Anda di halaman 1dari 6

Sejarah dan profile singkat pahlawan 12 bangka belitung : Hasil dari

JJS alias Jalan-jalan siang menelusuri kota pangkalpinang, saya menemui


sebuah jembatan dan jalan bernama : jalan pahlawan 12. Sempat terpikirkan
kenapa nama jalan itu dinamakan pahlawan 12, kenapa harus angka 12 ?
Apakah angka 12 begitu misteri atau dikeramatkan ? (maaf bahasa penulisan
yang
lebay...)
Yups.. setiap nama jalan pasti memiliki makna tertentu, bisa sebagai
pengingat bukti sejarah masa lampau. Karena penasaran dengan angka 12,
pencarian informasi berlanjut ke perpustakaan daerah sungailiat dan
pangkalpinang serta menanyakan hal tersebut ke dukun sakti di bangka
belitung yaitu mbah google.com. Dan inilah hasilnya... Duarrr...
Sejarah angka 12

Pada djaman dahoeloe kala : Peristiwa yang sangat bersejarah terjadi di


pulau bangka yaitu perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat bangka di
pimpin oleh Kapten samad idris dan Kapten Munzir Talib dengan membawa
pasukan bernama PMB (Pasukan Berani Mati) di Bukit Ma Andil Kecamatan
mendo
barat
desa
petaling
dan
desa
cenkong
abang.
Perjuangan itu dilakukan untuk menghalau tentara Belanda di Muntok untuk
menguasai pusat pemerintahan Bangka Belitung oleh Belanda di Kota
Pangkalpinang.
Perlawanan itu terjadi bertepatan dengan jam 12.00 WIB, tanggal 12 rabiul
awal 1367 H, pertempuran terjadi di KM 12 yang mengakibatkan gugur nya
12 orang gugurnya pasukan di medan pertempuran.

Pertempuran sengit terjadi demi menghalau tentara belanda pada daerah


Kelapa, Puding, Km 16 Petaling dan Muntok dan masuk ke garis pertahanan
di KM 12.
Profile Singkat 12 Pahlawan Bangka Belitung Yang Gugur
Inilah nama-nama dan sejarah pahlawan 12 bangka yang gugur dalam
medan
pertempuran
:
1. Ali Samid
aalah seorang putra Bangka yang berasal dari Desa Nibung Koba. Semasa
pemerintahan Jepang, Ali Samid Muda pernah bekerja sebagai pegawai
Doane (pegawai pelabuhan) di Kota Agung Lampung. Setelah Jepang
menyerah kepada sekutu, Ali Samid pulang ke Koba. Mendengar kabar
bahwa Belanda kembali akan menjajh negerinya, semangat juang Ali Samid
bergelora. Ia kemudian bergabung dengan TRI yang dipimpin ayahnya yakni
H
Muhammad
Nor.
Pada hari Kamis 14 Februari 1946, Ali Samid dan ayahnya H Muhammad Nor,
berangkat ke Desa Petaling. Namun bapak dan anak ini ditempatkan
dimedan perang yang terpisah. H Muhammad Nor bertugas memimpin
pasukan di Km 16 Petaling sedangkan Ali Samid bergabung dengan TRI yang
dipimpin oleh Kapten Munzir yang mengemban tugas menarik pasukan di Km
12 dan Km 16 untuk bertahan di Pangkalpinang. Namun tiba di Km 12, Ali
Samid dan kawan-kawan diberondong senjata Belanda. Kamis, 14 Februari
1946 Ali Samid dan H Muhammad Nor gugur membela bangsa. Keduanya
dimakamkan ditempat terpisah. H Muhammad Nor dimakamkan di TPU Desa
Petaling, sedangkan Ali Samid dimakamkan satu lubang bersama sebelas
pejuang
lainnya
di
Km
12
Bukit
Ma
Andil.
2. Jamher
Berusia kurang lebih 22 tahun, berasal dari Julau Jawa bertempat tinggal di
Sungailiat dan pernah mendapat didikan Heiho di zaman Jepang. Di
Sungailiat, bersama sejumlah teman-temannya, Jamher bergabung menjadi
anggota TRI
Sama seperti Ali Samid, Jamher merupakan anak buah Kapten Munzir yang
diperintahkan untuk menarik pasukan di Km 12 dan Km 16 Petaling. Pada
saat diberondong peluru Belanda di Km 12, Jamher masih sempat

