Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia Kontemporer ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini Bapak Drs.
Zul Asri, M.Hum, Drs. Gusraredi dan Drs. Etmi Hardi,M.Hum yang telah
membimbing. Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam acuan diskusi
dalam memahami mengenai perkembangan politik dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi sejak 1950 sampai pemilu I. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk pertimbangan guna penyempurnaan karenakami memiliki
keterbatasan ilmu dan pengalaman untuk perbaikan masa kedepannya.

Padang, Maret 2017

Kelompok VI

1
BAB I

LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa negara
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi. Setelah dinyatakan
dibubarkan RIS dan kembali kepada NKRI dengan adanya UUDS maka diharapkan negara
Indonesia dapat mencapai sebuah babak baru dalam pemerintahan dimana dengan
digunakannya konsep Demokrasi Liberal terutama dalam rangka mempertahankan dan
mengisikemerdekaan terutama pada periode 1950-1959.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana terjadinya Demokrasi Liberal di Indonesia itu berlangsung sampai


berakhirnya Demokrasi Liberal ?

2. Apa itu peristiwa 17 Oktober 1952 ?

3. Bagaimana pengaruh KAA terhadap pemerintahan Indonesia ?

4. Bagaimana Pemilu I di Indonesia terjadi ?

2
BAB II

Perkembangan Politik Dan Peristiwa Peristiwa Penting Yang Terjadi Sejak 1950
Sampai Pemilu I

1. Demokrasi Liberal di Indonesia


1.1 Sejarah munculnya Demokrasi Liberal

Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi


parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut
Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi
dan berdasarkan Undang undang Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan
liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan
menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab
kepada parlemen (DPR). Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk
lahirnya partai partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.

Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya rakyat


Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak cocok dan tidak
sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit mengenai
pembubaranKonstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS
1950 karena dianggap tidak cocok dengan kedaan ketatanegaraan Indonesia1.

1.2 Pelaksanaan Pemerintahan Demokrasi Liberal

1. Bidang Politik

Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-partai politik
pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik
terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam
DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang
kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut :

a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir (Masyumi)
sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.

1 M. C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta: Serambi. 2008) hal 500.

3
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam
parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat
formasinya di mana tokoh tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo2.

Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:

1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.

4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

Kendala yang dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan Irian Barat dan
Belanda mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia,
seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS. Keberhasilan
Kabinet Natsir adanya perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat3.

Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari PNI
menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI
menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan
memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 3 April 1952)

2 Feith,Herbert dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-


1965.LP3ES.hlm 72-80.

3 Sudiyo. Arus Perjuangan Pemuda dari masa ke masa.Jakarta:Rineka


Cipta.hlm:176.

4
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk
Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya
kepada presiden setelah bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno
kemudian menunjukan Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi )
sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini
terkenal dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh
Soekiman.

Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:

1.Menjamin keamanan dan ketentraman

2.Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.

3.Mempercepat persiapan pemilihan umum.

4.Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.

5. Di bidang hukum, menyiapkan undang undang tentang pengakuan serikat buruh,


perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.

Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya


program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk
menjamin keamanan dan ketentraman. Kendala/Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu
adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan
Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act
(MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI
diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang
telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok
barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat. Adanya krisis moral
yaitu korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-
barang mewah. Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya
tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi

5
Selatan. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan
mandatnya kepada presiden karena adanya pertentangan dari Masyumi dan PNI4.

c. KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)

Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto(PNI)


dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur, namun gagal. Kemudian
menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil
dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama
kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.

Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:

1.Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR,


dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan
pemulihan keamanan.

2. Program luar negeri: Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,


pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang
bebas-aktif. Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya kondisi
krisis ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya gerakan sparatisme dan sikap
provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang
menempatkan TNI sebagai alat sipil, munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik
semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto
dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung Morawa
mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli), peristiwa Tanjung Morawa
merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai
persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa Tanjung Morawa
muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga
Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 19535.

d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)

4 M. C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta: Serambi. 2008) hal 500.

5 Noer,Deliar. Mohammad Hatta Biografi Politik. LP3ES.hlm 464.

6
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada tanggal 31 juli
1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari berbagai partai yang
diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil
perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (partai Indonesia Raya PIR)6.

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:

1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.

2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.

4. Penyelesaian Pertikaian politik.

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I yaitu; Persiapan
Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki
pengaruh dan arti penting dagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa bangsa Asia
Afrika dan juga membawa akibat yang lain, seperti :

a. Berkurangnya ketegangan dunia.

b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di negaranya.

c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih bertahan di
Irian Barat.

Kendala atau Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti
DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu
peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang
semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala
membahayakan. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.Munculnya konflik
antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-
mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. Nu menarik dukungan

6 Noer,Deliar. Mohammad Hatta Biografi Politik. LP3ES.hlm 414.

7
dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali
harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 19557

e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)

Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin


Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:

1.Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan


Darat dan masyarakat kepada pemerintah.

