PENGINJILAN PRIBADI
Disusun oleh :
Nico Susanto (182014020114)
Dosen Pengampu :
Markus Hadi, M.Th
Program Studi :
Teologi, Semester 4 ( Genap ) – Angkatan : 2018 / 2019
Sekolah Tinggi Teologia Bethel Bekasi (STTB Bekasi) Bekasi, 2019.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada TUHAN YESUS KRISTUS sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Tugas Akhir ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga Makalah tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami dan mempelajari tentang
Penginjilan Pribadi serta perkembangannya sampai saat ini di dalam gereja kita masing-
masing serta menjadi tugas dan kewajiban kita semua yang sudah menerima Karya
Keselamatan Kristus.
Tugas makalah ini di buat berdasarkan apa yang telah kami pelajari dari setiap kelas
yang di laksanakan dalam presentasi kami sebagai mahasiswa.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Markus Hadi selaku dosen
pengajar kami yang telah banyak memberi kami informasi, baik tentang pengetahuan serta
dasar penginjilan yang baik dan benar. Semoga makalah tugas akhir ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah Tugas Akhir ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah tugas akhir ini.
Hormat Saya,
Nico. S
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penginjilan merupakan suatu pekerjaan sedunia bagi semua orang Kristen. Dalam Matius 28:19-20,
dengan jelas menyampaikan tentang tugas tersebut “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Dari nats tersebut kita dapat melihat bahwa Allah
menginginkan kita menyampaikan kabar keselamatan, sekaligus Dia memberi jaminan kepada kita
dalam proses penginjilan tersebut.
Menyampaikan tentang kabar keselamatan yakni Yesus Kristus sudah seharusnya menjadi suatu cara
hidup. Namun, dalam kenyataannya banyak orang Kristen yang tidak menjadikan penginjilan sebagai
cara hidup. Namun tidak bisa dipungkiri, bahwa penginjilan tidak akan pernah berhenti, karena masih
banyak orang yang terbeban dalam tugas tersebut. Tentu sekali tidak mudah, karena banyak tantangan
yang ditemukan dalam proses penginjlan. Didalam makalah ini penulis akan memaparkan berbagai
hal yang menjadi kendala dalam penginjilan, dan bagaimana metode penginjilan yang tepat agar
berhasil. Secara khusus, dalam makalah ini penulis akan memfokuskan penginjilan yang baik di
daerah tertentu, yakni Kavling Lama, Batu Aji.
RUMUSAN MASALAH
2. Apa yang menjadi dasar dan apa saja kendala dalam penginjilan?
4. Bagaimana situasi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan di Kavling Lama, Batu Aji?
5. Strategi apa yang tepat dalam proses penginjilan di Kavling Lama, Batu Aji?
TUJUAN
1. Mengerti dengan baik apa yang dimaksud dengan penginjilan dan penginjilan
kontekstual.
2. Memahami dengan baik apa yang menjadi dasar dan apa saja kendala yang ditemukan
dalam proses penginjilan.
3. Mengerti dengan baik, seperti apa strategi yang tepat dalam proses penginjilan.
4. Memahami dengan tepat seperti apa situasi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan di
Slogohimo, sehingga mempermudah proses penginjilan.
5. Memahami dengan tepat dan dapat memilih strategi yang tepat dalam proses penginjilan
di Kavling Lama, Batu Aji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGINJILAN
Istilah penginjilan sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan
gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal menanggapi penginjilan
sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang yang ditemuinya.
Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai satu tugas dari anggota-anggota
tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja
lokal lainnya, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang
datang kepadanya.
Dalam Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru mau pun dalam kitab-kitab Perjanjian Lama,
kata “penginjilan” tidak ditemukan secara harufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “euaggeliξω” dibaca “evanggeliso” artinya: “mengumumkan, memberitakan, atau
membawa kabar baik, dan memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam
Yesus”. Dalam konteks aslinya kata evanggeliso merupakan satu istilah yang dipakai dalam
kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan
dari medan tempur, dan atau berita kemenangan itu sendiri. Kemudian orang Kristen menggunakan
kata “evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus.
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain yang berhubungan dengan penginjilan seperti
kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan. Tuhan Yesus sering
menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat dalam Mat. 10:7-15; 4:23;
7:28; 9:35; Mrk 1:21; 6:6; Luk. 10:4-12. Kata kedua yaitu:“μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya
bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami. Penginjilan dengan cara ini
juga dipakai oleh para rasul (Kis 2:40).
Setelah menyelidiki arti kata “penginjilan” secara etimologis, maka “penginjilan” adalah:
1. Satu tugas untuk mengumumkan atau memberitakan kabar baik, dan atau kabar
keselamatan di dalam Yesus Kristus.
2. Dilakukan dengan cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang
mengumumkan satu dekrit, yaitu dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan
dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan dengan bersaksi berdasarkan apa yang
dialami oleh pemberita Injil tersebut.
3. Tugas penginjilan tidak dapat dibantah dan atau dilalaikan karena berita itu menyangkut
keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh pemberi perintah.
