai ketika
dirinya dikirim ke Pulau Penang, Malaysia pada 1804.
Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles disertakan dalam rombongan ekspedisi ke
tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant Governor of Java), di bawah perintah
Gubernur Jendral (di India) Sir Gilbert Elliot Murray-Kynyn-mond (1751 – 1841) atau yang
lebih di kenal dengan nama Lord Minto. Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles
menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816.
Pada 1818, Thomas Stamford Raffles kembali ke timur dan segera di promosikan
menjadi gubernur Bengkulu (Bencoolen), yang kemudian di kenal sekarang sebagai pulau
Sumatera. Pada masa pemerintahannya di pesisir pantai barat Sumatera itu, Raffles melakukan
banyak kegiatan penelitian flora dan fauna, yang baginy asangat menakjubkan. Dia menelusuri
hutan di pedalaman Sumatera serta sabagian pulau Jawa bersama para ahli binatang dan botani
yang dipekerjakan di luar misi imperialisme dagang yang ditugaskan kerajaan Inggris. Eksotisme
Flora dan fauna di tanah Jawa dan Sumatera, telah membuat hatinya tertambat.
Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di Pulau Singapura dalam kerja sama
dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di
Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis.
Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh
lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura
menjadi pusat perdagangan paling penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini.
Thomas Stamford Raffles sangat terpesona oleh keragaman besar dari hewan aneh dan
tanaman dari Hindia Timur selama masa jabatannya di sana. Dia segera dipekerjakan ahli
zoologi dan botani untuk menemukan semua yang mereka dapat tentang hewan dan tumbuhan di
kawasan dan akan membayar asistennya keluar dari kantong sendiri untuk mengumpulkan
spesimen. Dia juga dihidupkan kembali dan menjadi presiden Masyarakat Batavia yang aktif
terlibat dalam studi sejarah alam Jawa dan daerah sekitarnya.
Dalam memoar tentang dirinya, istrinya Lady Sophia Raffles, koleksi binatang juga
menyebutkan, di antara yang indah spesimen tapir, badak dan kijang. Dia menyebutkan bahwa
dikirim ke Inggris. Raffles juga menyimpan beberapa hewan sebagai hewan peliharaan. Sebuah
beruang anak dia dibesarkan dengan anak-anaknya dilaporkan sering bergabung dengannya
untuk makan malam, makan mangga dan minum sampanye
Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan
proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di
Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan
suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda.
Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa dan ia benci Belanda kembali
berkuasa di Jawa. Karena situasi politik, tahun 1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu)
dan tiga tahun kemudian meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45, karena
menderita Apoplexy atau Stroke. Meskipun ia meninggal dalam usia yang masih tergolong
muda, telah banyak jejak yang ditinggalkan Raffles terutama dalam karya-karya ilmu
pengetahuan alam dan sejarah Jawa dan Sumatra. Menurut catatan Sophia Malkasian, mahasiswa
pascasarjana pada Southest Asia Studies Program, Ohio University, Amerika Serikat,
sebagaimana di muat dalam artikel “Determined to Die? European Accounts of Violence in the
Pre – Colonial Indonesian Arcipelag” (2002), Raffles dianggap sebagai salah seorang pelopor
kajian Jawa, serta bukunya menjadi sumber gagasan Barat mengenai daerah tersebut, dan sebagai
titik awal pengkajian di wilayah Timur.

C. Tujuan kedatangan bangsa inggris di Indonesia :


Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernama East India
Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai
sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate).

D. Dampak kedatangan bangsa inggris di Indonesia :


Dengan datangnya bangsa inggris, inggris membuat kebijakan kebijakan, seperti :
1) Memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :
 Indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
 Para bupati diangkat menjadi pegawai negri
 Daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
 Mengurangi kekuasaan raja

2) Memperbaiki dalam bidang keuangan. Caranya :

 Melaksanakan system perdagangan bebas


 Melaksanakan system sewa tanah / land-rente
 Melanjutkan system perdagangan perkebunan kopi
 Memonopoli perdagangan garam

3) Memperbaiki dalam bidang social. Caranya :

 Menghapuskan system perbudakan


 Mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional
 Serta jasa2 yang di berikan raffles selama memerintah indonesia
 Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama
bataviaasch genootschop di harmoni
 Menulis buku –the history of java-
 Menemukan bunga –rafflesia arnoldi-
 Istrinya, olivia marianne, -merintis kebun raya bogor-
 Mengembalikan sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta

E. Perlawanan Rakyat Jawa Terhadap Penjajahan Bangsa Inggris


Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekeuasaan di
pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Rasa
kekesalan yang dilampiaskan Sultan diterima oleh Crawfurd. Pada kunjungan pertama yang
dilakukan Raffles ke Jawa Tengah pada Desember 1811 yang disana ia menandatangani
perjanjian-perjanjian dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan
membatalkan perampasan-perampasan wilayah yang dilakukan oleh Daendels.
Sikap Raffles banyak menyesuaikan dengan keadaan dan diaanggap lemah oleh Sultan.
Sementara itu terjadi surar-menyurat secara rahasia oleh Sunan dan Sultan untuk melaksanakan
penyerangan terhadap pemerintah Inggris. Namun kabar tersebut terdengar oleh Raffles dan
dengan segera ia mempersiapkan pasukannya. Dan pada bulan April 1812 ekspedisi terhadap
Sultan dilakukan. Sultan yang menghadapi pasukan Inggris tidak mendapat bala bantuan dari
Surakarta.
Seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa suarakarta akan membantu Yogyakarta
apabila bersedia melakukan perlawanan terhadap Inggris. Hal tersebut akhirnya diketahui oleh
Raffles dan kraton Yogyakarta harus membayhar ganti rugi yang dialami oleh Inggris dan
jumlahnya lebih besar dari apa yang ditanggung oleh Kraton Surakarta.
Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas rampasan daerah mancanegara dan
daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap
Kraton Yogyakarta yaitu dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang
bertanggungjawab kepada pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di Yogyakarta masih
berlangsung sanpai Sultan HB III. Sultan yang baru ini belum bisa mengembalikan keadaan
kraton sepenuhnya karena secara tiba-tiba ia wafat. Dan kedudukan selanjutnya digantikan oleh
anaknya yang masih muda. Karena anaknya belum mampu untuk memegang kekuasaan maka
kekuasaan dipegang oleh Paku Alam. Namun kondisi tersebut disalahgunakan olehnya dengan
cara memperkaya diri. Kemudian setelah diketahui kondisi yang demikian maka kekuasaan
dipegang Ratu Ibu dan Patih Danurejo IV.
Kondisi yang terjadi di kraton mendapat banyak kritikan salah satunya adalah
Diponegoro seorang pangeran dari selir Sultan HB III. Ia jarang sekali terlihat di kraton namun ia
hidup di desa Tegalrejo bersama pamannya. Dan ia hanya datang ke kraton hanya pada saat
gerebeg saja. Pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di kraton Diponegoro selalu turut
serta dan ia pun tidak suka cara yang dilakukan oleh patih Danurejo. Apa yang dilakukannya
selalu berlawanan dengan apa yang seharusnya terjadi dalam pemerintahan Kraton. Sehingga
banyak yang tidak suka dengan cara kerja yang dilakukannya. Hingga pada suatu ketika pada
saat Crawfurd telah digantikan Smitsser dan Danurejo masih memegang kekuasaan suasana
politik dalam kraton semakin tidak menentu. Banyak sekali para pejabat yang diberhentikan
olehnya. Sehingga banyak sekali yang tidak suka dengan sikap Danurejo.
Sejak diberhentikannya bupati Banyumas Diponegoro jadi sering tidak kelihatan dalam
kraton , ia kembali ke desanya untuk mengumpulkan massa guna melakukan perlawanan
terhadap pemerintah Belanda dan Danurejo. Konsep perang sabil pun menjadi landasan
perlawanan, sebab ia adalah seorang tokoh yang memebimbing keagamaaan Sultan dalam
kraton. Para pengikut dan pendukung Diponegoro pun semakin banyak sehingga terjadilah
perang yang berkecamuk di Yogyakarta.
Pemberontakan sepoy Tahun 1815 terjadi pada saat akhir kekuasaan Inggris di Pulau
Jawa. Pemerontakan itu dipicu oleh adanya persekongkolan yang terjadi diantara pasukan Sepoy
dan Pakubuwono IV. Pasukan sepoy adalah pasukan yang dibawa oleh Inggris dari india ketika
Belanda dikalahkan oleh perancis untuk membersihkan tanah jawa dari orang-orang Belanda.
Tugas dari pasukan sepoy hanyalah sebagai pasukan sukarela saja yang ditempatkan di
keresidenan jawa.

F. Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: DeJava Oorlog),


Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun
(1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah
Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin
seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan
korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang
dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut.
Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh
Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka
disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa. Setelah kekalahannya dalam Perang Napoleon di
Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan
kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia
Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk
memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat
Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.
Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha
menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan
Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku
Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya,
pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi
dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan
pilihan/adat keraton.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan
pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan
membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi
makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro
tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian
memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut.
Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai
telah memberontak, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta
keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten
Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima
kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak berhasil menangkap
Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan
Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul,
sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga
menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia
menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di
sebelah Timur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang
diduduki oleh Belanda, termasuk Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia-Belanda
(sekarang Indonesia). Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda.
Selain itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di Jawa. Serangan itu
menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris.
Dengan adanya Perjanjian Tutang itu, sejak tanggal 17 September 1811 Belanda tidak
memiliki kekuasaan di Indonesia. Lord Minto sebagai Wakil Pemerintah Inggris di India
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda. Wakilnya
adalah Robert Rallo Gillespie, seorang Kolonel yang kemudian dinaikkan pangkatnya pada tahun
1812 menjadi Mayor Jenderal.
Dengan bertujuan merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai
sebagian besar Nusantara.

B. Saran
Dalam makalah ini, penulis berharap supayakita sebagai bangsa Indonesia dapat
memehami peristiwa sejarah tentang masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Selain itu agar kita
dapat menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah berperan dalam upaya melawan Belanda. Cara
untuk menghargainya ialah dengan mewujudkannya dalam sikap dan perilaku dengan
melestarikan serta menjaga peninggalan pahlawan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Serambi Alam Semesta.
Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius
Tjandrasasmita, Uka (Ed). 1975. Sejarah Nasional Indonesia 3. Departemen Pendidikan
dan kebudayaan.
www. wikipedia.com
M.C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern. (Jakarta: PT Serambi Alam Semesta, 2005), hal. 62
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara 8 M.C. Ricklefs, hal.69
Uka Tjandrasasmita (Ed).Sejarah Nasional Indonesia 3. (Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.1975), hal.5
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3,(Yogyakarta: Kanisius,1973), hal.60

Anda mungkin juga menyukai