Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada
kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari
beberapa sumber.
Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam
bahan tentang Pelangi/Warna. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh
karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima
kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Agresi Militer Belanda I .............................................................. 3
B. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia ........................ 5
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada bulan Oktober 1946 telah dilaksanakan perundingan-perundingan


hingga disepakati suatu gencatan senjata di Jawa dan Sumatera. Pada bulan
November 1946, di Linggajati (didekat Cirebon) dilaksanakan persetujuan yaitu
“persetujuan Linggajati”, yang isinya adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah belanda mengakui kekuasaan de facto Republik Indonesia atas


Jawa, Madura, dan Sumatera.
2. Pemerintah Indonesia dan Belanda bersama-sama akan membentuk suatu
negara demokrasi federal yang berdaulat, yaitu Republik Indonesia
Serikat, terdiri dari tiga negara bagian, yaitu: Republik Indonesia (Jawa
dan Sumatera), Negara Bagian Kalimantan, dan Negara Indonesia Timur
(meliputi semua wilayah Indonesia lainnya, yaitu wilayah-wilayah yang
dulu termasuk dalam Negara Hindia Timur Belanda, terbentang dari Jawa
Timur sampai dengan Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tenggara)
3. Pemerintah Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk suatu
Uni Indonesia- Belanda, terdiri dari Negeri Belanda (meliputi Negeri
Belanda, Suriname, Curacao), dan Republik Indonesia Serikat. Uni itu
akan diketuai oleh Ratu Belanda.
4. Uni Indonesia-Belanda dan Republik Indonesia Serikat akan dibentuk
sebelum tanggal 1Januari 1949 dan Uni tersebut akan menentukan
sendiri badan-badan perwakilannya untukmengatur masalah-masalah
kepentingan bersama di negara-negara anggota, terutama masalah luar
negeri.
5. Akhirnya persetujuan itu menjamin bahwa kedua belah pihak akan
mengurangi kekuatan pasukannya masing-masing dari wilayah Indonesia,
tetapi secepatnya dan konsisten dengan menjaga hukum dan ketertiban,
serta menjamin kedaulatan Republik atas semua tuntutan bangsa- bangsa
asing untuk memperoleh ganti rugi dan mengelola hak-hak serta milik
mereka di dalam wilayah-wilayah Republik

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 1?
2. Apa tujuan dari Agresi Militer Belanda 1?
3. Bagaimana kronologi peristiwa Agresi Militer Belanda 1?
4. Apa dampak dari Agresi Militer Belanda 1?
5. Perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Agresi Militer Belanda

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agresi Militer Belanda I


1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I
Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda
akibat perbedaan penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan
Linggarjati. Pihak Belanda cenderung menempatkan Indonesia sebagai
negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk.
Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya,
lepas dari Belanda.
2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer I
Adapun tujuan Belanda mengadakan agresi militer I yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan politik
Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan
Republik Indonesia.
b. Tujuan ekonomi
Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor.
c. Tujuan militer
Menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer I
Sesudah penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda
berusaha keras memaksakan interpretasi mereka sendiri dan berjalan
sendiri untuk membentuk negara-negara bagian yang akan menjadi bagian
dari negara Indonesia Serikat, sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini
diawali dengan konferensi yang diselenggarakannya di Malino, Sulawesi
Selatan, dan kemudian di Denpasar, Bali. Di sana mereka berhasil
membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu oleh orang-
orang yang pro Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung Gde Agung.
Anak Agung Gde memang sejak awal sudah memusuhi pemuda-pemuda
pro Republik di daerahnya, serta mengejar-ngejar dan menangkapinya.