Istilah “Kontekstualisasi” baru ditambahkan pada bidang misi dan teologi oleh Theological Education
Fund (TEF) pada tahun 1972. Namun, para Misionaris menyadari bahwa ide “Kontekstualisasi” sudah
ada jauh sebelumnya yaitu terdapat di dalam Alkitab. Kata “Kontekstualisasi” (Contextualisation)
berasal dari kata ‘konteks’ (Context) yang diangkat dari kata Latin “Contextere” yang berarti
menenun atau menghubungkan bersama (menjadikan satu). Kata benda “Contextus” menunjuk
kepada apa yang telah ditenun (tertenun), di mana semuanya telah dihubung-hubungkan secara
keseluruhan menjadi satu.
Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tentang Kontekstualisasi perhatian ditujukan kepada dua
atau lebih komponen yang disatukan atau dengan kata lain “Kontekstualisasi” berbicata tentang
penyatuan beberapa komponen. Untuk memahami istilah ini perlu memahami juga dua istilah yang
saling berhubungan yaitu Teks dan Konteks.
Kontekstualisasi adalah konsep usaha memahami konteks kehidupan manusia secara luas dalam
dimensi budaya, agama, sosial, ekonomi, dan politik dalam hubungannya dengan situasi menyeluruh
dengan tujuan agar pemberitaan Injil dapat dilakukan dengan baik dan dipahami secara tepat oleh
setiap orang yang hidup dalam konteks tersebut.
Selain sebagai Amanat Agung, ada alasan-alasan lain mengapa kita harus melakukan
penginjilan yaitu:
Dalam proses penginjilan, kita harus memahami situasi sosial, ekonomi, budaya, strategis, dan lain-
lain. Dengan arti, dalam penginjilan kita akan menemui beberapa kendala, adapun beberapa kendala
dalam penginjilan, anatara lain:
1. Blindness (Kebutaan Budaya), hal ini akan menjadikan kita menjadi komunikator yang
tidak efektif dalam konteks asing. Bahkan membuat kita berasumsi bahwa masalahnya terletak
pada orang lain dan bukan pada kita.
2. World View yang sempit, hal ini akan membuat kita salah dalam konsep berpikir.
Selain kedua hal diatas, masih ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam proses
penginjilan, dan penghambat itu berasal dari diri kita sendiri, antara lain:
5. Kita tidak siap untuk melawan musuh kita, yakni iblis dan penguasa-penguasa di udara.
A.5. Strategi Yang Baik Dalam Proses Penginjilan
1) Merencanakan, melalui perencanaan dalam penginjilan akan melatih diri kita dalam
membenahi kepribadian sebagai seorang Kristen yang benar.
2) Mendoakan, kita harus meminta hikmat dan kuasa Tuhan untuk menjamah hati orang-orang
yang akan kita injili. (Yoh. 6:44). Berdoa secara khusus meminta hikmat dari Tuhan tentang cara dan
kata-kata yang tepat dari Tuhan.
3) Menjajaki, melalui penjajakan kita akan berusaha menjadikan orang yang akan kita injili
menjadi teman kita. Kita akan mengadakan pengenalan, kemudian berteman lalu menginjili.
Selain langkah-langkah tersebut diatas, kita juga perlu memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan oleh
seorang penginjil, supaya proses penginjilan dapat berjalan dengan baik, antara lain:
8) Siap bekerja sama dengan semua orang (1 Kor. 3:6-9; Rom. 8:28).
10) Mampu bertahan dan menang terhadap dosa dan godaan (Ayb. 28:28).
11) Mendisiplinkan diri untuk hidup takut akan Allah (1 Kor. 9:24-27).
12) Memiliki keberanian karena sesungguhnya ia dipimpin oleh Roh Kudus (2 Tim. 1:7-12;
Kis. 1:8; Rom. 8:16).
B. DAERAH KAVLING LAMA – BATU AJI
Batu Aji bukan berarti batu keramat atau batu perhiasan. Batu aji adalah salah satu kota yang terletak
di barat daya pulau Batam. Dulunya Batu Aji hanya dikenal sebagai satu kampung yang sekarang
kampung tersebut lebih dikenal dengan sebutan Kavling Lama, kemudian berkembang dengan
dibentuknya daerah Kavling Baru dan Sagulung, Puskopkar, Muka Kuning Indah, PJB, Aviari, dan
Kavling Duriangkang. Sekarang Batu Aji adalah sebuah kota sibuk yang aktivitasnya terlihat dari
subuh hari sampai ke tengah malam. Batu Aji berkembang menjadi daerah pemukiman, edukasi,
perdagangan, dan bisnis. Batu Aji juga memiliki beberapa wilayah pusat perbelanjaan seperti
Sagulung, Aviari, Melawai, Pasar Melayu, dan Sentosa Perdana, yang didalamnya memiliki beberapa
mall seperti Sagulung Mall, Mitra Mall, Aviari Plaza, SP Plaza.