2.Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru

3.Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi

4.Perjuangan pengembalian Irian Barat

5.Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Burhanuddin Harahapyaitu;
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Perjuangan Diplomasi
Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/
Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam lingkungan
pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan berakhirnya pemilu maka
tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang
cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.

f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 4 Maret 1957)

7 Marwati Djoenet Poesponegoro,Sejarah Nasional Indonesia jilid Vl (Jakarta,Balai


Pustaka,2008)Hlm:300.

8
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet baru pada
tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan
NU. Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut:8

1. Perjuangan pengembalian Irian Barat


2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya
anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.

Selain itu program pokoknya adalah,

a. Pembatalan KMB
b. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik
luar negeri bebas aktif
c. Melaksanakan keputusan KAA.

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah
kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti
Cina di masyarakat. Muncul pergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat dan
mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer Memuncaknya krisis
di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di
daerahnya. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai
nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan
PNI. Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh
dan menyerahkan mandatnya pada presiden.

G. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet Djuanda adalah
Programnya disebut Panca Karya yaitu:

8 Noer,Deliar. Mohammad Hatta Biografi Politik. LP3ES.hlm 486.

9
I. Membentuk Dewan Nasional
II. Normalisasi keadaan RI
III. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
IV. Perjuangan pengembalian Irian Jaya
V. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu.
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda,
Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai
daerah. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program
pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya, terjadi
peristiwa Cikini. Kabinet Djuanda berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin9.

C. Bidang Ekonomi

Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut:

1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan
dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan
utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian
dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan
memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki
tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.

9 Amrin Ridwan dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Perang dan Revolusi Jilid 7. PT Ichisar Baru
Van Hove, hlm 390.

10
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah
untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;

a) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

b) Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Republik


Indonesia secara demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan
15 Desember 1955 (memilih konstituante).

c) Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB

d) Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui


Deklarasi Djuanda

e) Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank


Indonesia.

f) Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini
berdiri.

Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;

a. Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini
menjadikan pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian
Indonesia sering jatuh dan terinflasi.
b. Timbul berbagai masalah keamanan
c. Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober
1952.
d. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem
pemerintahan.
e. Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk
mendapatkan kekuasaan.
f. Praktik korupsi meluas.
g. Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada
pengembangan bidang politik bukan pada ekonomi.

11
1.3 Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun
konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap.
Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar
kepentingan partainya saja tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia
secara keseluruhan. Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan
dasar negara. Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok
partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok partai lainnya
menghendaki agama Islam sebagai dasar negara. Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan
hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari suara yang menolak kembali ke
UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah
karena masih belum memenuhi syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil suatu
keputusan, maka sebagian aanggotanya menyatakan tidak akan menghadiri siding
konstituante lagi. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD
baru. Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada
Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran
Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang berisi sebagai berikut;

1. Pembubaran Konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945.
3. Tidak berlakunya UUDS 1950.
4. Pembentukan MPRS dan DPAS.

Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950,
maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di
Indonesia10.

2. Peristiwa 17 Oktober 1952

2.1 Latar belakang peristiwa 17Oktober 1952

10 Marwati Djoenet Poesponegoro,Sejarah Nasional Indonesia jilid Vl


(Jakarta,Balai Pustaka,2008)Hlm: 310.

12
Peristiwa 17 Oktober 1952 mempunyai faktor faktor penyebab pada masa
sebelumnya. Setelah perang kemerdekaan berakhir Indonesia banyak menghadapi persoalan
yaitu: Keadaan Politik Yang Labil dengan sistem demokrasi Liberal Model Eropa Barat
(khususnya Belanda). Keadaan sosial Ekonomi yang semakinn memburuk dan korupsi yang
semakin meluas. Adanya persoalan Irian Barat yang tak kunjung selesai. Kemerosotan
integritas dan kemampuan aparatur pemerintah akibat pertentangan antar dan interen partai-
partai serta pergodilakan interen angkatan perang.

Selain itu peristiwa ini juga merupakan satu letusan dari akibat gejolak internal di di
lingkungan TNI AD .TNI ini berangkat dari tentara revolusi yang patriotik serta amalgamasi
dari berbagai kekuatan di masyarakat ,selain itu sumber konflik meliputi persaingan
antarperwira kepemimpinan,asal usul, kedaerahan, ideologi,pendidikan,gagasan tentang
pembangunan TNI,kecemburuan kelompok,perbedaan sikap menghadapi perubahan dan
situasi bari .konflik eksternal yang berkaitan dengan masalah penerimaan persetujuan KMB
dan intervesi politisi kedalam masalah internall TNI.Namun sumber utama konflik
adalahketidak kompakan yang terjadi dalam tubuh TNI.

2.2 Kronologis peristiwa 17 Oktober 1952

Dengan meninggalnya tokoh pemersatu yaitu Jendral Sudirman ,Sehinga TNI praktis
kehilangan tokoh panurtan yag disegani akibatnya muncul regimentalisme dalam tubuh TNI
khususnya kelompok mantan KNIL dan mantan tentara peta.kolonel simatupang di percayai
oleh hatta sebagai pengganti Soedirman sebagai pejabat kepala staf Angkatan
Perang.Hattajuga mengangkat kolonel A.H. Nasution sebagai kepala Staf Angkatan Darat
,Kolonel Subijakto sebagai kepala staf Angkatan Laut,dan komodor Surjadarma sebagai staf
Angkatan Udara.semua staf merupakan alumni Akademi Militer.Hal tersebut menimbulkan
kecemburuan dari pihak lain.

