Karena keringatmu
Mohonlah pada tuhan semoga kami menjadi bintang terang di ufuk hitam.
Andai kata matahari tiada
Majulah Terus Siswa Indonesia
Adalah guru
Yang mendidik ku
Setitik peluh mu
Untuk Murut-muritnya
Terimakasih Guru
Kaulah pembimbingku
Kaulah pengajarku
Kaulah pendidikku
Guru.
Itulah julukan mu
Guru.
Guru ku.
Terimakasih
Guru..
Guru
Setiap kali engkau masuk kelas, engkau selalu membawa hal-hal baru di dalam
hidupku
melangkah maju
Kini, hidupku sudah sedikit berubah, aku slalu ingin mencoba tanpa keluh dan
kesah
Aku harap aku dapat terus berkembang menjadi apa yang telah guru ajarkan di
dalam hidupku
Mungkin aku bukan murid terbaik untukmu tetapi aku akan berusaha menjadi
Dahulu kala, hiduplah seorang gadis bernama Mah Bongsu. la sudah yatim
piatu dan bekerja sebagai pembantu di rumah Mah Piah, seorang perempuan
tua yang sangat serakah dan mempunyai seorang anak bernama Siti Mayang
yang bersifat sangat mirip dengan ibunya.
Pada suatu hari, seperti biasa Mah Bongsu pergi ke sungai untuk mencuci
pakaian. Seekor ular yang melintas di dekatnya membuat Mah Bongsu
sangat ketakutan. Namun, ular tersebut tidak menyerang Mah Bongsu, ia
berenang di sekitar gadis itu sambil menunjukkan luka-Iuka di kulitnya.
Merasa kasihan melihat luka ular tersebut, Mah Bongsu memberanikan diri
mendekati ular tersebut dan mengambilnya. Dibawanya ular tersebut ke
rumahnya dan diletakkan di kamarnya.
Setiap kali kulit sang ular terlepas, Mah Bongsu memungutnya dan
membakarnya. Jika asapnya mengarah ke Singapura, tiba tiba terdapat
tumpukan emas dan berlian. Jika asapnya mengarah ke kota Bandar
Lampung, akan berdatangan berkodi-kodi kain sutra Lampung.
Dalam waktu singkat Mah Bongsu menjadi gadis kaya raya. Penduduk sekitar
merasa heran dengan kekayaaan Mah Bongsu. Namun, Mah Bongsu adalah
orang yang dermawan. la selalu membantu penduduk sekitar dengan tulus.
Akhirnya, kekayaan Mah Bongsu diketahui oleh Mah Piah dan Siti Mayang.
Mereka pun berusaha mencari tahu darimana asal kekayaan tersebut. Suatu
waktu, mereka melihat seekor ular yang sudah terkelupas kulitnya di kamar
Mah Bongsu yang diyakini sebagai hewan ajaib yang mendatangkan harta
kekayaan.
Ibu dan anak ini pun pergi ke hutan mencari ular. Mereka mendapati seekor
ular berbisa yang dibawanya pulang, kemudian dilepaskan di kamar Siti
Mayang. Mereka beranggapan bahwa ular tersebut akan mendatangkan
kekayaan berlimpah. Namun, yang mereka dapati justru malapetaka. Siti
Mayang meninggal dunia, karena disengat oleh ular berbisa tersebut.
Sementara itu, ular yang dirawat oleh Mah Bongsu telah sembuh. Suatu hari,
ketika Mah Bongsu akan memberinya makan, ular itu berkata kepada Mah
Bongsu, "Malam ini, tolong antarkan aku ke sungai".
Konon, karena kejadian tersebut, desa itu dinamakan Desa Tiban oleh
penduduk, yang berarti ketiban rezeki. Sementara itu, sungai tempat sang
Pangeran melamar Mah Bongsu, dinamakan Sungai Jodoh, karena dipercaya
sebagai tempat bertemu jodoh.
Pesan moral dari adalah jika kita mendengar kebaikan, kita akan
mendapatkan kebahagiaan.
Cerita Dongeng Bangka Belitung : Asal Usul
Pulau Kapal
Dahulu kala, tinggalah sebuah keluarga yang sangat miskin di dekat Sungai
Cecuruk yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung.
Keluarga ini memiliki seorang anak yang sangat rajin. Mereka sekeluarga
hidup dari hasil menjual buah-buahan dan daun-daunan yang mereka petik
dari hutan ke pasar. Setiap hari, sang anak ikut ayah dan ibunya mencari
hasil hutan.
Suatu hari, sang ayah pergi ke hutan untuk mencari bahan makanan. Ketika
sedang menebang rebung, ia menemukan sebuah tongkat di antara
rumpunan bambu. Ternyata, tongkat itu berhiaskan intan permata dan batu
merah delima. Sang ayah bertanya-tanya dalam hati, siapa pemilik tongkat
itu. Sang ayah segera membawa pulang tongkat itu dan menunjukkan
kepada istri dan anaknya.
Sebaiknya kita simpan saja benda ini, siapa tahu nanti ada yang
mencarinya," ujar sang ayah.
Namun, kita tidak mempunyai lemari untuk menyimpan benda ini, Pak. Aku
khawatir nanti malah dicuri orang,"" jawab sang ibu.
"Kita jual saja tongkat itu, sehingga kita tidak perlu repot menyimpannya,"
usul si anak. Akhirnya, ayah dan ibunya setuju dengan usulan anaknya itu.
"Pergilah kau ke negeri seberang, Nak. Jual tongkat ini lalu kembalilah
pulang," kata sang ayah.
Anak itu pun berangkat ke negeri seberang. Tongkat berharga itu berhasil
dijualnya dengan harga tinggi. Namun, sang anak tidak segera pulang ke
kampungnya, ia memilih menetap di negeri itu dengan uang hasil penjualan
tongkat berharga.
Kehidupan sang anak berubah sangat drastis. la menjadi kaya raya serta
bergaul dengan kalangan dan saudagar-saudagar kaya. Bertahun-tahun ia
tidak kembali ke kampungnya. Kemudian, sang anak menikah dengan putri
salah satu saudagar terkaya di negeri itu.
Ketika sampai di sekitar Sungai Cecuruk, sang anak teringat akan kampung
halamannya, kapal pun sandar di sungai tersebut.
Berita kedatangan sang anak pun didengar oleh orangtuanya. Ibunya segera
menyiapkan makanan kesukaan anak itu dan pergi menemuinya dengan
rindu yang terpendam selama bertahun tahun.
"Ini ibu dan ayahmu datang, Nak!" seru ibunya ketika sampai di kapal mewah
sang anak.
Lelaki muda itu tertegun melihat siapa yang datang. la tidak mau mengakui
ayah dan ibunya yang renta clan miskin.
Hancurlah hati kedua orangtua sang anak. Dengan berucuran air mata,
mereka meninggalkan kapal sang anak. Ibunya tak kuasa menahan sedih
dan sekaligus amarahnya.
la pun berucap, "Jika saudagar kaya raya itu benar anakku, semoga
karamlah kapal itu bersamanya."
SeIah kata-kata itu terucap, tiba-tiba muncul badai dan gelombang laut
sangat besar,dan tinggi menelan kapal mewah sang anak beserta istri dan
awak kapal.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Bangka Belitung : ASal Usul Pulau Kapal
adalah jangan pernah durhaka kepada orang tua. Kebahagiaan mu
tergantung pada baktimu kepada orang tua.