Sebagai daerah hunian masyarakat yang cukup luas dan ramai. Kavling Lama memiliki cukup banyak
sekolah. Baik itu sekolah Negeri maupun Swasta. Adapun sekolah-sekolah yang ada di Kavling
Lama, antara lain:
SDS AL - AZHAR 3
SD HIDUP BARU I
SMP BAPTIS
SEKOLAH SWASTA KRISTEN
SMAN 5 BATAM
Daerah Kavling Lama juga memiliki cukup banyak Gereja dengan berbagai denominasi, adapun
Gereja-Gereja tersebut antara lain:
3) Gereja Khatolik
Selain Gereja tersebut diatas, di Kavling lama juga terdapat banyak Mushola, Masjid, dan disana juga
ada sebuah Vihara yang berdiri megah.
Kavling Lama merupakan daerah yang cukup ramai masyarakatnya. Perekonomian di Kavling Lama
tidak jauh berbeda dengan situasi perekonomian di daerah Batam secara umum. Penduduk Kavling
Lama rata-rata bekerja di Perusahaan, di Perkantoran, Guru, Pedagang, Percetakan, Pangkas, Salon,
dan lain-lain. Dilihat dari sisi perkembangan masyarakatnya, Kavling Lama merupakan daerah
dengan tingkat perekonomian diatas rata-rata. Sehingga di Kavling Lama sangat jarang ditemukan
kasus pencurian dan kriminalitas lainnya.
B.3.2. Situasi Sosial dan Budaya
Menurut pengamatan penulis, dari sisi sosial dan budaya, daerah Kavling Lama dihuni kurang lebih
70% suku Batak, dan 60% beragama Kristen. Hal ini terlihat dari jumlah Gereja yang cukup banyak
di daerah tersebut.
Diluar pengamatan sehari-hari, penulis mencoba membuat sebuah pengamatan khusus melalui
perjalanan singkat disepanjang jalan besar Kavling Lama. Di sepanjang jalan besar, ditemukan 10
Gereja tersebut diatas, namun di depan Gereja-Gereja tersebut, penulis juga melihat cukup banyak
kedai-kedai kecil (sama seperti kedai di daerah Batak, di Sumatera Utara) yang dikunjungi pemuda
dan kaum bapak disaat jam ibadah Gereja sedang berjalan. Dari pengamatan tersebut penulis melihat
ada cukup banyak orang Kristen di daerah Kavling Lama yang tidak mau memberi hati dalam
pelayanan. Bahkan lebih memilih duduk di kedai-kedai di hari Minggu, dibandingkan masuk dan
beribadah di Gereja. Budaya tersebut tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi dunia penginjilan,
untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menyadarkan orang Kristen yang tidak mau
beribadah di daerah tersebut.
Sesuai dengan pembahasan diatas, dimana daerah Kavling Lama secara garis besar dihuni oleh orang
Kristen, namun tidak mau ke Gereja dan tidak mau ikut serta dalam pelayanan. Maka strategi yang
baik untuk menjangkau jiwa-jiwa di daerah tersebut, antara lain:
1) Menyelidiki latar belakang atau persoalan mengapa mereka tidak mau ke gereja.
4) Membangun komunikasi yang baik, serta menunjukkan karakter Kristus dalam diri kita.
KESIMPULAN
Penginjilan merupakan tugas khusus yang dipercayakan Tuhan kepada orang Kristen, secara
khusus kepada kita semua yang sudah menerima karya Keselamatan untuk menyampaikan
kabar Keselamatan. Khususnya di zaman ini cukup banyak orang Kristen yang tidak mau ke Gereja,
bahkan tidak peduli terhadap pelayanan. Dari pemaparan penulis, dimulai dari pentingnya penginjilan
sampai kepada bagaimana menjadi penginjil yang baik. Secara khusus untuk daerah Kavling Lama,
harus banyak penginjilan terhadap mereka yang tidak mau ke Gereja. Beberapa hal penting yang perlu
dilakukan, antara lain:
1. Membentuk tim penginjilan dalam gereja lokal, dari sinode apapun untuk mengkabarkan
injil dan menjangkau jemaat yang sudah jarang ke Gereja.
2. Membentuk kelas pemuridan bagi jiwa-jiwa yang baru pertama kali datang ke gereja
atau masih baru dalam kehidupan gereja lokal, supaya memiliki dasar kekristenan yang
matang.
3. Perlu pengembangan jemaat menjadi jemaat yang menginjili, melalui pengajaran dan
bimbingan tentang penginjilan.
5. Saling mendukung dalam penginjilan lewat dana misi, waktu, pikiran dan tenaga.
Kita yang sudah menerima Karya Keselamatan seharusnya memiliki tanggung jawab yang sama
untuk menyampaikan kabar baik dan mengenalkan Kristus sebagai Juruslamat manusia. Tidak
terkecuali apapun profesi yang kita jalani, Penginjilan merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan untuk menjangkau jiwa yang terhilang dan nama Yesus di permuliakan sebagai Tuhan
dan Juruslamat manusia. Tuhan Yesus memberkati.