Pertimbangan Perdana Mentri RIS Moh.Hatta dan Mentri pertahanan Hamengku


Buwono lX adalah bahwa perwira alumni akademi ini mampu melakukan perubahan dan
adaptasi terhadap situasi baru.di lingkungan Angkatan Darat isuu yang muncul pertma sekali
yaitu masalah demobilisasi.pemerintah dan KSAD dianggap tidak Adil terhadap para
perjuangan kemerdekaan.hampirsemua kaesatuan mantan laskar didemobilisasi,namun

13
sebalinya bekas batalion KNIL yang menjadi lawan mereka di tetapkan menjadi prajurit
APRIS.11

Dengan adanya pngakuan kedaulatan,pimpinan angkatan perang khususnya Kepala


staf angkatan perang (KSAP) dan kepala staf angkatan Darat (KSAD) berusaha
mengkonsilidasi dan memajukan TNI. TNI yang terdiri atas perjuangan-perjuangan yang
bermodalkan semangat dan masih diikat oleh loyalitas pribadi,akan di tingkatkan menjadi
angkatan perang yang lebih tinggi mutu teknis militernya akan diikat oleh di siplin yang
melembaga.jika ini berhasil angkatan erang akan menjadi suatu kekuatan sosial-politik yang
kompak yang dapat mengimbangi kekuasaan partai partai politik dan golongan politik
pada umumnya.partai partai menganggap ini sebagai ancaman untuk mereka,sehingga
mereka berusaha untuk mencegahnya ,dan mempengaruhi poin-poin politik di dalam
angkatan perang.

Pada tanggal 12 Juli 1952 diadakan pertemuan pertemuan perwira-perwira angkatan


darat dari pusat serta daerah dan kebanyaan dari mereka tidak menyetujui cara yang di
tempuh oleh Bambang Supeno menulis surat langsung kepada perdana mentri, mentri
pertahanan,dan parlemen.di dalam surat itu ia menyatakan bahwa ia sudah kehilangan
kepercayaan kepada atasanya. Parlemen mengadakan sidang yang membahas sebuah mosi
yang menuntut agar diadakanya perbaikan dalam pimpinan dan organisasi kementrian
pertahanan dan angkatan perang.

Pada tanggal 18 juli 1952 KSAP mengirim surat kepada pemerintah agar
permasalahan itu di selesaikan sesuai dngan prosedur militr.karena tindakan dari Kolonel
Bambang Supeno, diangap mealnggar disiplin. Mentri pertahanan Sri Sultan Hamengku
Buwono lX membebaskan tugasnya. Pengajuan mengenai pembebasanya di tolak.

Inisiatif dari kolonel Djatikusumo dengan seizin KSAP untuk mengadakan rapat
Kolegial pada tanggal 10 Oktober yang di hadiri para panglima serta para perwira menengah
yang berada di jakarta.dalam rapat tersebut diadakan pertukaran pendapat apakah perdebatan
dalam DPR(S) mengenai kebijakan mentri pertahanan membahayakan keutuhan organisasi
angkatan perang serta negara/tidak.mereka sepakat berkumpul kembali jika DPR(S) sampai
menerma Mosi.rapat lanjutan antara KSAD dan para panglima membicarakan mosi

11 Imran,Amran,Indonesia Dalam Arus Sejarah(Van Hoove,2010)hlm:67

14
DPR(S)diadakan pada tanggal 11 Oktober.hasil keputusan rapat ialah mereka bersama akan
solid menghadapi perkembangan lanjutan.

Pada tanggal 15 Oktober Para panglima di undang rapat lagi ke staf Smum Angkatn
Darat kareana DPR(S) akan menyatakan keputusannya pada tanggal 16 Oktober.Dalam
DPR(S) Sendiri ada tiga mosi yang mempermasalahkan angkatan perang yaitu:

Mosi Buhanudin sebagai mosi tidak percaya.

Mosi Kasimo/Natsir yang menuntut peninjauan kembali susunan kementrian pertahanan dan
APRI.

Mosi Manai Sophiaan/Arudji/Idham Chalid yang menuntud peninjauan kembali pimpinan


pimpinan Angkatan Perang.

Dikalangn militer menganggap sikap DPR(S) itu tidak wajar dan di rasakan sebagai
intervensi langsung dalam soal interen TNI AD.apalagi terdapat kenyataan bahwa lebih
kurang separuh anggota DPR(S)itu berasal dari Negara negarabentukan belanda sehingga
tidak memiliki riwayat perjuangan dalam perang kekmerdekaan yang merupakan sesuatu
yang dijunjung dikalangan TNI AD.

