Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK 2

Tentang
“DINAMIKA POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA MASA INGGRIS (1811-1816)”

Dosen Pengampu :

Dr. Zul Asri, M. Hum

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Atthahira (20046003)
2. Intan Putri Kartikasari (20046131)
3. Sonia (20046093)
4. Vita Hasanah Putri (20046099)

Sesi : 202120460051
Jadwal : Kamis/07.00-09.40

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil”alamin, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah


SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dinamika Politik Dan Ekonomi Indonesia Masa
Inggris (1811-1816)” ini dengan tepat waktu. Selanjutnya salawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahiliyah
kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan dan meninggalkan dua pedoman hidup bagi
manusia yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Tidak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih untuk dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Indonesia Baru II yaitu Dr. Zul Asri, M. Hum yang telah membimbing dan memberi
kepercayaan pada kelompok 2 untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dari segi isi dan penulisannya serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik dari pembaca untuk
perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Padang, 17 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….
C. Tujuan……………………………………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN
A. Dinamika Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Inggris (1811-1816)….
B. Sistem Landrente atau Sewa Tanah Pada Masa Raffles………………………
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….
B. Saran….…………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarahnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah dijajah
oleh beberapa negara sebelum akhirnya memperoleh kemerdekaan pada 17 Agustus
1945. Singkatnya dari tahun 1602-1799, Indonesia berada bawah pengaruh VOC
hingga akhirnya VOC bangkrut dan digantikan oleh pemerintahan Belanda. Tahun
1808, Belanda yang saat itu menjadi negara vassal Perancis mengutus Gubernur
Jenderal Willem Deandels ke Indonesia dalam rangka menjalankan pemerintahan di
sana. Tahun 1811, Willem Deandels ditarik kembali ke negaranya dan digantikan oleh
Jan Willem Janssens. Namun di tahun yang sama, Inggris berhasil menduduki Batavia
dan Indonesia pun jatuh ke tangan Inggris. Lord Minto selaku Gubernur Jenderal EIC
mengutus Thomas Stamford Raffles ke Indonesia untuk menjalankan pemerintahan di
sana sebagai Letnan Gubernur.
Raffles merupakan seorang liberalis yang berusaha untuk menghapus sistem
pemerintahan feodal yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, di masa pemerintahannya
yang terhitung dari tahun 1811 hingga 1816 tersebut, ia mencetuskan beberapa
perubahan-perubahan dan kebijakan-kebijakan di bidang politik dan ekonomi serta
bidang lainnya. Salah satu kebijakan yang terkenal di masanya ialah sistem landrente
atau sewa tanah. Kebijakan yang dikeluarkan tersebut tentunya mempunyai dinamika
tersendiri saat dijalankan di Indonesia.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai kondisi politik
dan ekonomi Indonesia di masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles. Tidak hanya
itu, pembahasan juga dilengkapi dengan bentuk pelaksanaan dari sistem landrente
atau sewa tanah yang dijalankannya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah kondisi politik Indonesia di masa Inggris (1811-1816)?
b. Bagaimanakah kondisi ekonomi Indonesia di masa Inggris (1811-1816)?
c. Bagaimanakah pelaksanaan Sistem Landrente atau Sewa Tanah pada masa
Raffles?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Sejarah Indonesia Baru II. Kemudian juga bertujuan untuk mengetahui dan
menambah pemahaman mengenai keadaan politik-ekonomi Indonesia di masa Inggris
yaitu tahun 1811-1816 dan pelaksanaan dari Sistem Landrente atau sewa tanah pada
saat itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Politik Dan Ekonomi Indonesia Masa Inggris (1811-1816)
Dalam rentang waktu 1808-1811, Indonesia diperintah oleh Gubernur Jenderal
Willem Herman Deandels. Ia ditarik kembali ke negaranya karena beberapa penyebab. Di
masa pemerintahannya, Deandels termasuk pemimpin yang suka memaksakan
kehendaknya, terutama kepada pribumi di Indonesia. Ia akan memberikan hukuman yang
berat kepada pegawai-pegawai dan pejabat-pejabat Belanda yang melancarkan tindakan
korupsi. Akan tetapi, dalam pemerintahannya di Indonesia, Deandels juga melakukan
tindakan korupsi. Ia menjual tanah kepada pihak-pihak swasta dan memperkaya dirinya
sendiri dengan hasil penjualan tersebut. Dengan berbagai kebijakan dan tindakan yang
dilakukannya, pemerintah Belanda pun menggantikan Deandels dengan Jan Willem
Janssens pada bulan Mei 1811.
Akan tetapi, dalam menjalankan pemerintahannya, Janssens tidak memiliki
kecakapan seperti yang diharapkan oleh pemerinatahan Belanda. Bahkan saat Inggris
menyerang Batavia, ia tidak mampu menahan serangan tersebut. Akhirnya tanggal 28
Agustus 1811, Inggris berhasil menduduki Batavia sehingga Janssens melarikan diri ke
Semarang, namun ia akhirnya menyerah. Dengan demikian, terjadilah pemindahan
kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda ke Inggris pada 18 September 1811 di Tuntang,
Salatiga (Kapitulasi Tuntang).
Setelah terjadinya pemindahan kekuasaan, Lord Minto selaku Gubernur Jenderal
EIC di wilayah Asia yang berpusat di Kalkuta India, mengutus Thomas Stamford Raffles
ke Indonesia untuk menjalankan pemerintahan di sana sebagai Letnan Gubernur. Raffles
memerintah di Indonesia dengan menghadirkan berbagai perubahan-perubahan di
berbagai bidang karena Raffles ini termasuk seorang liberalis. Perubahan-perubahan yang
diinginkannya direalisasikannya melalui kebijakan-kebijakannya.

