Anda di halaman 1dari 18

THE MEANING OF LOVE

Karya Grace Nandalena


Braakkk!!!!

Aku memukul meja karena kesal. Berbekal muka kusut dan bibir cemberut berhasil membuat mama berdecak
melihatku.

“kenapa kok mukanya kaya di tekuk gitu?” Tanya mama dengan lembut. Ku balas dengan masuk ke kamar tanpa
menghiraukan pertanyaan mama. Mama hanya menggelengkan kepalanya. Mungkin heran dengan tingkah laku anak
pertamanya ini yang pulang dari sekolah membawa suasana badmood.

“uuh! Kenapa sih harus kaya gini ceritanya!! Aku selalu dapat masalah setiap aku menginginkan sesuatu. Termasuk
menyukainya!!! Argh!” gurutuku kesal.

Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang mempunyai nasib sial. Ya, setiap ada yang perhatian ke
aku, aku selalu membiarkannya sampai 1 minggu, jika tetap perhatian, kesimpulan sememtaraku adalah dia suka
kepadaku. Setidaknya simpatik padaku.

Tetapi, setelah 1 bulan ku rasa perhatiannya semakin sering menimpaku. Yang di status facebook sering kaya
bales-balesan, sering sindir-sindiran, dsb. Jadi, statusku sama si-doi nyambung kalo digabungin. Jelas dan ketara banget.

Tapi aku gak GR dulu. Dan selama 3 bulan begitu mulu. Lama-lama hatiku ke bawa juga. Yang semulanya gak
suka dan nganggep temen biasa, eh, malah suka.

Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata temen yang sering curhat sama aku juga suka sama si-doi. Gila!!!

*Aku harus gimana ni?* kata yang selalu ku ucapkan ketika temenku akan mengawali curhatannya.

Padahal, temen yang suka sama si-doi gak cuma satu. Dan kebanyakan yang curhat sama aku. Ya Tuhan, kenapa
engkau memberi hamba cobaan berat seperti ini.

Aku meletakkan tasku dan membuang badanku ke kasur untuk merebahan diri sembari berfikir. *Kenapa aku
dulu terjebak di hatinya!!* batinku.

Tok tok tok

“masuk” ujarku. Krreeeekk! “sayang, makan dulu yuk! Kamu belum makan siang, mama sudah siapin makaman
kesukaan kamu” ajak mama dengan nada lembut.

“nggak ah ma” meniarapkan tubuhku di kasur dan menyembunyikan kepalaku di bawah bantal. “aku ngantuk! Aku tidur
dulu ya ma…”

“ya sudah, jangan lupa pakai selimutnya” saran mama. Aku hanya mangut-mangut membalasnya.

Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan kepada
mama seperti itu karena aku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.

Tar! Jedyaaaaarrrrrr!!

Suara halilintar membangunkan lamunanku. Aku terkejut dan menutup telingaku. Aku ambil selimutku dan ku
tutupi seluruh badanku dengan selimut.

Tapi setelah aku sadar. Aku bangun dari tempat tidurku. Mangambil baju baby doll-ku dan bergegas menuju ke
kamar mandi. Hujan tidak menaklukkan-ku untuk tidak segera mandi.

“Sudah bangun sayang? Kok cepet bangun? Biasanya lama kalau tidur?” ujar mama ketika melihatku keluar dari kamar.
“aku nggak bisa tidur ma. Panas!” jawabku sambil berlalu.

Mungkin sebagian anak menganggapku kurang ajar dan durhaka kepada orang tua karna tidak menjawab
pertanyaan orang tua dengan sikap yang baik tetapi sambil berjalan begitu saja.

Hari ini cuaca begitu panas. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat akan dia. Si-doi pernah duduk berdapingan
denganku saat aku menunggu jemputan. Teman si-doi berdiri di sampingnya. Mereka mengobrol layaknya ibu-ibu yang
sedang arisan. Topiknya berbeda dan ribet menurutku.

Ternyata 3 menit kemudian, jemputanku datang. Ah, senangnya! Aku dapat terbebas darinya.

Tapi ternyata, setelah aku naik, si-doi masih tetap memperhatikan aku sampai di ujung jalan. Dan bodohnya
aku, aku juga memperhatikannya. Duh!
Aku memukul jidatku sendiri dengan telapak tanganku setelah meletakkan baju di kamar mandi karna
memikirkan peristiwa itu. Ternyata aku tak dapat melupakannya.

Suara tetesan showerku mengiringi suara derasnya hujan. *ternyata sudah hujan, akhirnya suhu kembali dingin
lagi* batinku.

Keluar dari kamar mandi, aku bergegas masuk ke kamar. Melewati mama yang sedang membaca majalah
kesukaannya. Tetapi aku berhenti di tengah jalan. Terlintas di benakku untuk mencurahkan isi hatiku kepada mama.

Aku membalikkan badan dan menghampiri mama. “ada apa? Kok tumben duduk di sebelahnya mama?” tanya
mama terheran-heran.

Aku diam.

Berfikir mencari dan menyusun kata-kata untuk memberi tahu mama semuanya. “lho? Kenapa diam?” Tanya
mama sekali lagi.

“em, apa jangan-jangan ada masalah di sekolahmu sampai kamu mau cerita sama mama tapi dak berani? Ada apa
sayang?” ujar mama sambil menutup majalahnya dan mengalihkan perhatiannya kepadaku.

“eumm, mah. Mama waktu suka sama papa mulai kapan?” tanyaku perlahan. Mama hanya tersenyum. Sepertinya
mama mengerti mengapa aku datang mendekati mama.

“anak mama mulai suka sama orang lain ya?” Aku mangut-mangut dengan perlahan. Aku malu mengatakannya pada
mama. Tidak ada yang tahu perasaanku.

“nggak papa kamu suka sama lawan jenis. Itu wajar. Mama memakluminya” Mama seperti meneguhkan hatiku. Aku
mulai memberanikan diri bercerita pada mama tentang semuanya.

Mama mendengarkannya dan sesekali tersenyum karena senang. Entah apa yang ada di hati mama, aku tak
tahu.

Akhirnya, aku selesai bercerita pada mama. Mama diam sejenak, lalu berkata

“Sayang, menyukai lawan jenis itu wajar. Tetapi jangan kamu terjebak di dalamnya. Banyak orang yang mengenal hal itu
hingga mereka terjebak sendiri di dalam lingkaran kelam itu. Sebenarnya cinta itu suci, murni dan penuh kasih sayang.
Tapi, cinta bisa jadi bumerang kita untuk menuju kematian”

Aku mengerutkan dahi. Kata-kata mama mulai tidak ku mengerti, tetapi sungguh sulit ku ungkapkan. *kenapa
bisa di ujung kematian?* tanyaku dalam hati.