3
Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan
Linggarjati ialah menjadikan negara Republik Indonesia yang sudah
mendaptkan pengakuan de facto dan juga de jure oleh beberapa negara,
kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga negara-negara
boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam pembentukan
suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda selanjutnya ialah
memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak
menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya
negara bagian seperti negara boneka yang diciptakannya di Denpasar.
Yang menjadi sasaran uatamanya ialah menghapus TNI dan perwakilan-
perwakilan Republik di luar negeri, karena keduanya merupakan atribut
negara berdaulat.
Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan
Belanda sudah gawat, dan kalau masalah Indonesia tidak cepat
diselesaikan maka besar kemungkinan Belanda akan bangkrut. Agresi
militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok di atas, yaitu
melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan
menghilangkan semua atribut kemerdekaannya, dan keadaan keuangan
Belanda yang sangat gawat.
Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud
hendak menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan
Republik Indonesia, dan menduduki daerah-daerah yang penting bagi
perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak
dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian
berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah perkebunan yang
cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih
terkumpul, mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300
juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan memakan US$
200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Sasaran yang satu lagi,
yaitu menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4
Agustus 1947 Dewan Keamanan memerintahkan penghentian tembak

4
menembak. Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas
tiga negara: satu dipilih oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu
lagi dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amreika Serikat,
Australia dan Belgia. Sjahrir memilih Australia, dan bukan India, karena
India sudah dianggap oleh dunia sebagai pro Indonesia, sedangkan
Australia adalah negara bangsa kulit putih, yang dianggap lebih obyektif
pendiriannya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa
Indonesia.

B. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia

Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh
pihak Belanda yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang
cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski
PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan Belanda
terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak berarti
bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus
mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah
didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam
oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki
namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi

Di sekitar Bekasi beroperasi pasukan kita yang dipimpin oleh Lukas Kustrayo.
Setelah pembentukan BKR ia langsung bergabung, dan pasukan yang dibentuknya
beroperasi di sekitar Bekasi. Setelah Belanda meyerang pada bulan Juli 1947
Lukas tetap beroperasi di sana dan tetap menganggu kehadiran Belanda di daerah
itu, juga setelah diadakan pengehentian tembak-menembak. Kegiatan Lukas
sangat menjengkelkan Belanda, sehingga Lukas diberi julukan ”Tijger van West
Jawa” (Harimau Jawa Barat). Belanda terus-menerus berusaha mengejar Lukas
dan pasukannya, tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka mengetahui bahwa
Lukas bermarkas di desa Rawagede, mereka menyerbu desa itu pada tanggal 9
Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan pasukannya lolos. dalam kemarahan dan
frustasi karena usaha mereka tidak berhasil, pasukan Belanda menembaki rakyat

5
desa Rawagede secara membabi buta dan membunuh 491 orang dewasa dan anak-
anak. Kekejaman Belanda ini tidak pernah kita ungkapkan ke dunia luar, karena
pada waktu itu memang kita tidak mempunyai aparat untuk melakukanya.

C. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda


1. Keampuhan Strategi Diplomasi
Harus daikui, TNI mengalami pukulan berat berat saat agresi
militer Belanda I itu. Akan tetapi, kekalahan itu tidak menyurutkan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ketika itulah
perjuangan diplomasi memegang peranan penting. Tanpa kenal lelah, para
tokoh Indonesia di luar negeri membela kepentingan Indonesia. Mereka
berusaha menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia layak
dan mampu merdeka dan berdaulat.
Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti dari munculnya reaksi
keras terhadap tindakan agresi militer Belanda. India dan Australia
mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB.Amerika Serikat
menyerukan agar Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan
Polandia dan Uni Soviet mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari
wilayah RI. Di tengah reaksi dunia internasional, pada tanggal 3 Agustus
1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk
menghentikan tembak-menembak.
2. Perundingan Renville
Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB
membentuk Commite of Good Offices (Komite Jasa-jasa Baik). Komite
itu kemudian terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara(KTN).
Anggota KTN terdiri atas wakil Australia, Richard Kiby, wakil
Belgia, Paul van Zeeland, dan wakil Amerika Serikat, Frank Graham.
Terpilihnya Australia dalam KTN merupakan permintaan pihak Indonesia,
sedangkan terpilihnya Belgia merupakan permintaan pihak Belanda.
Kemudian Australia dan Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu
Amerika Serikat.
Tugas pokok KTN adalah mecari penyelesaian damai terhadap
masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN

6
menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika Serikat
mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah
pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang
dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville, yang sedang
berlabuh di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan
sebutanPerundingan Renville.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir
Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah
Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik Indonesia
maupun Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-
masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan
Renville disepakati dan ditandatangani.
3. Hasil Perundingan Renville
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari
pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah
yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan
sederajat dengan Kerajaan Belanda.

Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi


semakin sempit. Itulah sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang reaksi
keras dari kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan
kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan
harus ditinggalkannya sejumalh wilayah pertahanan yang telah susah payah
dibangun. Ketidakpuasan yang semakin memuncak terhadap hasil Perundingan
Renville mengakibatkan Kabinet Amir Starifuddin jatuh.

Tanggal 15 Juli 1947 van Mook mengeluarkan ultimatum agar supaya RI


menarik mundur pasukannya sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Namun
pimpinan RI menolak permintaan tersebut. pada tanggal 20 Juli 1947 tengah
malam pihak Belanda melaksanakan aksinya yang pertama. Tujuan utama agresi

7
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk
dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi
Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan
Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di
mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan
Linggajati. Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah
perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara,
dan di Jawa Timur, serta wilayah di mana terdapat perkebunan tebudan pabrik-
pabrik gula.

Pasukan-pasukan bergerak dari Jakartta dan Bandung untuk menduduki


Jawa Barat (tidak termasuk banten)., dan dari Surabaya untuk menduduki Madura
dan ujung Jawa Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan
wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan
perairan dalam di Jawa. Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar Medan,
instalasi-instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang diamankan. Pasukan-
pasukan republic bergerak mundur dalam kebingungan dan menghancurkan apa
yang dapat mereka hancurkan. Dibeberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan
detik terakhir: orang-orang Cina di Jawa Barat dan kaum bangsawan yang
dipenjarakan di Sumatera Timur dibunuh. Beberapa orang Belanda termasuk Van
Mook, ingin melanjutkan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu
pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang
tidak menyukai “aksi polisional” tersebut menggiring Belanda untuk segera
menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap republic. (Ricklefs, 1989:338-
339).

Agresi ini mendorong Indonesia untuk mengadukannya pada dewan


keamanan PBB, sebab agresi tersebut telah melanggar perjanjian Internasional
yaitu perjanjian Linggajati. Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras
dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui
penyelesaian secara militer.keterlibatan PBB justru menjebak belanda pada posisi

8
diplomatic yyang sulit. India dan Australia sangat aktif mendukung Indonesia di
dalam PBB, Uni Soviet juga memberikan dukungannya. Atas
permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang
dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang
kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya
menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. Atas tekanan Dewan Keamanan
PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan
akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah


Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan
senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite
yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini
awalnya hanyalah sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa
Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN),
karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh
Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak
yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul
van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Pada bulan Januari 1948 tercapailah suatu persetujuan baru diatas kapal
Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta. Pokok-pokok persetujuan sebagai
berikut:

a. Wilayah Indonesia dibatasi oleh garis demakrasi Van Mook


b. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai
kedaulatannya diserahkan kepada RIS yang segera dibentuk
c. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan negara Belanda dalam Uni
Indonesia-Belanda
d. RI merupakan bagian dari RIS
e. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
f. Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Agresi militer Belanda yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, yang sasaran
utamanya adalah di tiga tempat yaitu tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Sasaran mereka adalah kawasan perkebunan tembakau,
di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, serta
wilayah di mana terdapat perkebunan tebudan pabrik-pabrik gula.

Agresi tersebut mendapat perhatian dari Dewan Keamanan PBB serta


beberapa negara yang juga mendukung Indonesia. Hingga akhirnya
dibentuklah Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk
Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena
beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh
Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak
yang netral.

Penyelesaian agresi militer yang pertama ini yaitu dengan perjanjian Renville.

B. Saran

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini
sangat bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Yunani. 2004. Sejarah Nasional Indonesia V. Palembang: FKIP


Universitas Sriwijaya.

Nasution, AH. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 9, Dsjarah -


AD, Bandung: Angkasa.

O. E. Engelen, dkk. 1997. Lahirnya Satu Bangsa dan Negara. Yogyakarta:


Universitas Indonesia.

Poesponegoro. Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta:
Balai Pustaka.

Ricklefs, M. C. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I

http://sayyidanchiam.blogspot.co.id/2012/10/makalah-agresi-militer-belanda-i-
dan-ii.html

http://qinqinluvoz.blogspot.co.id/2011/03/makalah-sejarah-revolusi-agresi-
militer.html

11

Anda mungkin juga menyukai