Untuk menghadapi perkmbangan DPRS yang dapat mengganggu stabilitas


Nasional,pimpinan AD berdasarkan Hasil konsesus dengan para panglimateritorium pada
tanggal 16 dan 17 Oktober. 1952 mengeluarkan pernyataan pimpinan AD.butir kelima dari
pernyataan yang terdiri dari tujuh butir keputusan itu mengemukakan kekhawatiran akan
terjadi instabilitas.oleh karena itu,pimpinan Angkatan perang mendesak kepala negara untuk
membubarkan DPR(S) dan membentuk DPR baru.pernyataan yang di tanda tangani oleh
KSAD, para panglima teritorium ,asisten asisten KSAD Letkol sutoko yang juga di percaya
bertindak sebagai juru bicara.karena malam sebelumnya presiden sudah di beri tahu lewat
koloneal drg.Mustopo,ia merasa tidak begitu terkejut. Presiden menolak desakan itu dan
berkata akan menyelidiki lebih dahulu keinginan rakyat diluar jakarta dan akan mendesak
pemerintah agar mempercepat pemiihan umum.12

Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi demonstrasi menuntut di bubarkanya


parlemen.para demonstran memasuki gedung DPR(S),Merusak bebrapa peralatan,dan

12 Marwati Djoenet Poesponegoro,Sejarah Nasional Indonesia jilid Vl


(Jakarta,Balai Pustaka,2008)Hlm:340

15
kemudian bergerak ke Istana.13 mereka membawa spanduk sambil berteriak menuntut
pembubaran parlemen. Di belakang demonstran telah berdiri baberapa meriam yang telah di
arahkan ke istana dari pasukan artileri Resimen 7 dibawah pimpinan mayor kemal idris.
Presiden Soekarno kemudian keluar dari istana mereka menyambut para demonstran yang
menuntut agar parlemen di bubarkan.ia mengatakan bahwa para demonstran bukanlah wakil
rakyat indonesia ,shingga tidak berhak menuntut pembubaran parlemen melalui pemilihan
umum.ia menolak membubarkan parlemen karenan ia bukan seorang diktator.14

Akibat peristiwa 17 Oktober ini angkatan darat mmmengalami perpecahan.KSAP


Jendral Mayor T.B.Simatupang di berhentikan dan Jabatan KSAP di hapuskan ,sedangkan
KSAD Kolonel Bambang Sugeng.pada tanggal 22 November 1952 pemerinntah
mengeluarkan keterangan bahwa pada tanggal 17 Oktober tidak Terjadi Coup atau coup
.pemerintah tidak dapat mewujudkan persatuan di lingkunngan angkatan perang, hanya
berhasil mengusahakan angkatan perang kembali kepada tugasnya sehari-hari.

Peristiwa 17 0ktober 1952 menyebapkan terjadinya dua blok dalam Angkatan


Darat,yang pro dan yang kontra.pejabat panglima TTV/ Brawijaya,Letnan Kolonel
dr.Suwoondo, Mendukung sikap pimpinan Angkatan Darat,sedangkan salah seorang
komandan resimennya,letnan kolonel sudirman,menentang Suwondo dengan mengundurkan
diri dan di ganti oleh Sudirman sebagai pejabat panglima.peristiwa yang sama terjadi pula di
lingkungan TT VII/Sulawesi.Kepala Staf TT VII letnan kolonel J,F Warrouw mengambil
alih pimpinan dari tangan panglimanya,Kolonel Gatot Subroto,yang terang-terang
mendukung peristiwa 17 Oktober. Pengambilalihan jabatan terjadi pula di TT II/Sriwijaya
dari pejabat panglima Letnan Kolonel Kosasih ke tangan Letnan Kolonel
Kretarto.Namun,pemerintahan mengangkat Kolonel Bambang Utoyo yang baru saja di
pensiunkan bulan September 1952 menjadi panglima TT II yang baru.

Untuk mengutuhkan kembali Angkatan Darat,maka diadakan musyawarah antar


golongan Pro-17 Oktober dan golongan anti 17 Oktober.pertemuan yang di hadiiri oleh 29
orang peristiwa senior Angkatan Darat diadakan di jogjakarta dari tanggal 21 sampai 25
Februari 1955.pertemua yang di sebut Rapat Collegial (Raco)ini membahas tiga masalah

13 Ibid hlm 340

14 Imran,Amran,Indonesia Dalam Arus Sejarah(Van Hoove,2010)hlm:65

16
pokok ,yaitu: Keutuhan dan persatuan Angkatan Darat. Penyelesaian peritiwa 17 Oktober
1952. Pembangunan Angkatan Darat.