Sepertinya mama tahu maksud expresi yang tak berbentuk ini.

“cinta itu bisa membutakan banyak orang. Sehingga kebanyakan orang tidak mau menggunakan logikanya untuk berfikir
tentang cinta. Bila mereka patah hati, mereka bisa melakukan hal yang fatal untuk menyalurkan kekecewaannya. Jangan
sampai hal itu terjadi padamu nak”

Aku mulai faham. Mama menasehatiku agar aku tak terjebak dalam lubang cinta.

“mengagumilah sewajarnya. Jangan berlebihan. Mama tidak melarang kamu. Tapi sebaiknya kamu fikirkan dulu baik-
baik bagaimana dengan masa depan kamu” mama munutup nasehatnya dengan mengelus pelan rambutku dan
meninggalkanku sendiri termenung.

Aku mulai berfikir tentang hal itu.

Dan aku mulai sedikit melupakan dia. Meskipun dia masih ada di hatiku. Aku mendengar kabar bahwa dia
sedang menjalin hubungan lain dengan seorang gadis.

Aku tak menangis maupun patah hati. Ketika berita burung itu datang dan menyebar, aku tahu suatu saat akan
menjadi benar berita itu. Aku tahu dari awal.

“hehf “ aku tersenyum kecil sambil menghebuskan nafas.

Aku sudah tahu. Jangan pertahankan cinta ketika cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Karna nasehat
mama, aku tahu segalanya.

Entah sekarang berita burung itu benar atau salah. Hanya dia dan gadis itu yang tahu. Senyuman kecil menghiasi
wajahku.
JALAN CINTAKU....!!!!
Karya Rahayu Nur Rahmawati
Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah sahabat, kita
tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan nama Rama. Tak ada sedikitpun
angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah
mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku
bukan sebagai sahabat ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau
membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu, ada kebimbangan
dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia
baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada
yang mengetahui, hanya aku dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku
takut jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci kepadaku.
Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu sekolah, saat kita memilih sekolah
yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan
setelah ku mengetahui hatinya juga tlah berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.

‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi kecocokan dalam
hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”

Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin hubungan
dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu terhadap hubungan ku dengan orang
ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir
berkata lain, Adrian meninggalkan aku dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua
bagiku, tak kusangka dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari
semua kenyataan pahit ini.

‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari pada aku “

Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba melupakan dan
menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit ini semakin terasa, disaat dia tak
mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.

‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan hati yang lain, tapi
tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang seperti dulu.

‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku sayang kamu sebagai
sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu. Yang aku
tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia menyerah tuk meluluhkan hatiku,
selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku. Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan
selau buatku bahagia.

‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa lalu, aku berjanji tak
kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali tuk mencoba
menjalin hubungan spesial dengan Rama.

‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku mohon jangan sakiti
dan khianati diriku ini’’

Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian dan kasih
sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada kebimbangan dalam hatiku, aku masih
bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia?? Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga
sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan
bahwa aku juga menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang membuatku jengkel.
Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih
lama dengannya. Walaupun ku coba hindari pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek
kepadanya, dia selalu mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari
bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan
kita selama ini.

Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua orang tuaku.
Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir. Ku coba bicara hal ini pada Rama,
tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia.
Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan
hubungan ini. Sungguh, jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas.
Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena kebetulan banget
pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya double date gitu deh. Seru juga double
date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau,
tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin. Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan
ternyata dia telah memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas
senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,

‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.

‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.

‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’

‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’

‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu. Dia kemudian
mengajukan pertanyaan kepadaku.

‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’

‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas

‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku, rasanya tubuh ini makin
lemas bahkan mau pingsan.

‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’

‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’

‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku sangka air mata ini
menetes begitu deras.

‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.

‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.

‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’

‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’

‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’

‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan mendapatkan restu’’

‘’ apa kamu yakin?’’


‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.

‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.

‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’

Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin lepas dari
pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari ini semuanya akan berakhir
begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan belum berakhir.

Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu menemani tawaku,
dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku bersedih. Rasanya sayang ini semakin
kuat.

Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat kesekolah
esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan kami berencana berangkat agak
siang dari pada biasanya.

Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku dan Isna
berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan baru Rama yang disana, Putra
belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal
sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang
sama. Kami memang berbeda-beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan
bertemu di depan gerbang sekolah.

Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku melayang tinggi. Dia
berkata padaku

‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah, pengen banget “

‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi apalah daya itu mustahil
terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan sekolahku, ku
tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.

‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’

‘’ aku nunggu Isna ‘’

‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’

‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’

‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’

‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya nungguin
Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya gerbangpun ditutup, dan ada salah
seorang temanku yang baru datang.

‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku

‘’ nunggu Isna, dia belum datang”

‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget

‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’

Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga. Dia datang
dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami menunggu. Saat kami akan masuk, pak
satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak
yang lain, mungkin ada yang telat lagi. Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus
berbaris dengan rapi, dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama
ketua osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis, kami harus
berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget deh, diketawain dan dilihat sama
anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai kantung kresek.

Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang penting bisa
bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin akan selalu
teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu menjemput Isna, dan kami
menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang
melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang
lucu sih dari hubungan aku dan Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang
satunya juga bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia. Kalau lagi
berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau lagi baikan dan nggak ada
masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng
bareng.

Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia uda nggak
perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya memang bulan puasa ini
menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua orang tuaku
masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata padaku “ aku sungguh
menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia
memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari manisku.

“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap Rama dengan tatapan
mata yang sendu

‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “

Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar menyayangi aku.
Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak kan ada nantinya yang memisahkan
aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh Rama putus, dan
ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku bertanya-tanya apa yang sebenarnya
terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa kalung pemberiannya itu putus.

‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama

‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”

‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “

‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’

‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “

Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah ada yang
tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat rekreasi waktu SMP dulu uda ada
bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah , dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat
terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan
tidak untuk bersama. Tapi, selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,

‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “

‘’ aneh bagaimana?”

‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “

‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “

‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “

‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “


Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah padanya, dan
mungkin ia juga marah padaku.

Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku pesan atau
menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima darinya, semakin jengkel ku rasa,
dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan menghubungi aku. Tapi,
hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan

‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda nggak punya pacar ?’’

‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep kalau nggak punya
pacar “

‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku kalau nggak ngirim
pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”

‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “

‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas pesan
darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb). Saat itu ku terima pesan, dan
anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya di pesan itu ia bertanya

‘’ ini pacarnya Rama?”

‘’iya”

‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’

‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’

‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?

‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’

‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’

‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.

‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’

‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak ada kata-kata putus
tuh !!”

‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’

‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’

‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’

‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’

‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “

‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’

‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’

Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku masih mencoba
untuk tetap tenang.

‘’apa,? nggak mungkin “

‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “

‘’ kalian uda pacaran?’’

‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar aku kak !!

‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian

‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “

‘’oh, gitu ya..!!’’

‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’

Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.

‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’

‘’ terserah “

‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “

‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’

‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita putus, masa’ aku nggak
bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!

‘’ terserah apa kata kamu aja “

‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “

Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini hancur
banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak, pengen marah, tapi rasanya aku
nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi
putus dan hubungan sudah benar-benar berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari
hubungan ini berjalan dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.

‘’ aku uda putus sama Rama “

‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”

‘’uda lah, nggak apa-apa “

‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal lebih dulu,”

‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’

‘’ ma’afkan aku ya !!’’

‘’ya, moga kalian langgeng!!”

‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “

Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga kalian langgeng”,
muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah bilang amin. Rasanya pengen aku
mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak belur.

Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan menolak,
aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang kalau dia lagi sibuk, tapi
menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat
marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan
lebih enak dari pada Cuma lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.

‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi dan mencintai dia,
aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka. Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela untuk melepas
begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah kenyataan yang harus aku hadapi,
air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa
hubungan ini kan berakhir, dengan semua pertanda yang ada selama ini.

“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam diriku, dia yang telah ku
percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia yang temani tawaku, dia yang hilangkan
dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi
lagi, apa salahku, apa kurangku hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua
kenangan antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari dendam,
berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi semua ini. Ku serahkan semua ini
padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami,
dan engkau pula yang pisahkan kami ya allah”

Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan semua air
mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena ku percaya dan aku pasti bisa
hadapi semua ini.

Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku buka
ternyata itu pesan dari Rama.

‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak mungkin aku bisa
memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah
berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini dengan baik.”

Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan tetap tegar, aku
tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on, move on dan
move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia. Kini entah apa yang akan terjadi
selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan
sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi
rahasia Tuhan dan ku coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya
Allah yang tahu.
TRUE LOVE
Karya Dina Pertiwi
Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan itu? Akan "Cinta Sejati" yang konon katanya dimiliki oleh semua orang?
Cinta yang katanya sangat indah dan menyenangkan? Mitos cinta sejati yang terus menerus melolong dihatiku.

***

Kupandangi bingkai biru di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum menatap benda yang ada didalam bingkai itu.

Bukan sebuah foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh. Kertas catatan PKN yang aku robek dari buku
miliknya 2 tahun lalu saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak tahu aku merobek buku catatanya. Bahkan, mungkin
dia tidak mengenalku. Aku hanya satu dari ratusan penggemarnya di sekolah.

Dia bukan artis. Dia adalah siswa tampan dan cerdas di sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga.
Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu
menunjukkan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa ataupun menegurnya. Aku
menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil diam- diam untuk kenang- kenanganku karena aku tahu dia akan
melanjutkan study ke L.A.

Aku kembali tersenyum manis saat melihat robekan catatan itu. Orang bilang, apapun itu, jika memang jodoh,
maka dia akan kembali lagi dan lagi. Dan aku percaya dia akan kembali kulihat.

Aku mengeluarkan kertas itu dari bingkainya. Kupeluk- peluk dan kubelai. Ku ajak tertawa dan tersenyum.

Gila. Konyol memang. Setelah puas dengan kegiatanku itu, aku meletakkan kertas itu di atas meja belajarku.
Dan...

Syuuuut...

Angin bertiup menerbangkan kertas kenangan itu keluar jendela dan jatuh dipekarangan. Dengan sigap aku
keluar rumah dan mengejar kertas itu. Itu adalah satu- satunya milikku yang mampu membuatku mengingatnya.

Saat aku hampir mendapatkanya, angin kembali meniupnya menjauhiku. Argh! Angin ini! Batinku kesal.

Aku kembali mengejar kertas itu. Dan saat aku hampir mendapatkannya kembali...

"Argh!! Sial banget sih?! Malah keinjek lagi!" seruku kesal saat tahu kertas itu di injak seseorang. Orang itu mengambil
kertas yang ada di injakannya itu. Aku masih menatap jalanan berdebu dengan kesal.

"Jadi, daritadi kamu ngejar kertas ini ya?" ucap orang itu. Suara bariton yang ku kenal. Ku tengadahkan kepalaku
menatap wajah dari si pemilik suara.

DEG!!!

Di... Diakan? Diakan pemilik kertas itu sebenarnya? Vigo. Cowok tampan, keren dan pintar itu... Bagaimana bisa?

"Ma... af. Aku ngerobek kertas itu...."

"gapapa kok Dina. Beneran deh gapapa. Karena, aku juga udah foto kamu diam- diam waktu itu." akunya padaku. Dia...
Tau namaku?

"foto?! Diem- diem?"

"Lebih baik, kita nostalgianya ditaman aja deh." ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.

***

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Fotoku ada dalam dompet Vigo?

"Aku dulu suka banget sama kamu Dina. Karena, kamu itu satu- satunya cewek yang gak pernah negur aku. Kamu cuek
dan aku suka itu." ucapnya sambil tersenyum.

"Dulu, aku berharap bisa kenal dan pacaran sama kamu. Tapi, dekat kamu aja aku udah gemetaran, apalagi ngobrol
sama kamu..." ucap Vigo lagi. Lalu dia menatap robekan kertas itu.

"Aku tau kok, kamu ngerobek kertas ini. Cuma aku pura- pura gatau aja. Aku seneng banget waktu kamu robek kertas
ini. Karena itu artinya, kamu juga suka sama aku. Iyakan?" ucapnya yang membuatku tersipu malu.
"Ikh... Kok diem aja?" ujarnya sambil mencubit pipiku pelan.

"aku bingung mau ngomong apa..."

"Kamu percaya mitos True Love gak?"

"True Love? Emang ada?" tanyaku.

