Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan. Yang telah memberikan kesempatan kepada


kami. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang merupakan
menjadi komponen penilaian dalam perkuliahan Hukum Pidana. Adapun tema yang
kami angkat adalah berkaitan dengan Konsep Dasar Perbuatan Pidana, penulis
menyadari sepenuhnya penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik
dalam isinya maupun dalam penyajianya, berkat dorongan dan bimbingan dari semua
pihak maka penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga karya sederhana ini layak untuk dijadikan sumber rujukan dalam
mengkaji Ilmu Hukum khususnya di bidang Hukum Pidana. Dan memberikan
kontribusi praktis maupun pelajar SMAN 2 Walenrang Dan tak dipungkiri bagi
semua golongan. Semua kebenaran dalam makalah adalah semata dari Allah SWT
dan miliknya, sedangkan segala kesalahan kekurangan semata dari keterbatasan
kami.

Walenrang, September 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................
A. Pengertian Pembunuhan ...................................................................
B. Tinjauan Hukum Mengenai Kasus Pembunuhan ...............................
C. Tinjauan Alkitab mengenai pembunuhan ..........................................
D. Dampak ............................................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah sebuah aturan mendasar dalam kehidupan masyarakat


yang dengan hukum itulah terciptanya kedamaian ketentraman dalam
kehidupan bermasyarakat. Terciptanya keharmonisan dalam tatanan
masyarakat sosial juga tidak terlepas dengan adanya hukum yang mengatur.
Dalam hukum dikenal dengan istilah perbuatan pidana. Perbuatan pidana
merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu
hukum pidana, Perbuatan pidana (tindak pidana/delik) dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Berbagai bentuk tindak kejahatan terus
berkembang baik modus maupun skalanya, seiring berkembangnya suatu
masyarakat dan daerah seiring juga perkembangan sektor perekonomian
demikian pula semakin padatnya populasi penduduk maka perbenturan
berbagai kepentingan dan urusan diantara komunitas tidak dapat dihindari.
Berbagai motif tindak pidana dilatarbelakangi berbagai kepentingan baik
individu maupun kelompok.
Tindak pidana (delik), Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diberi
batasan sebagai berikut ; “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana”. .Dalam
teori yang diajarkan dalam ilmu hukum pidana latar belakang orang
melakukan tindak pidana/delik dapat dipengaruhi dari dalam diri pelaku yang
disebut indeterminisme maupun dari luar diri pelaku yang disebut
determinisme. Dalam makalah ini akan membahas mengenai cara
merumuskan perbuatan pidana, jenis-jenis dalam tindak pindana serta subjek
tindak pidana itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pembunuhan
2. Tinjauan Hukum Mengenai Kasus Pembunuhan
3. Tinjauan Alkitab mengenai pembunuhan
4. Dampak
C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Pembunuhan


2. Menjelaskan Tinjauan Hukum Mengenai Kasus Pembunuhan
3. Menjelaskan Tinjauan Alkitab mengenai pembunuhan
4. Menjelaskan Dampak
BAB. II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa


seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan
hukum. Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motif,
misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya.

Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum


adalah dengan menggunakan senjata api atau senjata tajam. Pembunuhan
dapat juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan peledak, seperti bom.

B. Tinjauan Hukum Mengenai Kasus Pembunuhan

Jika terjadi kejahatan dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat


wajib melaporkannya kepada aparat penegak hukum yang berwenang untuk
itu. Ruang lingkup dari istilah “penegak hukum” adalah luas sekali, oleh
karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung
berkecimpung di bidang penegakan hukum. Di dalam tulisan ini, maka yang
dimaksudkan dengan penegak hukum kan dibatasi pada kalangan yang secara
langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya
mencakup “law enforcement”, akan tetapi juga “peace maintenance”. Kiranya
sudah dapat diduga bahwa kalangantersebut mencakup mereka yang bertugas
di bidang-bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan dan
pemasyarakatan.