Raco itu menghasilkan piagam Yogyakarta.Dengan di tandatanganinya piagam


Yogyakarta oleh 29 Orang Perwira senior serta Raco,peristiwa 17 Oktober 1952 dikalangan
angkatan darat di anggapp selesai. Tidak lama setelah berakhirnya Konfrensi Asia
Afrika,KSAD Kolonel Bambang Sugeng meletakan jabatanya karena mersa tidak mampu
untuk melaksanakan isi Piagam Yogya. Akhitnya pemerintah mrncari penggantinya yaitu
Kolonel Bambang Utojo,panglima Tentara dan Territorium II/Sriwijaya sebagai KSAD.Dan
mendepatkan tantangan dari wakil KSAD Kolonel Zulkifli Lubis dan kalangan kalangan
angkatan darat sendiri.pada tanggal 27 Juni 1955 diboikotnya upacara pelantikan
KSAD.pejabat KSAD Kolonel Zulkifli tidak mau serah terima dengan Bambang
Utoyo,Bahkan KSAD yang baru ini tidak di Izinkan memasuki MBAD.akibat peristiwa
ini ,Ketua seksi pertahan dalam parlemen, Zainal Baharudin ,dengan dukungan B.M.
Diah,Margono Djojohadikusumo, Mr.T.M Hasan ,dan mentri pertahanan Iwa
Kusumasumantri mengundurkan diri dari jabatanya. Kedudukan pemerintahan menjadi
goyah serta tifdak mungkin lagi untuk bertahan setelah mentri pertahanan Mr.Iwa
Kusumasumantri mengundurkan diri Akibat Mosi tersebut.krisis ini memuncak karena
adnya dengan desakan desakan dari partai-partai pendukung pemerintah akhirya perdana
mentri Ali Sastroamidjojo menyerahkan kembali mandatnya kepada wakil presiden pada
tanggal 24 Juli 1955 karena presiden saat itu sedang menjalankan ibadah haji.

2.3 Dampak dari peristiwa 17 Oktober 1952

Peristiwa 17 Oktober memiliki Dampak negatif yang luas bagi angkatan darat
.parlemen yang berada dalam posisi yang kuat menuntut agar pimpinan tentara bertindak
dan diadili.sekretaris jendral kementrian pertahanan Mr.Ali Budiarjo (PSI) di tuntut mundur
dan di gantikan oleh kolonel Hidayat.konflik antar perwira di dalam Angkatan perang
semakin menajam .demikian pula antara pemerintahan dan angkatan darat.Kolonel
A.H.nasution selaku Kepala Staf Angkatan Darat menyatakan bertanggung Jawab Atas
Peristiwa Tersebut dan bersedia di berhentikan .pada 19 Desember 1952,ia melakukan serah
terima Jabatan KSAD kepada Kolonel Bambang Sugeng.15

3. KONFERENSI ASIA-AFRIKA

15 Imran,Amran,Indonesia Dalam Arus Sejarah(Van Hoove,2010)hlm:69

17
Konferensi Colombo adalah merupakan pembuka jalan bagi terselenggaranya
Konferensi Asia Afrika. Dalam Konferensi Colombo, gagasan untuk
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika dilemparkan oleh Ali Sastroamidjojo.
Konferensi di Colombo dimulai pada 28 April 1954 yang berlangsung sampai dengan
2 Mei 1954 bertempat digedung Senat, Colombo, Sri Lanka. Konferensi tersebut
dihadiri oleh perdana Menteri Negara-negara Asia, yaitu PM Burma U Nu, PM India
Jawaharlal Nehru, PM Indonesia Ali Sastroamidjojo, PM Pakistan Mohammad Ali,
dan tuan rumah PM Sri Lanka Sir John Kotelawala. Konferensi ini diprakarsai oleh
PM Sri Lanka diselenggarakan karena dorongan rasa kekhawatiran dan keprihatinan
mengenai situasi peperangan di Indonesia, agresi komunis di Asia yang makin
meningkat, dan senjata nuklir di dunia yang makin berkembang.

Acara Konferensi yang pertama adalah mendengar pidato pembukaan oleh ketua
Konfernsi dan pidato perdana mneteri. Dalam pidato tersebut PM Sri Lanka dan PM
India menyinggung soal Perang Dingin yang makin hangat dan mengakibatkan
ketegangan-ketegangan di Asia. Dalam masalah Indocina penting sekali bagi Negara-
negara asia, karena itu ia mengusulkan agar masalah tersebut menjadi acara
pembicaraaan Konferensi.16

Dalam sidang kedua dibicarakan masalah Indocina. PM India mengatakan bahwa


persengketaan di Indocina sudah berlangsung beberapa tahun. Persengketaan tersebut
menjadi masalah yang penting dalam urusan politik dunia. Negara-negara Asia ingin agar
keadaan Indocina tidak bertambah buruk, sehingga bias menimbulkan pertempuran yang
lebih besar. Ia mengusulkan agar konferensi berpendirian agar acara yang mendesak
dalam Konferensi Jenewa yang tengah berlangsung membahas persoalan gencata senjata.
Ia mengusulkan agar Perancis menyerahkan kekuasaannya di Indocina secara bulat dan
Negara-negara besar seperti Inggris, AS, Uni Soviet, dan RRC tidak lagi campur tangan
di Indocina. Ia menyarakan agar PBB mengawasi pelaksanaan persetujuan. Sara Nehru
pada umumnya disetujui oleh Konferensi.

Bagi Indonesian, masalah yang penting ialah usul yang diajukan oleh Ali Sastroamidjojo
untuk menyelenggarakan konferensi antara Negara-negara Asia dan Afrika. Usul tersebut
dalam sidang keenam 30 April 1954. Para peserta umumnya menyambut baik usul tersebut.

16 Amrin Ridwan dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Perang dan Revolusi Jilid 7. PT Ichisar Baru
Van Hove, hlm 394

18
PM Nehru mengatakan usul Indonesia memiliki banyak kekuatan, karena itu ia
menyetujuinya, tetapi ia meramalkan pelaksanaannya banyak menemui kesulitan.
Menurutnya perlu persiapan matang sebelum konferensi diselenggarakan.