"mulanya, aku juga gak percaya. Tapi malem ini aku percaya. True Love aku udah aku temuin lagi. Aku suka kamu."
ucapnya sambil natap bintang.

"udah jam 12 belom?" tanyanya.

"udah. Udah jam 12 tepat."

"Happy Birthday Dina :). Will you be My True Love?"

Apakah dia menyatakan perasaannya. Tanpa sadar, aku mengucapkan

"yes. I will."
KISAH MANIS YANG TERKENANG
Karya Tazkiyatun Nisa
Namaku Syla. Aku anak tunggal di keluargaku. Ayah dan Ibu sangat sayang kepadaku. Jika aku menginginkan
sesuatu, pasti terpenuhi. Ayah dan Ibu selalu mengontrol apa saja kegiatan yang aku lakukan di luar rumah, seperti les
piano, berlatih tennis, dan kegiatan lainnya. Kadang aku kesepian di rumah, kalau ayah dan ibu belum pulang dari
kantornya. “Seperti ini tah rasanya tak punya saudara kandung, tak bisa curhat, bercanda, nonton film dan karaokean
bareng?” gumamku.

Menjelang Pagi

Pagi pun datang, alarm sudah berbunyi. Aku membuka mata perlahan-lahan, mengambil alarm yang ada di
meja, samping tempat tidur, dan aku langsung menghentikannya. Walau mataku belum sepenuhnya terbuka, tapi aku
segera bergegas ke kamar mandi. Kuambil handuk yang berwarna kuning dari dinding samping kamar mandi, lalu
kurasakan dinginnya air yang mengalir di tubuhku, membangunkan jiwa ragaku. Makanya aku langsung membuka mata
selebar mungkin. Setelah mandi dan Shalat Shubuh, aku langsung bersiap memakai pakaian seragam sekolahku. Sambil
memasang ikat pinggang, kubuka tirai jendela kamarku yang berbalut warna biru muda itu. Kubuka jendela kamar, dan
ku hirup udara segar di pagi hari, benar-benar menyejukkan dan menyehatkan. Aku kembali ke cermin, berdandan,
memakai kerudung warna putih, dan bros pink yang aku jepitkan pada dada kiriku. Tak lupa aku memakai jam tangan
dan kacamata berbalut warna cokelat yang tergeletak di meja ungu samping tempat tidurku.

Aku segera mengambil tas dan memakai sepatu. Aku keluar dari kamar, buru-buru menuruni anak tangga. Di
bawah, ibuku yang memakai baju kantor dan berkerudung itu sudah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Kulihat
ayah dan ibu sedang sarapan bersama. “Selamat Pagi!” sapaku pada Ayah dan Ibu. “Pagi anak Ibu yang cantik,” jawab
Ibu sambil tersenyum manis. “Hari ini kami pulang agak sore ya, Nak!” kata Ayah. “Iya cantik, maaf ya.. kamu gapapa
kan sendirian di rumah?” sambung Ibu. “Tidak apa-apa kok Bu! hehe” jawabku. Lalu aku duduk di kursi, mengambil roti
dan memilih selai cokelat untuk memanjakan mulutku di pagi ini. Sesudah sarapan, aku berpamitan kepada Ayah dan
Ibu. “Ibu, Ayah, aku berangkat dulu ya.. Assalamu’alaikum.” sambil mencium tangan Ayah dan Ibu. “Wa’alaikumsalam
warahmatullah, hati hati ya, Nak” jawab Ayah dan Ibu serentak. Karena jalan ke sekolahku dan kantor mereka tidak
searah, aku berangkat sendiri ke sekolah, tidak diantar Ayah & Ibu. Tapi aku pernah diantar oleh ayah, saat ayah sedang
libur. Aku membuka pintu, lalu keluar, kudorong gerbang berwarna cokelat emas yang ada di halaman rumahku. Aku
segera mencari taksi untuk mempermudah transportasi ke sekolah.

Pulang Sekolah

Aku pulang sekolah menjelang Maghrib. Aku turun dari mobil temanku, Salsha. “Pak. Aji & Salsha, makasih udah
nganterin Syla pulang ke rumah” ucapku. “sama –sama Syla, kami langsung pulang ya, Assalamu’alaikum!” jawab Pak.
Aji ayah Salsha. “Hati hati Pak.. Wa’alaikum salam warahmatullah” Aku langsung membuka gerbang, dan memasuki
rumah. Kunaiki satu persatu anak tangga menuju kamar. Kubuka pintu kamar dan bruuk !! Aku langsung telentang di
tempat tidurku. Sekitar 5 menit, aku lepas kerudungku dan bros pink nya. Selanjutnya aku pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi, Shalat Maghrib dan mengaji tubuhku terasa segar sekali. Tapi kok tiba-tiba aku ingin mendengarkan
radio, tidak tahu kenapa. Aku mendengarkan Radio di HP-ku. Aku tak peduli itu stasiun apa, yang jelas aku ingin sekali
mendengarkan radio. Baru ku buka, si penyiar radio di stasiun tersebut memutarkan sebuah lagu, itu lagu slow, enak
didengerin deh pokoknya. Setelah selesai diputar, si penyiar itu berkata “Oke, buat para Greysonators dimanapun
berada. Tadi itu lagu yang tak asing lagi buat kalian, yaitu dari GREYSON CHANCE - Home Is In Your Eyes atau biasa
disebut HIIYE”. Waaw, artis itu suaranya keren sekali, aku baru tau itu artis. Waaa, good good good. Ya Allah indah sekali
deh pokoknya. Aku jadi pengen liat profil artis itu. Pasti ganteng dan keren, huahaha. Besok hari Minggu, hari libur
sekolah. Mungkin besok adalah saat yang tepat buat cari tahu artis itu. “Yang penting sekarang aku Shalat Isya’ dulu dan
tidur, baru deh besok melanjutkan pencarian” kataku lirih. Aku membersihkan badan di kamar mandi. Setelah
membersihkan badan di kamar mandi aku bergegas untuk tidur. Suara gerbang terdengar diselingi suara mobil. “Pasti
itu ayah dan ibu” ucapku. Huh, aku menarik selimutku dan mematikan lampu kamar. #It’s time to sleep

Pagi Hari Sekitar Jam 8

Akhirnya waktu yang ditunggu tunggu. Aww, kucari profil lengkap juga fotonya. Aku senyum-senyum sendiri
ketika melihat foto Greyson Chance. Memang benar dugaanku, dia ganteng dan keren. Dia penyanyi dari Amerika
Serikat, dan hebatnya lagi dia bisa berbahasa Indonesia ya walaupun belum selancar orang Indonesia {ya iyalah}. Dia
beragama Kristen, memang sih umumnya artis luar itu beragama non Islam. Ku unduh semua foto dan lagunya ke
laptop. Hm, mungkin sekarang aku udah jadi GREYSONATOR.