Upaya untuk meminimalisir kejahatan adalah dengan adanya


penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah. Penegakan hukum ini
tidak dapat dilepaskan dari Kepolisian.dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat


2. Menegakan hukum dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.

Sebagai penegak hukum, mereka adalah sebagai komandan yang


melaksanakan amanat Undang-undang dalam menegakan ketertiban dan
keamanan dalam masyarakat.
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde)
dan hukum. Kadangkala pranata ini bersifat miliratistis, seperti di Indonesia
sebelum Polri di lepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungn pengadilanbertugas
sebagai penyidik. Dalam tugas ini dia mencari barang bukti, keterangan-
keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun
keterangan saksi ahli.
Penyidik adalah pejabat Kepolisiaan Negara Republik Indonesia yang
diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan” (pasal 1
angka 4 KUHAP) sebagaimana pendapat Hartono :
“Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahwa penyidik
adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan catatan apabila
kejahatan itu diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHP), sedangkan untuk ketentuan lain misalnya dalam kasus korupsi tentu
akan berlaku aturan sendiri”.
Sedangkan yang di maksud dengan Penyidikan seperti yang tercantum
dalam pasal 1 angka (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
yang menjelaskan tentang penyidikan, yang berbunyi sebagai berikut:
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
Dengan ditemukannya tersangka dalam tugas penyidikan ini merupakan
langkah awal untuk mengungkap suatu kasus kejahatan tidak menutup
kemungkinan terhadap tindak pidana pembunuhan.Pembunuhan adalah
setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan atau
merampas jiwa orang lain.
Pembunuhan dianggap sebagai perbuatan yang tidak
berperikemanusiaan, karena perbuatan itu sangat bertentangan dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat sekaligus bertentangan dengan
norma-norma ketentuan hukum pidana dan melanggar hak asasi manusia
yaitu hak untuk hidup. Bahkan dari sudut pandang agama, pembunuhan
merupakan suatu perbuatan yang dilarang atau tidak boleh dilakukan.
Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang yang terlibat,
orang yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut
pembunuh (pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang
dihilangkan nyawanya disebut sebagai pihak terbunuh (korban). Adami
Chazawi mengemukakan bahwa kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen
bet leven) adalah berupa kejahatan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan
hukum yang dilindungi danyang merupakan objek kejahatan ini adalah nyawa
(leven) manusia.

C. Tinjauan Alkitab mengenai pembunuhan


Ada beberapa ayat Alkitab tentang larangan membunuh yang sebaiknya
diketahui oleh umat Kristen. Hal ini karena membunuh merupakan hal yang
tidak disukai oleh Allah. Karena itu sebaiknya hindari dari hal-hal berupa sifat
dosa menurut Alkitab tersebut yang tidak berkenan di hadapan Allah. Selalu
isi pikiran dan hati dengan hal-hal yang sesuai firman Tuhan sehingga tidak
terpicu untuk melakukan perbuatan tersebut. Untuk yang ingin tahu secara
lebih jelasnya, simak berikut ini beberapa ayat Alkitab tentang larangan
membunuh berikut ini.

1. Keluaran 20:13
“Jangan membunuh”

Dalam kitab tersebut di atas sudah jelas dikatakan bahwa setiap umat
Allah tidak diperkenankan untuk membunuh. Oleh sebab itu sebisa mungkin
hindari hal-hal yang negatif tersebut. Apalagi jika ingin membunuh maka tentu
lebih dulu ada rasa tidak suka atau benci. Padahal hal ini bukan cerminan
buah-buah Roh Kudus sehingga sebaiknya jauhkan serta hindari. Sebaliknya
selalu isi pikiran dengan hal-hal yang baik, yang kudus dan berkenan kepada
Allah.
2. Ulangan 5:17
” Jangan membunuh”

Sama halnya dengan ayat sebelumnya, maka dalam kitab ini juga
diberikan pernyataan yang sama kerasnya. Karena orang yang berniat
membunuh artinya tidak mengenal prinsip kasih tentang Alkitab sehingga
secara tidak langsung juga tidak takut akan Allah. Oleh karena itu sebaiknya
jangan sampai hati dan pikiran umat Kristen dipengaruhi iblis. Selalu
utamakan berdoa untuk menghindari resiko terjadinya asal mula dosa
menurut Alkitab yang tidak dikehendaki oleh Allah tersebut.