Kebijakan di Bidang Pemerintahan/Politik


Dalam bidang pemerintahan atau politik, Raffles berusaha untuk menghapus
pemerintahan yang bergaya feodal yang sudah lama mengakar di Indonesia. Kebijakan-
kebijakan Raffles dalam bidang pemerintahan seperti:
1) Raffles dengan penguasa-penguasa local yang anti dengan Belanda menjalin
hubungan yang baik.
2) Raffles melakukan pembagian terhadap wilayah Jawa menjadi 18 keresidenan
supaya memudahkannya dalam mengorganisir pemerintahan.
3) Raffles mengangkat bupati-bupati menjadi pegawai pemerintah dengan
memberikan gaji berupa uang.

Kebijakan di Bidang Ekonomi


Raffles sendiri di Indonesia mampunyai tugas utama yaitu untuk meningkatkan
perdagangan dan juga keuangan pemerintah Inggris. Oleh karena itu, Raffles berupaya
untuk membuat ekonomi Indonesia maju dalam rangka memberikan keuntungan bagi
Inggris. Diantara kebijakan Raffles di bidang ekonomi ialah:
1) Mengadakan sistem sewa tanah atau landrente
2) Menghilangkan penyerahan wajib hasil bumi
3) Menghilangkan kerja rodi dan aktivitas perbudakan.
4) Memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menanam tanaman ekspor.

Saat memerintah di Indonesia, Raffles juga melakukan hal-hal positif bagi


Indonesia, seperti:
1) Raffles menyusun buku yang membahas Sejarah Pulau Jawa yaitu The History of
Java.
2) Olivia Marianne sebagai istri dari Raffles merintis Kebun Raya Bogor.
3) Raffles menemukan tanaman endemic di Indonesia yaitu Rafflesia Arnoldi atau
Bunga Bangkai.
4) Raffles berperan dalam perkumpulan-perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan, misa;lnya Bataviaasch Genootschap di Harmoni, Jakarta.
5) Raffles mengangkat kembali Sultan Sepuh untuk menjadi Sultan Yogyakarta.

Raffles memerintah Indonesia dalam jangka waktu yang tidak lama. Pasalnya,
Inggris berhasil mengalahkan Perancis dalam Perang Koalisi. Atas kekalahan Prancis
tersebut maka dibuatlah Konvensi London antara Inggris dengan Belanda yang berisikan:
1. Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
2. Daerah jajahan Belanda, seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana tetap ditangan Inggris.
3. Cochain (di pantai Malabar) diambil oleh Inggris, dan Bangka diserahkan pada
Belanda sebagai gantinya.
Berdasarkan pada Konvensi Landon tahun 1814 tersebut, Inggris sepakat untuk
kembali menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Akan tetapi, realisasi penyerahan
kekuasaan itu baru terjadi tahun 1816. Yang mana dalam penyerahan kekuasaan tersebut,
John Fendall mewakili Inggris serta tiga komisaris jenderal mewakili Belanda yatiu
Buyskes, Elout dan van der Capellen.
Setelah kekuasaan kembali jatuh ketangan Belanda, maka Raffles menyingkir ke
Bengkulu, karena daerah tersebut tidak termasuk kedalam konvensi London tahun 1814.
Ia tiba di Bengkulu Maret 1818. Di Bengkulu Raffles menata kembali pemerintahannya,
Raffles juga menjadi seorang ilmuwan dan melakukan kerjasama dengan Dr. Arnold
untuk mengkaji bunga Rafflesia Arnoldi.

