Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI PERANG dan

REVOLUSI (1942-1950)
Oleh
NIKA JULIANTI
(A1A218003)
EKONOMI ZAMAN JEPANG
1. Kebijakan-Kebijakan Ekonomi Perang Pemerintahan Jepang
 Di bidang Moneter, pemerintah pendudukan Jepang berusaha sekeras-kerasnya untuk
mempertahankan nilai gulden atau rupih Hindia Belanda.
 Selanjutnya diambil tindakan terhadap bank-bank bekas milik musuh
 Di bidang Perpajakan diadakan pemungutan dari berbagai sumber, termasuk pajak penghasilan,
terutama yang mempunyai penghasilan antara f30.000 setahun.
 Bidang perdagangan, pada periode ini umumnya lumpuh akibat menipisnya persediaan. Barang-
barang yang dibutuhkan oleh rakyat didistribusikan melallui penyalur-penyalur yang ditunjuk.
Pengendalian harga diadakan dengan tujuan untuk mengurangi manipulasi.

 Kebijakan ekonomi yang akan diterapkan di Indonesia dirumuskan pada 12 Desember 1941, yaitu:
• Indonesia harus berswasembada dalam memenuhi kebutuhan Jepang. Sebagaimana pemerintah
Jepang di Tokyo membuat kebijakan ekonomi pada bulan November 1941 yang isinya: “apabila
pengurusan bantuan vital bagi pemerintahan nasional dan swasembada militer dapat menimbulkan
kerugian terhadap tingkat hidup penduduk pribumi, hal itu harus diterima saja”
• Prioritas produksi adalah produksi minyak bumi sedngkan industry yang lebih diutamakan adalah
industry yang menghasilkan bahan yang bermanfaat bagi Jepang.
• Semua milik musuh termasuk perkebunan harus diambil alih
• Barang-barang impor dari Jepang hanya boleh dimanfaatkan oleh mereka yang bekerja untuk
kepentingan Jepang.
 Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas, yaitu menghapus
pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia dan memobilisasi rakyat Indonesia demi
kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

Romusha
Karena daerah pendudukan sangat luas maka, Jepang memerlukan tenaga yang banyak untuk
membangun sarana pertahanan. Tenaga untuk mengerjakan semua itu, diperoleh dari desa-desa di
Jawa yang padat penduduknya melalui suatu sistem kerja paksa yang dikenal dengan Romusha.
Kurang lebih 70.000 orang dalam kondisi menyedihkan dan berakhir dengan kematian.

Kebijakan yang dilakukan Jepang di bidang ekonomi dalam usaha meningkatkan bahan
makanan adalah:
1. Peningkatan Produksi Padi
Cara menbah areal tanah ini adalah pertama dengan cara membuka tanah baru terutama
bekas perkebunan tanah lainnya yang belum pernah ditanami. Kedua disamping itu Jepang yang
memperkenalkan teknik penanaman padi yang baru.

2. Wajib Serah Padi


Pada masa pendudukan Jepang, Jawa ditetapkan sebagai pemasok beras pulau-pulau di
luar Jawa sert untuk keperluan medan pertempuran di pasifik selatan
2. Sumber Utama Keuangan Masa Perang
Sumber uatama bagi keuangan pemerintahan Jepang selama perang adalah:
Penjualan hasil perkebunan
Pemungutan pajak.Orang-orang yang berpenghasilan 30.000 gulden setahun
dikenakan pajak. Besar pajak yang dikenakan terhadap orang Eropa sebesar 70 kali dan
orang Cina sebesar 35 kali dari jumlah yang dibayarkan pada masa Hindia Belanda.
Mencetak uang baru. Selama tiga setengah tahun masa pendudukan Jepang ada tiga
jenis mata uang yang beredar, yaitu: mata uang Japanche Regeering yang dibawa
sewaktu invasi, kemudian berubah setelah masa pendudukan menjadi mata uang
Nippon Teikoku Seihu mata uang pemerintah Dai Nippon.