3. Matius 5:21

” Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita:


Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.”

Dalam Alkitab Perjanjian Baru para murid Yesus juga mengulangi


perintah tersebut. Sehingga sudah jelas bahwa hal ini tidak pernah disukai
oleh Allah. Oleh sebab itu selalu fokus untuk cara berdoa dalam Roh supaya
hal ini tidak terjadi pada kehidupan anak Allah. Selalu pusatkan hati dan
pikiran kepada Allah supaya tidak melakukan perbuatan ini. Isilah dengan
firman apa yang benar dan baik di mata Tuhan saja.

4. Lukas 18:20

” Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah,


jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
hormatilah ayahmu dan ibumu.”

Ayat di atas juga menunjukkan kembali hal-hal yang ditentang oleh


Allah. Sehingga sudah jelas bahwa Allah tidak pernah setuju akan
pembunuhan yang dilakukan oleh siapa saja. Hendaknya hal ini menjadi
aturan Allah yang selalu ditaati. Selalu minta pimpinan karunia Roh Kudus
sehingga dengan demikian hati dan pikiran dipenuhi dengan pikiran Allah.
Dengan demikian keinginan berbuat dosa termasuk ingin membunuh sesama
kita dapat dihindari dan diatasi secara baik. Dengan memusatkan pikiran pada
Allah, tentunya hal ini mungkin untuk dilakukan.

Itulah beberapa ayat Alkitab tentang larangan membunuh yang tidak


disukai oleh Allah. Oleh sebab itu sebaiknya umat Kristen berusahalah untuk
hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah. Senantiasa meminta pertolongan
tujuan karunia Roh Kudus supaya tidak melakukan hal yang berupa dosa
pembunuhan. Entah karena alasan apapun. Sehingga dengan demikian maka
hidup yang dijalani akan sesuai dengan kehendak Bapa dan mendatangkan
damai sejahtera, amin.

D. Dampak
Terkait dengan subjek tindak pidana perlu dijelaskan, pertanggung
jawaban pidana bersifat pribadi. Artinya, barangsiapa melakukan tindak
pidana, maka ia harus bertanggung jawab, sepanjang pada diri orang tersebut
tidak ditemukan dasar penghapus pidana.[15] Selanjutnya, dalam pidana
dikenal juga adanya konsep penyertaan (deelneming). Konsep penyertaan ini
berarti ada dua orang atau lebih mengambil bagian untuk mewujudkan atau
melakukan tindak pidana. Menjadi persoalan, siapa dan bagaimana konsep
pertanggung jawaban pidana, dalam hukum pidana kualifikasi pelaku (subjek)
tindak pidana diatur dalam Pasal 55-56 KUHP.
Dalam KUHP terdapat lima bentuk yang merupakan subjek tindak
pidana, yaitu sebagai berikut.