Ali Sastroamidjojo mengatakan jika prinsip untuk menyelenggarakan Konferensi Asia


Afrika disetujui, detailnya dapat ditentukan kemudian. Dikatakan bahwa pemerintah
Indonesia akan mensposori sendiri konferensi tersebut, Indonesia sanggup mengerjakan
semua pekerjaan pendahuluan untuk mempersiapkan konferensi. Akhirnya konferensi
menyetujui usul Indonesia, keputusan tersebut tercantum di bagian terakhir dari seluruh
keputusan konferensi.

Seusai Konferenisi Colombo, cabinet Ali Sastroamidjojo menentukan langkah-langkah


selanjutnya. Instansi yang paling sibuk melakukan persiapan-persiapan adalah Departemen
Luar Negeri RI. Mulai bulan Mei 1954, departemen yang berada dibawah pimpinan Menlu
Mr. Sunarjo mempersiapkan konferensi.17

Atas undangan PM Nehru, Ali Sastroamidjojo tanggal 25 Desember 1954 berkunjung ke


New Delhi. Setelah Ali Sastroamidjojo berpidato di depan parlemen India menyinggung
gagasan menyelenggarakan KAA dan mendapat dukungan luas. Ali Sastroamidjojo berhasil
mengikat PM India. Mereka berdua mengeluarkan Join Statement (pernayatan bersama) yang
berbunyi bahwa kedua perdana menteri membicarakan usul untuk mengadakan konferensi
Asia Afrika dan mereka berdua sependapat bahwa konferensi yang demikian sangat perlu
dan sangat membantu usaha memperkokoh perdamaian dunia serta seharusnya konferensi itu
diadakan segera mungkin.

Setelah berkunjung ke India, PM Ali Sastroamidjojo berkunjung ke Burma menemui PM


Burma U Nu tanggal 28 September 1954. Isi pernyataan hampir sama dengan Nehru bahwa
KAA itu diperlukan, dan bermanfaat bagi perdamaian dunia. Bulan Desember 1954,
Indonesia memperoleh kepastian itu disampaikan PM Sri Lanka ketika singgah di Indonesia
dalam perjalanannya menuju AS.

Konferensi lima perdana menteri yang kedua diselenggarakan di Bogor 28-30 Desember
1954 di Istana Bogor. Maksud konferensi ini adalah untuk membicarakan persiapan-
persiapan terakhir dari KAA. Pertemuan yang diselenggarakan di bogor dari tanggal 28-31

17 Ibid. hlman 395

19
Desember 1954 dan disebut dengan Konferensi Bogor itu mengajukan rekomendasi sebagai
berikut:18

1. Mengadakan KAA di Bandung dalam bulan April 1955.


2. Menetapkan kelima Negara peserta Konferensi Bogor sebagi Negara-negara sponsor.
3. Menetapkan 25 negara Asia Afrika yang akan diundang.
4. Menentukn empat tujuan pokok dari KAA.

Tujuan konferensi sebagaimana diusulkan oleh PM India dan disetujui oleh peserta lain
sebagai berikut:19 Mengusahakan goodwill dan kerjasama antara bangsa-bangsa Asia Afrika,
menyelidiki dan mengusahakan baik untuk kepentingan timbale balik maupun kepentingan
bersama, serta mengadakan dan membina hubungan persahabatan di anatar mereka sebagai
tetangga-tetangga baik.

Mebicarakan soal-soal social, ekonomi, dan kebudayaan dari Negara-negara yang


diwakili. Membicarakan soal-soal khusus bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang
mempengaruhi kedaulatan nasional mereka, serta soal rasialisme dan kolonialisme,Meninjau
kedudukan Asia, Afrika dan rakyat-rakyat mereka didunia, serta sumnagan yang dapat
mereka berikan untuk memajukan perdamaian dan kerjasama dunia. Mengenai waktu
konferensi, peserta konferensi sepakat dimulai terakhir bulan April 1955 diperkirakan 10
hari. Roeslan Abdulgani ditujuk sebagi kepala secretariat dan konfrensi ditetapkan
dilaksanakan di Bandung. Setelah Konferensi Bogor ditutup, tanggal 30 Desember 1954.
Kepala secretariat Roeslan Abdulgani menjadi ketua dari Indonesia setelah Joint Secretariat
pusat berada di Jakarta. Di Bnadung juga dibentuk ketua panitia local yaitu Gubernur Jawa
Barat Sanusi Hardjadinata.