B. Sistem Landrente atau Sewa Tanah pada masa Raffles


Salah satu kebijakan yang fenomenal disaat pemerintahan Raffles yaitu
penghapusan sistem penyerahan hasil bumi yang diterapkan oleh pemerintahan Deandels
yang kemudian digantikan dengan adanya sistem sewa tanah (landrent). Sistem landrante
ini berbanding terbalik dengan sistem yang diterapkan saat pemerintah sebelumnya. Jika
saat pemerintah Deandels tanah yang dijadikan lahan tanam merupakan milik swasta
(feodal), maka pada saat pemerintahan Raffles ini, tanah merupakan hak milik
pemerintah kolonial. Sehingga pemerintah berhak menyewakan tanah tersebut dan petani-
petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah. Seiring
perkembangannya, berubahnya sistem kepemilikan tanah ini membuat hubungan antara
rakyat dan raja yang semula patron-client, menjadi hubungan yang bersifat komersil.
Sistem sewa tanah yang diberlakukan oleh Raffles, mendorong pemerintahan kolonial
menerapkan pajak tanah. Yang mana hasil dari pajak ini nantinya digunakan untuk mengisi
kas negara Inggris.
Pajak yang diberikan dari rakyat kepada kolonial dapat berupa uang, padi, atau beras.
Penarikan pajak dilakukan langsung oleh petugas pemungut pajak, kepada para petani yang
memakai tanah. Pajak yang dikenakan pemerintah kolonial kepada penyewa didasarkan atas
tingkat kesuburan tanahnya yang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu terbaik (I), sedang atau
setengah subur(II) dan kurang/tandus (III) dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Pajak Tanah Sawah
 Golongan I (terbaik), 1/2 hasil panen.
 Golongan II (sedang), 2/5 hasil panen.
 Golongan III (kurang), 1/3 hasil panen.
b) Pajak Tanah Tegal
 Golongan I (terbaik),2/5 hasil panen.
 Golongan II (sedang), 1/3 hasil panen.
 Golongan III (kurang), 1/4 hasil panen.

Dalam prakteknya, sistem sewa dan pajak tanah menemui permasalahan, diantaranya ialah:
a. Belum terdapat pengukuran luas tanah yang tepat sehingga sulit menentukan besaran
pajak yang mesti dibayarkan.
b. Belum adanya kepastian hukum dalam hak milik tanah.
c. Penduduk belum mengenal sistem ekonomi uang secara penuh, terutama yang berada di
pedesaan.
d. Adanya kesulitan dalam menentukan tingkat kesuburan tanah.
e. Jumlah pegawai yang cakap terbatas.
f. Adanya penyelewengan dan korupsi antara pejabat yang menangani pajak tanah.

Dengan berbagai permasalahan yang muncul tersebut, sistem sewa tanah pun bisa dianggap
memberatkan rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintahan Raffles di Indonesia hanya berjalan dari tahun 1811-1816. Ia
merupakan seorang liberalis yang berusaha untuk menghapus pemerintahan feodal
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, ia melakukan beberapa perubahan dan
menetapkan kebijakan-kebijakan di Indonesia. Dalam bidang pemerintahan atau
perpolitikan, Rafles menetapkan kebijakan seperti menjalin hubungan yang baik
dengan penguasa-penguasa local yang anti dengan Belanda, melakukan pembagian
terhadap wilayah Jawa menjadi 18 keresidenan dan mengangkat bupati-bupati
menjadi pegawai pemerintah dengan memberikan gaji berupa uang. Sedangkan di
bidang ekonomi, kebijakan yang diterapkan oleh Raffles seperti, mengadakan sistem
sewa tanah atau landrente, menghilangkan penyerahan wajib hasil bumi,
menghilangkan kerja rodi dan aktivitas perbudakan dan memberikan kebebasan
kepada rakyat untuk menanam tanaman ekspor. Setelah beberapa tahun memerintah,
Raffles ditarik kembali ke Inggris dan beberapa selang tahun kemudian, ia ditugaskan
ke Bengkulu.

B. Saran
Penulisan makalah yang berjudul “Dinamika Politik Dan Politik Masa
Inggris (1811-1816)” ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
besar harapan penulis agar pembaca dapat mengkritisi makalah ini yang bersifat
membangun, baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Selanjutnya, mudah-
mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan oleh semua pembaca. Atas kritik dan saran
dari pembaca, penulis ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka

Hariyono, dan Daya Negri Wijaya. 2016. “Thomas Stamford Raffles: Seorang Universalis atau
Imperalis”. Paramita, Volume 26. Nomor 1, hal. 35-41
Nurtanti, Ike Evi. . “The Effect of Landrente On Land Mastery and Land Use in Mangunharjo
Sub Distrit, Madiun (1860-1870).
Wijaya, Daya Negeri. 2017. “Thomas Stamford Raffles di Bengkulu: Politisi atau Ilmuwan?.
Paramita: Historical Syudies Journal, Volume 27, Nomor 1, hal. 56-58.

Anda mungkin juga menyukai