menyelamatkan seorang rekannya yang nyaris menjadi sasaran tembak


tentara Belanda. Pada saat Belanda siap menembak seoarang temannya itu,
Jamher yang pada saat itu sudah tertembak berteriak keras sambil
melindungi rekannya. Saat Jenazahnya ditemukan, mulut Jamher tampak
seperti tersenyum.
3. Saman Samin
Saman Samin berasal dari TRI Kompi Koba berumur kurang lebih 40 tahun.
Beliau seorang putra Bangka, namun tidak diketahui pasti dari desa mana.
Sebelum bergabung dengan TRI, Saman Samin hanya seorang petani.
Karena dorongan semangat berjuang Saman Samin meninggalkan kebunnya
dan berjuang bersama TRI. Kamis 14 Februari 1946, ia ditugaskan
mendampingi Kapten Munzir untu menarik pasukan di Km 12 dan Km 16
Petaling.
4. Kamsem
Berasal dari Semarang Jawa Tengah berumur antara 20-22 tahun. Kamsem
ditugaskan ke Bangka bersama beberapa TRI dari Palembang untuk
membantu kekuatan TRI di Bangka. Ia ditugaskan di Pangkalpinang dan
bersama Kapten Munzir hendak menarik pasukan di Km 12 dan Km 16
Petaling.
5. A Madjid Gambang
A Madjid Gambang merupakan TRI dari kompi Belinyu, kelahiran
Pangkalpinang, beliau seorang pejuang yang terkenal pemberani dan
berwatak keras. Jiwa patriotiknya sudah tertanam sejak kecil. Selalu
mengutamakan kepentingan bangsa daripada kepentingan keluarga. A
Madjid Gambang termasuk TRI pilihan, bersam 19 orang TRI lainnya, ia
masuk dalam jajran inti Pasukan Berani Mati (PBM) yamg bermarkas di
belinyu pimpinan Kapten Saman Idris. Berdasarkan nama ke 20 orang
anggota PBM yang dipimpin Kapten Saman Idris, A Madjid Gambang
merupakan satu-satunya anggota PBM yang gugur di KM 12. Ia gugur dalam
usia yang masih sangat muda, kurang lebih 21 tahun.
6.

Karto Saleh
Karto Saleh lahir di Desa Petaling Kecamatan Mendobarat, usianya kurang
lebih 21 tahun. Ayahnya bernama Saleh asalPulau Jawa yang saat itu
menjadi penghulu di Desa Petaling. Sedangkan ibunya bernama Jar, Warga
Desa Petaling. Saat terjadi pertempuran di Km 12, Karto yang merupakan
anak buah Munzir Thalib ini mendapat perintah menarik pasukan TRI di Km

12 untuk kemudian bertahan di Kota Pangkalpinang. Namun begitu tiba di


Km 12, Karto yang saat itu sebagai sopir yang membawa Munzir dan lima
orang TRI lainnya langsung diberondong oleh tentara Belanda. Karto, putra
Desa Petaling itu gugur di tempat. Beliau mengalami luka tembak di bagian
kening, tepat diantara kedua matanya.
7. Suardi Marsam alias Bugel
Jiwa patriotiknya mulai terpupuk saat ia menjadi anggota Heiho. Ketika Heiho
dibubarkar, pejuang yang berasal dari Kampung Jawa Belinyu ini bergabung
dengan TRI Kompi Belinyu. Suardi yang akrab dipanggil Bugel berwatak
keras pantang menyerah. Ia pernah keluar dari TRI tanpa diketahui alasan
yang jelas. Namun pada saat mengetahui rencana Belanda untuk kembali
menguasai pulau Bangka, semangat patriotik suardi berkobar dan
memutuskan untuk bergabung kembali dengan TRI. Ia gugur dalam usia
yang
masih
muda,
kurang
lebih
22
tahun.
8. Abdul Somad Tholib
Sebelum bergabung dengan TRI Bangka, Abdul Somad Tholib menjadi
anggota Heiho dan bertugas di Palembang. Ketika Heiho dibubarkan, Abdul
Somad Tholib pulang ke kampung halamannya yakni Kampung Jawa Belinyu.
Di Belinyu ia bersam asejumlah rekannya bergabung menjadi anggota TRI.
Pada tanggal 14 Februari 1947, Abdul Somad Tholib gugur membela bangsa
dalam usia antara 20-22 tahun.