Pada hari Senin tanggal 18 April 1955, sekitar pukul 09.00, Konferensi dibuka oleh
Presiden Soekarno setindak sebagi Keynote Speaker. Dalam pidato pembukaan presiden
Soekarno menadaskan bahwa meskipun Negara-negara peserta Konferensi berbeda-berbeda
dalam hal politik, struktur social, dan kebudayaan, namun mereka satu dalam hal
pengalaman pahit getirnya kolonialisme, sehingga bersatu pula dalam menghadapinya.
Dikatakan bahwa kolonialisme belum mati, dalam bentuknya yang baru masih hidup dan
kuat untuk menguasai bekas jajahannya, baik dibidang ekonomi, kebudayaan, maupun

18 Marwati Djoenet. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, hlm237-238

19 Amrin Ridwan dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Perang dan Revolusi Jilid 7. PT Ichisar Baru
Van Hove, hlm 395

20
politik. Singkatnya konferensi ini bertujuan untuk mencari jalan ke arah perdamaian tidak
hanya untk bangsa-bangsa Asia Afrika, melainkan juga untuk seluruh umat manusia.
Perdamaian dunia dan kerjasama diantara bangsa-bangsa didunia adalah syarat mutlak bagi
pembangunan Negara-negara berkembnag utuk mencapai keadilan dan kemakmuran. PM Ali
Sastroamidjojo dengan suara bulat terpilih sebagai ketua umum (presiden) konferensi.

Gagasan KAA lahir karena sudah tiba waktunya dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang
merdeka untuk maju kedepan dan turu serta dengan bangsa-bangsa di dunia dalam upaya
untuk menentukan nasib umat manusia. Agenda konferensi meliputi 5 pokok20:

1. Kerjasama sekonomi,
2. Kerjasama kebudayaan,
3. Hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri,Masalah bnagsa-bangsa yang
terjajah (didalamnya anatara lain termasuk soal Irian Barat dan Afrika),
4. Masalah perdamaian dunia dan kerjasama internasional.

Bagian terpenting dari pernyataan terakhir adalah 10 pasal yang menjadi dasar untuk
memajukan perdamaian dan kerjasama di dunia, yang kemudian dikenal dengan Dasa
Sila Bandung. Sepuluh pasal yang merupakan asas-asas yang termuat dalam piagam PBB
sebagi berikut21:

1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang


termuat dalam Piagam PBB.
2) Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
3) Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar
maupun kecil.
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
Negara lain.
5) Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6) tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar. tidak melakukan tekanan
terhadap Negara lain.

20 Sekretariat Indonesia. 1985. Himpunan Dokumen Konferensi Asia Afrika. Jakarta : Panitia
Nasional Peringatan 30 Tahun Konferensi Asia Afrika, hlm 149

21 Sudharmono. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964. Jakarta: Sekretariat Negara RI, hlm
80

21
7) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu
Negara.
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional degan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hokum atau cara damai
lain-lan lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai
dengan Piagam PBB.
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10) Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban internasional.
4. PEMILU I

Pemilian umum ditetapkan dengan pengumuman pemerintah tanggal 3 November 1945


dan pada mulanya direncanakan akan diselenggarakan pada Januari 1946 oleh Kabinet
Sjahrir I. Ini terpaksa ditunda berulang kali karena keamanan di masa revolusi belum
memungkinkan, tetapi pemilihan umum lokal pada 1946 di sebagian kecil wilayah Indonesia,
yaitu keresidenan Kediri dan Surakarta, sempat juga dilaksanakan22.

Setelah pengakuan kedaulatan (Desember 1949) pemilu untuk membentuk DPR dan
Konstituante menjadi bagian penting dari program kerja setiap kabinet. Kabinet Hatta (1949-
1950) pada masa RIS ingin menyelenggarakan pemilu untuk membentuk konstituante
terpilih yang berhak menentukan bentuk negara, yaitu memilih antara bentuk negara federasi
dan bentuk negara kesatuan. Tetapi rencana ini didahului oleh perkembangan politik yang
mengarah kepada pembentukan negara kesatuan.

Pada bulan April 1953, undang-undang pemilihan umum disahkan. Panitia Pemilihan
Umum Pusat dibentuk pada tanggal 30 Me 1954, diketuai oleh Hadikusumo (PNI). Pada
tanggal 16 April 1955 Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk Parlemen
diadakan pada tanggal 29 September 1955. Dengan adanya pengumuman ini kampanye yang
dilakukan oleh partai-partai semakin meningkat. Mereka masing-masing berusaha
mendapatkan suara terbanyak dan melakukan kampanye sampai ke pelosok-pelosok desa.23
Pada saat itu kampanye pemilihan umum telah berjalan dengan serunya selama lebih dari

22 Muhammad Iskandar dan Imran Amrin. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 7. (PT. Ichtiar Baru
van Houve kerjasam dengan Kemendikbud) hal 259

23 Marwati Djoened Poeponegoro. Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: Balai Pustaka. 2008)
hal314

22
satu tahun dan baru bulan September benar-benar dilaksanakan24. Dalam usaha mencari
dukungan rakyat itu, mereka menggunakan banyak daya tarik idiologis yang meningkatkan
ketegangan-ketegangan masyarakat didesa-desa. Para aktivis partai Islam di tingkat
bawahmenghendaki sebuah negara yang didasarkan pada hukum Islam. Partai-partai
sekuler, terutama sekali PNI dan PKI, berusaha mengait-ngaitkan Masyumi dengan Darul
Islam da mengubah Pancasila lebih sebagai slogan anti Islam daripada falsafah pengayoman
seperti yang dikehendaki Sukarno. Selama lebih dari dua tahun, kekacauan politik dan
kekerasan meningkat, dan diharapkan oleh banyak orang bahwa pemilihan-pemilihan
tersebut akan menghasilkan suatu struktur politik yang kokoh untuk masa mendatang.

