Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada
kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari
beberapa sumber.
Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam
bahan tentang Pelangi/Warna. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh
karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima
kasih.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Agresi Militer Belanda I .............................................................. 3
B. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia ........................ 5
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 1?
2. Apa tujuan dari Agresi Militer Belanda 1?
3. Bagaimana kronologi peristiwa Agresi Militer Belanda 1?
4. Apa dampak dari Agresi Militer Belanda 1?
5. Perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Agresi Militer Belanda
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan
Linggarjati ialah menjadikan negara Republik Indonesia yang sudah
mendaptkan pengakuan de facto dan juga de jure oleh beberapa negara,
kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga negara-negara
boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam pembentukan
suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda selanjutnya ialah
memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak
menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya
negara bagian seperti negara boneka yang diciptakannya di Denpasar.
Yang menjadi sasaran uatamanya ialah menghapus TNI dan perwakilan-
perwakilan Republik di luar negeri, karena keduanya merupakan atribut
negara berdaulat.
Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan
Belanda sudah gawat, dan kalau masalah Indonesia tidak cepat
diselesaikan maka besar kemungkinan Belanda akan bangkrut. Agresi
militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok di atas, yaitu
melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan
menghilangkan semua atribut kemerdekaannya, dan keadaan keuangan
Belanda yang sangat gawat.
Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud
hendak menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan
Republik Indonesia, dan menduduki daerah-daerah yang penting bagi
perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak
dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian
berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah perkebunan yang
cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih
terkumpul, mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300
juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan memakan US$
200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Sasaran yang satu lagi,
yaitu menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4
Agustus 1947 Dewan Keamanan memerintahkan penghentian tembak
4
menembak. Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas
tiga negara: satu dipilih oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu
lagi dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amreika Serikat,
Australia dan Belgia. Sjahrir memilih Australia, dan bukan India, karena
India sudah dianggap oleh dunia sebagai pro Indonesia, sedangkan
Australia adalah negara bangsa kulit putih, yang dianggap lebih obyektif
pendiriannya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh
pihak Belanda yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang
cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski
PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan Belanda
terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak berarti
bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus
mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah
didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam
oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki
namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi
Di sekitar Bekasi beroperasi pasukan kita yang dipimpin oleh Lukas Kustrayo.
Setelah pembentukan BKR ia langsung bergabung, dan pasukan yang dibentuknya
beroperasi di sekitar Bekasi. Setelah Belanda meyerang pada bulan Juli 1947
Lukas tetap beroperasi di sana dan tetap menganggu kehadiran Belanda di daerah
itu, juga setelah diadakan pengehentian tembak-menembak. Kegiatan Lukas
sangat menjengkelkan Belanda, sehingga Lukas diberi julukan ”Tijger van West
Jawa” (Harimau Jawa Barat). Belanda terus-menerus berusaha mengejar Lukas
dan pasukannya, tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka mengetahui bahwa
Lukas bermarkas di desa Rawagede, mereka menyerbu desa itu pada tanggal 9
Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan pasukannya lolos. dalam kemarahan dan
frustasi karena usaha mereka tidak berhasil, pasukan Belanda menembaki rakyat
5
desa Rawagede secara membabi buta dan membunuh 491 orang dewasa dan anak-
anak. Kekejaman Belanda ini tidak pernah kita ungkapkan ke dunia luar, karena
pada waktu itu memang kita tidak mempunyai aparat untuk melakukanya.
6
menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika Serikat
mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah
pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang
dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville, yang sedang
berlabuh di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan
sebutanPerundingan Renville.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir
Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah
Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik Indonesia
maupun Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-
masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan
Renville disepakati dan ditandatangani.
3. Hasil Perundingan Renville
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari
pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah
yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan
sederajat dengan Kerajaan Belanda.
7
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk
dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi
Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan
Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di
mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan
Linggajati. Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah
perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara,
dan di Jawa Timur, serta wilayah di mana terdapat perkebunan tebudan pabrik-
pabrik gula.
8
diplomatic yyang sulit. India dan Australia sangat aktif mendukung Indonesia di
dalam PBB, Uni Soviet juga memberikan dukungannya. Atas
permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang
dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang
kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya
menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. Atas tekanan Dewan Keamanan
PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan
akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran.
Pada bulan Januari 1948 tercapailah suatu persetujuan baru diatas kapal
Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta. Pokok-pokok persetujuan sebagai
berikut:
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agresi militer Belanda yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, yang sasaran
utamanya adalah di tiga tempat yaitu tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Sasaran mereka adalah kawasan perkebunan tembakau,
di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, serta
wilayah di mana terdapat perkebunan tebudan pabrik-pabrik gula.
Penyelesaian agresi militer yang pertama ini yaitu dengan perjanjian Renville.
B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini
sangat bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro. Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta:
Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I
http://sayyidanchiam.blogspot.co.id/2012/10/makalah-agresi-militer-belanda-i-
dan-ii.html
http://qinqinluvoz.blogspot.co.id/2011/03/makalah-sejarah-revolusi-agresi-
militer.html
11