3. Masalah yang Timbul Akibat Kebijakan Ekonomi Masa Perang


Jepang menerapkan dasar-dasar politik beras yaitu padi berada dibawah
pengawasan Negara dan harga gabah serta beras yang ditentukan pemerintah. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan saat perang, par petani diperintahkan untuk menyerahkan
kuota per hektar yang luar biasa tinggi. Contohnya kasus pemungutan padi yang ada di
Indramayu, hal ini diperparah lagi dengan adanya penyelewengan yang seharusnya
pemungutan dari camat hanya ditugaskan 1.000 ton padi tetapi ketika dilpangan ia
meminta 1.200 ton. Hal ini menimbulkan pemberontakan petani di Indramayu secara
besar-besaran. Sehinngga disekitar Jaw, masyarakat desa menyebut zaman pendudukan
Jepang sebagai zaman kuintalan atau zaman penyetoran padi.
4. Dampak Pendudukan Jepang dengan Adanya Sistem Ekonomi
Perang
Adanya pengaturan, pembatasan, dan penguasaan faktor-faktor produksi
oleh pemerintahan militer. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22
Tahun 1942.
 Pada bidang perbankan, Jepang mendirikan bank-bank setelah melikuidasi
bank-bank peninggalan Belanda.
 Perekonomian penduduk lumpuh karena dikorbankan demi “ Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya.
 penduduk dimobilisasi untuk menyerahkan hasil bumi dan tenaganya.
Akibatnya, penduduk mengalami kekurangan gizi dan kesengsaraan merajalela
di berbagai daerah
EKONOMI ZAMAN REVOLUSI

 Sejarah bangsa Indonesia pasca kemerdekaan sangat buruk, bahkan bisa


dikatakan pemerintah belum bisa menyanggah perekonomian yang terpuruk, dan
ironisnya malah menambah kegagalan perkembangan ekonomi pada saat masa-
masa tersebut.
 Perencanaan Ekonomi Revolusi
Arsitek utama perencanaan ekonomi Republik Indonesia pada masa revolusi
berada di tangan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Selama masa perjuangan
kemerdekaan ada beberapa upaya untuk menyusun rencana perekonomian
Republik Indonesia yang dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu:
• Dari tahun 1945-1947, berlangsung sejak beberapa bulan sebelum proklamasi
atau pada masa transisi pendudukan Jepang, ketika Indonesia belum lagi
berhadapan langsung dengan kekuatan colonial Belanda.
• Dari tahun 1947-1948, berlangsung diantara dua agresi militer Belanda, ketika
Indonesia terlibat perang mempertahankan kemerdekaan dan munculnya
pemikiran-pemikiran alternative serta kebijakan ekonomi dalam menghadapi
kekuatan colonial khususnya yang dikenal dengan “blockade ekonomi” Belanda.
• Dari tahun 1941950, berlangsung ketika Indonesia memasuki tahap baru dalam
perjuangannya yang berlangsung setelah meletusnya Agresi Militer Belanda II.
Karakteristik Permasalahan Ekonomi
Karakteristik ummum mengenai masalah-masalah pokok perekonomian Indonesia tahap awal
revolusi, yaitu:
 Kesulitan dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi strategis selama beberapa bulan pertama setelah
proklamasi.
 Terdapat suatu metode atau manajemen politik ekonomi gaya revolusi untuk membuat terobosan jalan
pintas yang memenuhi kebutuhan mendesak khususnya dalam penguasaan sumber-sumber setempat.
 Adanya masalah moneter, khususnya nilai tukar uang kertas pada masa revolusi.

 Kebijakan dalam Menghadapi Blockade Ekonomi


Program pinjaman Nasional dilaksanakan oleh Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP dilakukan pada
bulan Juli 1946.
Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke India seberat 500.000 ton, mengadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di Sumatera denngan tujuan ke
Singapura dan Malaysia
Konferensi ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam
menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947. Badan perancang ini
merupakan badan yang tetap dimana tugasnya untuk membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka
waktu 2 sampai 3 tahun.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, yaitu mengallihkan tenaga bekas angkatan
perang ke bidang-bidang produktif.
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia yang hingga sekarang menjadi Bank
Indonesia.
 IJ. Kasimo sebagai menteri Persediaan Makanan Rakyat menghasilkan rencana produksi lima tahun yang
dikenal dengan nama Plan Kasimo
THANK YOU
FOR LISTENING

Anda mungkin juga menyukai