9. Adam Cholik
Adam Cholik juga berasal dari Kampung Jawa Belinyu. Seperti halnya Abdul
Samad Tholib, Adam Cholik juga pernah ditugaskan di Kota Palembang
sebagai anggota Heiho. Ketika RI merdeka, Heiho dibubarkan, Adam Cholik
dipulangkan
ke
kampung
halamannya.
10. Sulaiman Saimin
Sulaiman Saimin adalah sosok pribadi pendiam namun memeiliki semangat
juang yang berkobar. Beliau juga mantan anggota Heiho dari Palembang dan
kemudian bergabung dengan Kompi TRI Belinyu. Dalam perjalanan saat
hendak menuju medan perang Km 12, Sulaiman sempat dicegat oleh Saimin
ayahnya agar Sulaiman mengurungkan niatnya untuk bertempur. Namun
demi sebuah perjuangan, Sulaiman putra Kampung Jawa Belinyu ini tidak
menghiraukan bujukan ayahnya. Dia terus melanjutkan perjalanan ke Km 12
Petaling bersama TRI serta Pasukan Berani Mati dari Kompi Belinyu.
Beberapa hari sebelum berangkat ke Km 12 Petaling, Sulaiman berjanji

dengan kekasihnya seorang warga keturunan, untuk menikahi gadis itu


sepulang dari medan perang. Hal ini pula yang sebenarnya membuat ayah
Sulaiman memeinta anaknya itu untuk tidak ikut bertempur lantarana
hendak dikawinkan. Namun janji suci itu tidak tersampaikan, Sulaiman gugur
setelah sebutir peluru menembus keningnya. Ia dikuburkan dalam satu
lubang bersama 11 pejuang yang gugur lainnya. Ketika dilakukan penggalian
dan pemindahan kerangka keduabelas pahlawan itu pada tanggal 8
November 1973, salah satu kerangka (tengkorak) yang masih dikenali oleh
pihak keluarga pejuang adalah kerangka Sulaiman. Saat digali tengkorak
kepalanya masih utuh dan ditemukan sebuah gigi emas yang masih melekat
di rahang atas tengkorak. Gigi emas ini pula yang menjadi petunjuk bagi
keluarganya
mengenal
tengkorak
Sulaiman.
11. Salim Adok
Tak banyak yang mengetahui asal ususl beliau termasuk kiprah
perjuangannya. Namun dalam catatan perjuangan Muchtar Cholik, Salim
Adok
merupakan
anggota
TRI
Kompi
Belinyu.
12.

Apip Adi
Usianya diperkirakan sekitar 20 tahun. Apip Adi berasal dari Desa Air Duren
Kecamatan Mendobarat. Menurut keterangan Yohansyahsalah seorang
keponakan Apip Adi, saat bertempur di Km 12, kondisis Apip Adi sedang
tidah sehat badan. Sementara keterangan dari H Separdi dan Daud (alm),
saat bertempur melawan Belanda, Apip Adi naik diatas pohon cempedak tak
jauh dari sisi jalan. Beliau banyak menembak tewas tentara Belanda. Saat
jenazahnya diketemukan, tubuh Apip Adi dipenuhi peluru. Ia tertembak saat
sedang melakukan perlawanan sengit dari atas pohon cempedak.
Saya merasa ngeri saat melihat jenazah beliau. Tubuhnya dipenuhi bekas
tembakan dan peluru. Ia seorang pejuang yang gigih takpantang menyerah,
kenang H Separdi yang mengaku hadir saat pemakaman Apip Adi dan 11
orang rekannya, pada hari Kamis malam 14 Februari 1946.
Setelah mengetahu profile singkat dari para pahlawan 12, sungguh luar
biasa perjuangan mereka menghalau tentara Belanda.

Anda mungkin juga menyukai