Pada tanggal 29 September 1955 lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memerikan
suaranya di kotak-kotak suara. Pemilihan umum ini menawarkan pilihan yang bebas di
kalangan partai-partai yang tak terbatas, yang kesemuanya berkampanye dengan penuh
semangat, oleh karena itu, hasil-hasil pemilihan umum tersebut dapat menunjukan kesetiaan-
kesetiaan politik pada saat itu.25 Daerah pemilihan dbagi menjadi 16, yaitu Jakarta Raya,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan,
Nusa Tenggara Barat (Sunda Kecil Barat) Nusa Tenggara Timur (Sunda Kecil Timur),
Sulawesi Utara-Tengah, Sulawesi Selatan-Tenggara, Maluku dan Irian Jaya (Irian
Barat).untuk daerah pemilihan Irian Jaya (Irian Barat) tidak diadakan pemilihan karena
masih dikuasai Belanda.karena itu, sistem pengangkatan diberlakukan untuk daerah Irian
Jaya26.

Hasil pemilu untuk parlemen (DPR) yang berlangsung pada 29 September 1955baru
diumumkan pada 1 Maret 1956, tetapi hampir semua partai sudah mengetahui gambaran
hasilnya sebelum pengumuman itu disiarkan secara resmi. Ini disebabkan anggota Panitia
Pemilihan Indonesia tidak berasal unsur pemerintah saja melainkan juga unsur partai-partai
politik peserta pemilu, organisasi pemilih, dan utusan perorangan yang maju sebagai calon
legislatif yang melihat langsung proses perhitungan. Dengan demikian, para peserta pemilu

24 Feith,Herbert dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-


1965.LP3ES.hlm 59.

25 M. C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta: Serambi. 2008) hal 520

26 Feith,Herbert dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-


1965.LP3ES.hlm 61.

23
dapat pula secara langsung mengevaluasi cara-cara kampanye mereka untuk kemudian
mengubah atau memperbaikinya pada pemilia umum konstituante.

Hasil pemilu mengecewakan kebanyakan orang di luar Jawa, Partai Masjumi


sebagaimana diharapkan dan pada umumnya diduga, tidak muncul menjadi partai terbesar di
Indonesia. Malah sebaliknya, dia menjadi nomor dua sesudah PNI, dan karena itu tidak dapat
diharapkan untuk memimpin pemerintah koalisi, paling tidak dalam waktu segera.

Pemilihan umum Majelis Konstituante berlangsung pada tanggal 15 Desember 1955.


Kampanye untuk pemilihan umum kedua itu sedikit terlambat dimulai, yakni pada
pertengahan sampai akhir November dan di beberapa tempat baru dimulai Desember. Selain
itu intensitasnya lebih rendah dibandingkan dengan kampanye untuk pemihan umum DPR
pada 29 September 1955. Meskipun banyak pernyataan pemerintah dan para juru bicara
partai mengatakan Konstituante lebih penting dari parlemen, tampaknya pemimpin partai
tidak yakin kekuasaan badan itu sama dengan kekuasaan badan legislatif biasa. Partai-partai
mulai keabisan dana, para pemimpin partai percaya bahwa pemilihan umum tidak akan
terlalu berbeda jauh, jadi mereka tidak bersemangat lagi. Yang paling bersemangat justru
Presiden Soekarno yang waktu pemilihan umum DPR dilarang berkampanye oleh Kabinet
Burhanudin Harahap dengan pengawasan dan sanksi yang ketat.

BAB III

KESIMPULAN

Ada beberapa peristiwa setelah kembalinya Indonesia ke dalam keutuhan NKRI diantaranya
dengan ditandai Demokrasi Liberal yang disebut dengan pemerintahan parlemen dimana
banyaknya kabinet-kabinet pemerintahan yang silih berganti dalam waktu yang relatif dekat,
kemudia di tandai juga dengan peristiwa 17 Oktober1952 dan adanya Konfrensi Asia-Afrika
dan terlaksananya pemilu pertama di Indonesia. Itulah beberapa peristiwa dalam
mempertahankan sekaligus mengisi kemerdekaan pada periode 1950-1959.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amrin Ridwan dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Perang dan Revolusi Jilid 7. PT Ichisar
Baru Van Hove.
Feith,Herbert dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.LP3ES.

M. C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta: Serambi. 2008).


Muhammad Iskandar dan Imran Amrin. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 7. (PT. Ichtiar
Baru van Houve kerjasam dengan Kemendikbud).
Marwati Djoened Poeponegoro.2008. Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: Balai
Pustaka.
Noer,Deliar. Mohammad Hatta Biografi Politik. LP3ES.

Sekretariat Indonesia. 1985. Himpunan Dokumen Konferensi Asia Afrika. Jakarta : Panitia
Nasional Peringatan 30 Tahun Konferensi Asia Afrika.
Sudharmono. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964. Jakarta: Sekretariat Negara RI.
Sudiyo.2003. Arus Perjuangan Pemuda Dari Masa Ke Masa.Jakarta: RinekaCipta.

25

Anda mungkin juga menyukai