Beberapa Minggu Kemudian

Hari ini hari Kamis, tanggal merah yang artinya sekolah libur. Hampir seminggu sekali aku menulis
pengalamanku tentang Greyson di jejaring sosial blog. Setiap orang di negara manapun bisa melihat catatan yang aku
tulis di blog, karena aku ingin berbagi pengalaman dengan every people. Hari ini, aku menulis catatan di blog. Setelah
aku lihat pemberitahuan, ada seseorang yang membaca blog aku. Dia mengomentari “Waw, it’s a amazing. I agree with
you”. Aku sengaja setiap mencatat di blog menggunakan dua bahasa, yaitu Bhs. Indonesia dan Inggris. Jadi
memudahkan siapapun untuk membacanya. Aku berfikir, pasti itu orang luar yang baca blog aku. Eh, ternyata benar.
Tapi, dikomentar dia, tidak tercantum nama pengirim. Jadi aku balas “Thanks, someone. BTW what’s your name?”. 3
menit kemudian dia juga membalas “You’re welcome Syla. My name? Mm, Greyson Chance”. Hah, gimana ya? tuh
orang ngaku-ngaku aja. Ga berpendidikan, mana mungkin Greyson baca blog aku. “Hey you, really? But, I can’t beleive.”
balasku. Tapi, kalo memang benar?? Aneh, pasti ini Cuma rekayasa dia aja. Hm, dia balas “I really, I’m Greyson Michael
Chance !! You need evidence?? I can Syla, wait me”. Jiaa, dia pengin aku percaya sama omongannya. Dia berani sekali
untuk membuktikan yang sebenarnya. “Ok someone, I’m waiting” jawabku lagi.

Tak lama kemudian, ternyata dia ngirim semacam video ke aku. Dan itu ......., memang Greyson Chance yang lagi
mengatakan sesuatu ke aku. Aku merasa bersalah sama dia. Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini. Lalu dia menyambung
percakapan “You can beleive?”. Aku menjawab “I can, I’m sorry Grey. I feel guilty”. Kayaknya Greyson marah sama aku
deh, huhuhu. Dia Cuma balas “Ok, no problem. Bye”. Dia memutus pembicaraan begitu saja. Okelah tidak apa-apa. Ini
pengalaman yang tak terlupakan bagi aku. Walau terlihat sekilas.
HAPPY ENDING
Karya Tri Meilani Ameliya
Umur 14 tahun merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja. Pada saat inilah semua anak
bakalan mengalami perubahan secara fisik maupun psikis, gak ada lagi keseriusan dalam belajar, yang ada hanyalah
keinginan merasakan kebebasan dan mencari tau apa itu cinta. Pada saat ini pula rata-rata remaja bakalan merasakan
kasmaran, termasuk aku.

Namaku Zahra Tania Putri, biasa dipanggil Zahra. Aku sekarang duduk dibangku kelas 3 SMP, bukannya belajar
dengan serius untuk menghadapi UN aku malah sibuk memikirkan seseorang. Yuupp tentu aja yang aku pikirkan itu
seorang cowok namanya Raditya Alveno biasa dipanggil Radit. Dia adalah cowok yang sejak kelas 2 SMP aku sukai. Gak
tau kenapa bukannya perasaan itu semakin berkurang malah semakin bertambah.

Satu-satunya orang yang mengetahui aku mempunyai rasa sama Radit cuma Raya, Raya lah yang selalu setia
mendengar celotehan ku tentang Radit. Raya adalah sahabatku sejak kelas 2 SMP. Menurutku Raya adalah cewek yang
aneh, karena menurut pengakuannya gak ada cowok yang dia suka, setiap kali aku bertanya tentang itu Raya selalu
bilang dengan santai "Gak Ada". Raya memang cewek yang pendiam, beda banget sama aku yang gak bisa diam karena
sering nyari perhatiannya Radit.

Aku dan Radit satu kelas dan itu membuatku cukup salting di kelas. Sampai sekarang aku hanya bisa memendam
perasaanku, sampai suatu hari Raya ngomong sama aku, "Ra,kalau kamu suka sama Radit, ngapa kamu gak coba
deketin?" "Hah?? Ray gak mungkin cewek yang deketin cowok" balas aku dengan raut wajah yang tidak menentu. "Ya
ampun Zahra, deketin seperti temen aja kalii.. misalnya SMSan sama Radit ataupun sering ngobrol sama dia", kata-kata
Raya memang ada benarnya juga sih, selama 2 tahun aku suka sama Radit, aku paling jarang ngomong sama dia. "Oke
akan aku coba Ray".

Semenjak saat itu aku mulai mencoba untuk dekat dengan Radit, mulai dari SMSan sampai sering ngobrol sama
dia. Radit itu perfect banget dimataku dia putih,tinggi,ganteng,pintar dan tajir pula. Selama proses pendekatanpun aku
ngerasa akrab banget sama dia. Sampai-sampai banyak orang di kelas yang bilang kalau Radit suka sama aku. Iya aku
dengan Radit memang dekat banget, kami sering ke kantin bareng, pulang bareng, dan itu termasuk hal yang sangat
menyenangkan bagi aku, tapi tetap aja aku ngerasa kurang nyaman karena kedekatan kami tanpa status.

Karena semakin resah akhirnya suatu hari aku bertanya pada Rico. Rico adalah sahabatnya Radit "Ric, ada yang
mau aku tanyain sama kamu" "Apaan Ra?" "Kamu tau gak siapa yang Radit suka?" "Kalau itusih aku juga kurang tau Ra,
tapi yang jelas 3 hari lagi Radit bakalan nembak cewek yang dia suka" mendengar itu jantung ku terasa berdetak sangat
cepat. "Oh iya deh makasih infonya yah" "Iya sama-sama Ra".Setelah itu aku langsung menceritakan semuanya sama
Raya, dan Raya pun menebak yang bakalan ditembak Radit itu adalah aku...