1. Mereka yang melakukan (dader). Satu orang atau lebih yang melakukan
tindak pidana.
2. Menyuruh melakukan (doen plegen). Dalam bentuk menyuruh-
melakukan, penyuruh tidak melakukan sendiri secara langsung suatu
tindak pidana, melainkan (menyuruh) orang lain.
3. Mereka yang turut serta (medeplegen). Adalah seseorang yang
mempunyai niat sama dengan niat orang lain, sehingga mereka sama-
sama mempunyai kepentingan dan turut melakukan tindak pidana yang
diinginkan.
4. Penggerakan (uitlokking). Penggerakan atau dikenal juga sebagai
Uitlokking unsur perbuatan melakukan orang lain melakukan
perbuatan dengan cara memberikan/ menjanjikan sesuatu, dengan
ancaman kekerasan, penyesatan menyalahgunakan martababat dan
kekuasaan beserta pemberian kesempatan,sebagaimana diatur dalam
KUHP Pasal 55 ayat 1 angka 2.
5. Pembantuan (medeplichtigheid). Pada pembantuan pihak yang
melakukan membantu mengetahui akan jenis kejahatan yang akan ia
bantu.[16]
Sebagaimana diuraikan terdahulu, bahwa unsur pertama tindak pidana
itu adalah perbuatan orang, pada dasarnya yang dapat melakukan tindak
pidana itu manusia (naturlijke personen). Ini dapat disimpulkan berdasarkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Rumusan delik dalam undang-undang lazim dimulai dengan kata-kata :
“barang siapa yang …….”. Kata “barang siapa” ini tidak dapat diartikan
lain selain dari pada “orang”.
2. Dalam pasal 10 KUHP disebutkan jenis-jenis pidana yang dapat dikenakan
kepada tindak pidana, yaitu :
1) pidana pokok :
2) pidana mati
3) pidana penjara
4) pidana kurungan
5) pidana denda, yang dapat diganti dengan pidana kurungan
6) pidana tambahan :
7) pencabutan hak-hak tertentu
8) perampasan barang-barang tertentu
9) dimumkannya keputusan hakim

Sifat dari pidana tersebut adalah sedemikian rupa, sehingga pada


dasarnya hanya dapat dikenakan pada manusia.

Dalam pemeriksaan perkara dan juga sifat dari hukum pidana yang
dilihat ada / tidaknya kesalahan pada terdakwa, memberi petunjuk bahwa
yang dapat dipertanggungjawabkan itu adalah manusia.
Pengertian kesalahan yang dapat berupa kesengajaan dan kealpaan
itu merupakan sikap dalam batin manusia.

Menurut asas-asas hukum pidana Indonesia, badan hukum tidak


dapat mewujudkan tindak pidana. Hoofgerechtshof van N.I. dahulu di
dalam arrestnya tanggal 5 Agustus 1925 (jonkers. 1946: 11) menegaskan
dengan alasan bahwa hukum pidana Indonesia dibentuk berdasarkan
ajaran kesalahan Individual. Sistem hukum pidana Indonesia tidak
memungkinkan penjatuhan pidana denda kepada koorporasi, oleh karena
pihak yang dijatuhi pidana denda diberikan pilihan untuk menggantinya
dengan pidana kurungan atau pengganti dengan denda (pasal 30 (1), (2), (3)
dan (4) KUHP).[17]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Moral adalah suatu hal penting yang perlu dilakukan dalam kehidupan kita,

karena dengan moral seseorang akan diterima dengan baik dalam berinteraksi atau

berkomunikasi dengan sesamanya, terlebih di mata Tuhan. Moral baik yang ditunjukkan

seseorang akan mampu menempatkan dia pada suasana yang damai dan tenang,

begitupun sebaliknya bagi siapa saja yang kurang menggunakan moralnya dia akan susah

untuk mendapati hidup yang di hormati dan cenderung kurang berinteraksi.

B. Saran

Untuk menjaga moral kita tetap baik, kita membutuhkan iman yang kuat untuk

mengahadapi setiap tawaran-twaran iblis yang ingin menjatuhkan kita kedalam dosa dan

secara tidak langsung merusak moral kita. Alkitab sebagai Firman Tuhan berisi

pengaajaran yang dapat menguatkan iman seseorang.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.isadanislam.com/etika-islam-a-kristen/pernikahan-dan-perceraian-di-alkitab-dan-al-

quran

http://manza126.blogspot.com/2014/02/moral-dalam-pandangan-iman-kristen.html
MAKALAH TENTANG KASUS PEMBUNUHAN

OLEH :

 AGNES DAMAYANTI
 BERNICA IVADA BIJA
 LISPRIANI PALANTIK
 BARTOLOMIUS

KELAS : XII IPA 1

SMA NEGERI 2 LUWU


Tahun Pelajaran 2019 / 2020

Anda mungkin juga menyukai