Akhirnya hari yang aku tunggu tiba. Hari ini adalah hari dimana Radit bakalan nembak cewek yang dia suka.
Akupun udah dandan cantik-cantik dan rapi banget, pergi sekolah pun aku semangat banget. Setibanya di sekolah Raya
hanya tersenyum melihat aku yang sangat gembira. Sampai waktu istirahatpun tiba, Rico berdiri di depan kelas dan
teriak "Eh teman-teman Radit bakalan nembak cewek nih". Aduh pas itu aku pun berbisik pada Raya "Ray,kalau cewek
yang ditembak Radit gak nerima Radit bakal aku marahin, masa' dia gak mau nerima Radit yang perfect banget." "Ah
bilang aja yang mau ditembak Radit itu kamu Zahra". Mendengar balasan Raya aku hanya tersenyum malu.

Gak terasa Radit udah berdiri di depan meja aku sama Raya. Saat itu Radit langsung ngomong "Raaaaa...." aduh
pas Radit ngomong itu aku udah senang banget,nama aku Zahra dan biasa teman-teman kalau ngomong sama aku cuma
Ra aja dan ternyata yang ditembak Radit itu "Raaaaaa......Yaaaaaaaa kamu mau gak jadi pacar aku?".

Aku langsung kaget mendengar itu badanku terasa lemas banget, aku hanya bisa senyum sambil bisikkin ke Raya
"Terima Radit yah Ray, aku ikhlas asalkan Radit bahagia.". Waktu itu Raya dan Radit resmi pacaran.

Pada saat itupun aku keluar kelas dengan alasan sama Raya kalau aku mau ke kantin, padahal aku langsung ke
toilet. Keadaan toilet saat itu sepi karena anak-anak yang lain pada ke kantin, gak tau kenapa air mata aku netes,aku
menangis, rasanya itu perih banget ketika kita mencintai seseorang yang malah mencintai sahabat kita sendiri. Lalu aku
bergegas keluar dari toilet sambil menghapus air mata aku. Plukkk ternyata aku menabrak seseorang dan itu adalah
Rico. "Ra, kamu kenapa nangis?" pertanyaan dari Rico hanya membuat aku semakin menangis. "Ra, sebenarnya aku
udah tau kalau kamu suka sama Radit,aku juga tau kalau yang bakalan ditembak sama Radit itu Raya.."

Mendengar itu air mataku pun semakin deras mengalir, tiba-tiba Rico langsung mendekapku. Mulai saat itu aku
baru menyadari bahwa Rico begitu perhatian terhadapku.

Dihari-hari berikutnya aku berusaha bersikap biasa sama Raya. Radit begitu perhatian sama Raya, aku hanya
dapat tersenyum melihat mereka seakan aku mendukung hubungan mereka. Tapi sebenarnya hati ini tengah menangis,
menangis sekuat-kuatnya, dan aku akan tetap berusaha tegar,mungkin aku bisa membohongi Radit dan Raya tapi tidak
dengan Rico. Ntah mengapa akhir-akhir ini aku merasa nyaman saat bersama Rico. Tapi aku takut kedekatan ini sama
seperti kejadian aku dengan Radit. Dulu aku sempat dekat sama Radit tapi ternyata Radit sukanya sama Raya. "Apakah
mungkin Rico dekat denganku dan dia akan jadian dengan cewek lain??" tanyaku dalam hati.

Sudah hampir sebulan Raya dan Radit berpacaran, perasaan ku dengan Radit pun sudah mulai berkurang tetapi
masih ada bekas luka yang belum dapat terobati. Namun ternyata perasaanku telah berpaling ke Rico. Hari ini tiba-tiba
Rico mengajak ku ke taman samping sekolah setelah bel pulang berbunyi.

Aku mulai merasa ada yang aneh pada Rico. Tiba-tiba Rico mengeluarkan setangkai bunga mawar putih dari
kantong celananya. "Ra mungkin ini adalah saat yang tepat untuk ngungkapin perasaanku sama kamu,sebenarnya aku
udah lama suka sama kamu. Ra kamu mau gak jadi pacar aku?". Mendengar ungkapan perasaan Rico aku hanya bisa
menangis dan karena aku memiliki perasaan yang sama dengannya akupun menerima cinta Rico.Kamipun resmi
berpacaran.

Aku sangan berterima kasih pada Tuhan karena telah menciptakan sesosok Rico yang telah mampu mengobati
luka hati ini. Sekarang aku dan Raya pun sama-sama bahagia. Dari pengalamanku ini aku belajar Cintailah orang yang
mencintaimu karena belum tentu orang yang kamu cintai,mencintaimu pula. dan Relakanlah orang yang kamu sayangi
untuk bersama orang yang dia sayangi pula, karena sebenarnya Tuhan telah mempunyai pengganti yang lebih baik yang
pasti terbaik untukmu. :)
CINTA BERSEMI DI PUTIH ABU-ABU
Karya Ajeng Novrianna Putri
Pada suatu hari ada seorang remaja berusia 16 tahun , bernama Azkia ia duduk di bangku kelas 10 SMA, ketika
ia sedang diperjalanan menuju ke sekolah ia mendapatkan teman baru bernama Ira, Ira adalah anak kelas10.B,
sedangkan , Azkia anak kelas 10.D. Ketika sampai di sekolah ia dan Ira menuju kelas 10.B dulu , yaitu kelasnya Ira. Seiring
berjalannya waktu sekarang sudah semester2 , kebetulan exkul Azkia dan Ira sama yaitu PMR dan Ira mengenalkan
temannya yang ikut exkul PMR juga kepada Azkia , yaitu Lia , mereka pun ikut lomba PMR di SMAN21, mereka sebagai
PK ( Pertolongan Keluarga ) , hasil pengumuman pun sudah tiba ternyata mereka kalah tapi tidak apa – apa karena
mereka baru pertama kali ikut lomba PMR oy David juga mengikuti lomba PMR tetapi ia sebagai tandu, David adalah
seorang cowok yang Azkia sukai.

Ujian Kenaikan Kelas pun sudah tiba hari ini adalah hari pertama UKK lumayan susah sih tapi harus tetap bisa
mengerjakan soal.

Cinta Bersemi di Putih Abu-abu

Hari terakhir UKK pun sudah tiba, pulang sekolah Azkia, Ira, dan Lia jalan – jalan bersama ke TMII (Taman Mini
Indonesia Indah) untuk menghilangkan stress setelah UKK, dan sekaligus perpisahan dengan Ira, tapi tentu saja mereka
minta izin orang tua dulu dan juga ganti baju,

Hari ini adalah hari yang ditunggu – tunggu yaitu adalah hari pengambilan raport UKK dan ternyata Azkia naik
kelas , lia , Ira dan David juga. Tapi Ira pindah ke Lombok karna ayahnya bekerja di sana.

Besok adalah hari pertama masuk kelas 11, setiba di sekolah Azkia langsung mencari cari namanya di kertas
yang di tempel di kelas – kelas , ia mencari di kelas 11.C, 11.D dan 11.E tapi tidak ada namanya ternyata ia mendapatkan
kelas 11.F yaitu kelas terakhir ia sangat terkejut padahal di semester 2 ia mendapatkan rangking 10 besar, tapi
yasudahlah dan ia pun membaca nama – nama anak kelas 11.F ia terkejut karena ada nama David abidya yaitu cowok
yang ia sukai dari kelas 10 sampai kelas 11 , ia pun senang karena bisa satu kelas dengan David, walaupun mereka
duduknya berjauhan .

Dan waktu Azkia mengetahui siapa wali kelas nya di kelas 11 ia terkejut ternyata wali kelasnya adalah wali kelas
nya yang dulu saat ia masih duduk di bangku kelas 10 yaitu Bapak Roni.

Esoknya ada murit baru yang datang yaitu Remi, Aldo, Eni, Deni, dan Nita, mereka pindahan dari Jakarta.

Dan hari ini ada murit baru lagi, badannya tinggi dan besar namanya Riel, walaupun namanya dari R, tapi karna
ia murit baru namanya jadi absen paling bawah.

Hari ini adalah hari yang paling seru, ada temanku yang bernama Ardi yang menembak Bery,” so sweeeeeeeeet
” ucap anak kelas 11.F. O ya, baru saja kemarin ada yang jadian hari ini ada yang jadian lagi, mereka adalah Aldo yang
anak baru itu , menembak temanku yang bernama Ibel” uuuuuuh si Aldo nembak si Ibel ga kalah keren sama si Ardi”
ucap Indah, “aduuuuuuuuuuh bulan oktober ini kayaknya bulan yang so sweeeeeeeeeeet banget, soalnya banyak
banget temen – temen yang baru aja jadian” ucap Yunita “duuuuuuuuuh kapan ya ada yang nembak aku? ’’ pikir Azkia
dalam hati.

Hari ini adalah hari Ulang Tahun sahabatnya namanya Indah, Azkia dan teman – teman memang sudah
merencanakan akan berpura – pura merasa acuh,cuek dan menghindar kalau Indah menghampiri mereka, seolah Indah
menjadi musuh di kelas.

Sewaktu pulang sekolah, Indah disiram air yang sudah dimasukan daun dan kertas, Indah pun terkejut dan
menangis.

Sementara itu ada cowok yang bernama Gusti, menghampiri Indah dan menyatakan cinta padanya,”
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii *_* lucu banget nyampein kata – katanya, hahaha ^_^”, semua orang yang ada di kelas semuanya
tertawa, tapi Gusti terlambat, karena Indah dan Febri sudah lama jadian, “uuuuuuuuuuuuuuuuh >_< kasian, kayaknya
ada yang lagi patah hati nih”. Ucap semua anak di kelas.

“Apa sih sebenarnya CINTA itu?” ucap Azkia, dia menulis di GOOGLE, di WIKIPEDIA, di YAHOO, tapi tetap saja belum
mengerti.

Akhirnya Azkia bertanya pada sahabatnya Indah, dan apa jawaban Indah, indah menjawab“ Cewek yang
kesepian, kasian >_< ” mendengar jawaban Indah, Azkia justru lebih tidak mengerti, karena Azkia merupakan seorang
remaja kutu buku, penampilannya cupu, dia memakai kaca mata yang bulat, tebal, dan besar, rambutnya panjang dan
selalu dikepang dua, begitu pula dengan pakainnya, sangat cupu >_<. Akhirnya sahabatnya yang bernama Indah dan
Yunita, memutuskan untuk make over Azkia, agar terlihat lebih cantik, mereka membawa Azkia ke salon untuk
dirapihkan rambutnya, lalu Azkia di bawa ke mall untuk membeli baju yang tidak cupu, setelah itu Azkia di bawa ke optic
untuk membeli kaca mata yang berbentuk persegi panjang agar terlihat tidak cupu, kalau untuk dandan - mendandan
Indah jagonya.

Besoknya, ketika Azkia sampai di sekolah bersama kedua sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, semua orang
terkagum – kagum melihatnya, seperti tidak percaya kalau itu,”( Azkia si anak kutu buku)”, begitu julukannya di sekolah.

Ketika guru masuk kelas, guru pun bertanya pada Azkia, “ apa kamu murit baru?”, Azkia menjawab “ bukan bu,
ini saya Azkia, memangnya ibu tidak mengenali saya?”,

Bel istirahat pun tiba, ketika guru sudah keluar kelas, perbincangan para remaja pun tak kan terlewatkan.
Mereka semua menghampiri Azkia, dan bertanya, “apakah benar ini kau, Azkia, (si anak kutu buku?) semua pertanyaan
dari teman – teman sama semua, Azkia jadi bingung menjawabnya.

Pulang sekolah, David cowok yang Azkia sukai menghampirinya, ia bertanya langsung pada Azkia, “ apa benar ini
kau Azkia, anak si kutu buku itu?” ucap David. “Tentu saja ini aku, Azkia yang suka kalian panggil dengan sebutan (Azkia
si anak kutu buku).

“ Tapi aku tidak percaya ini kau, aku tidak lagi melihat wajah lugu mu yang lucu itu, o ya kenapa kau jadi berubah seperti
ini?, aku lebih suka kau yang dulu dengan rambut yang dikepang dua dan kaca mata bulat mu yang lucu itu”. Ucap
David.

“ Kenapa kau lebih suka aku yang dulu, dari pada aku yang sekarang?, tapi teman – teman lebih suka aku yang sekarang
dari pada aku yang dulu?” Tanya Azkia.

“ karena mereka melihatmu hanya dari segi luar kalau aku melihatmu dari segi dalam, aku tidak melihatmu dari
penampilannmu, tapi aku melihatmu dari kelakuanmu, dari sifatmu, dan dari hatimu karena itulah aku lebih suka dirimu
yang dulu dari pada dirimu yang sekarang, dirimu yang dulu lebih natural”. Ucap David.

“ kenapa kau bicara seperti itu padaku?” Tanya Azkia.

“ mau tau ya?, rahasia!!!” Ucap David, setelah itu David pun lari meninggalkan Azkia.

Malam, Azkia pergi ke optic untuk membeli kaca mata bulat tapi tidak terlalu besar, dan ke mall untuk membeli
rok panjang, karna rok panjangnya sudah dipotong.

Besoknya, ketika Azkia masuk kelas anak – anak melihatnya dengan dandanan naturalnya yaitu dandanan (Azkia
si anak kutu buku) dengan kaca mata bulat walau agak berbeda/tidak terlalu besar, dan rambut dengan kepang dua,
seperti biasanya.

Beberapa jam kemudian Indah dan Yunita terkejut ketika melihat sahabatnya mengubah penampilannya lagi,
mereka pun bertanya “ kenapa kau mengubah penampilannmu lagi?”, “ aku sadar bahwa kita harus yakin dengan diri
kita sendiri, tidak perlu malu dengan dandanan kita sehari – hari” ucap Azkia. “ apa maksudmu” Tanya Indah, “
jawabannya mudah, (BERSYUKUR)” ucap Azkia.

Pulang sekolah ketika Azkia sedang berjalan dengan sahabatnya yaitu Indah dan Yunita, tiba – tiba David
menghampiri mereka, “ nah seperti ini dandanan yang kusukai” ucap David. “ cyeeeeeeee ^_^, kayaknya ada yang lagi
mau nembak ni yeee” Indah dan Yunita meledek.

“ o, y Vid kamu belum jawab pertanyaanku, apa maksudmu berkata seperti itu” Tanya Azkia.

David pun menjawab “ hmmm, mau kah kamu jadi pacarku?, aku sudah lama suka sama kamu, dan aku lebih
suka dandananmu yang natural seperti ini” “ uuuuuuuuh so sweeeet” Indah dan Yunita meledek. “ mau, kamu yang
sudah bikin aku sadar, bahwa kita harus bersyukur dengan dandanan yang sudah bikin kita nyaman” ucap Azkia.

Malamnya, Azkia menulis diary , “sekarang aku sudah tau apa yang dimaksud CINTA, walapun kita baca buku
yang banyak, sesering mungkin, kita tidak akan pernah mengerti, kalau kita belum mengalami sendiri, akhirnya, Azkia
bahagia dan berkata :

“CINTAKU BERSEMI DI PUTIH ABU – ABU”


DIBALIK AWAN
Karya Nur Faida
Di balik awan Ku menunggu itu datang. Ku tatap langit berharap itu terjadi. Berharap dan terus berharap Mimpi kecil
yang masih berada di balik awan. Agar awan itu pindah dan mimpiku bisa jadi kenyataan.

Terlalu konyol ku katakan tetapi itulah kenyataanya. Ku bernama Nur Faida, bisa di panggil faida. Aku ingin
sekali mimpi kecilku itu terwujud sebari ku menunggu sejak kecil sampai kelas 3 SMP sekarang. Entah kenapa, aku ingin
sekali itu terwujud dan sekarang mimpi kecilku itu menjadi kenyataan.

Hari jumat sepulang sekolah, ku pandang langit yang bersahabat denganku. Ku berlari secepat mungkin karena
ku tak mau temanku ninda memelukku dan aku tak mau menjadi kue bercampur kopi. Begitulah masa remaja
menurutku, setiap ada teman kita yang ulang tahun pasti ujung – ujungnya orang yang berulang tahun itu akan ditaburi
maupun di lempari dengan terigu , air dan telur maka menjadilah kue dan di berikan juga kopi.Ku beruntung sekali, aku
tidak terkena semua itu dan kami sekelas perempuan semuanya pergi kerumah ninda.

Saat ku lihat Ninda , ada rasa iri diriku. Sejak kecil ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh teman – temanku
semua, ku memang pernah dirayakan ulang tahunku tapi aku hanya 1 kali itupun ku sama keluarga ajah. Ku ingin sekali
ulang tahunku dirayakan oleh teman – teman semua, aku selalu menunggu sampai sekarang ini. Ku fahami itu bahwa
tanggal lahirku 3 Agustus 1998 jadi ulang tahunku sulit untuk dirayakan karena pada bulan kelahiranku itu adalah bulan
ramadhan tetapi ku ingin sekali itu di rayakan walau ditunda waktunya.

Dirumah Ninda, kami semua menunggu 2 teman kami yang akan membawa kue ulang tahun untuk Ninda.
Banyak hal yang temanku lakukan semuanya saat menunggu 2 teman kami dan juga ninda yang sedang mandi ini. Ada
yang saling berbincang - bincang , main – main bersama dan perbaiki kudung.

Tak lama kemudian, Atul dan Dilah datang membawakan kue ulang tahun berbentuk segi empat untuk Ninda .
Teman – temanku pun menancapkan lilin. Betapa senangnya Ninda pastinya akan hal ini.

“Happy birthday Ninda!”sorak semua temanku saat Ninda turun dari tangganya.

Nindapun gabung pada kita semua dan kami semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Nindapun
meniup lilinnya lalu memotong kue ulang tahun yang di beli dari kumpulan uang semua teman di kelas kemudian
kamipun semunya memakan kue ulang tahun itu yang ternyata masih ada sisa sepotong kue Ulang tahun Ninda yang
kira – kira besarnya 40 derajat.

Tak ku sangka Wawa,Inna dan Icha seseorang yang sudah ku anggap sahabat itu menancapkan lilin lebih dari 8
dengan api yang sudah berada di pucuknya dan menghampiriku.

“faida! Selamat ulang tahun yah. Kan Ulang Tahunmu belum dirayakan waktu itu”kata Wawa yang berada di depanku
dengan membawa kue Ulang tahun.

Mereka menyanyikan Lagu Selamat Ulang tahun dan akupun meniupnya. Ya Allah, aku sangat gembira sekali
sekaligus terharu. Aku ingin sekali menangis karena saking senangnya tapi ku tahan mataku agar tidak menangis. setelah
itu iseng – isengnya wawa mencolek kue itu dan memberikan mukaku bedak kue.Astaga, reflex saja aku membalasnya
dan juga Inna melakukan hal seperti itu. Akan hal itu, kudungku jadi kotor dan mereka berdua juga

Alhamdulillah, akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud dan selang beberapa hari setelah itu mereka berdua
memberikanku kado ulang tahun untukku sebuah pulpen berwarna hijau. Aku sangat senang karena sekiang lama ku
menunggu akhirnya terwujud juga. Terimah kasih ya Allah engkau sudah mewujudkan mimpi kecilku itu. Mimpi yang
dulunya berada di balik awan sekarang sudah menjadi kenyataan. Itulah mimpi kecilku, ingin dirayakan ulang tahunku
dan di beri kado.

Anda mungkin juga menyukai