Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

a. Letak geografis
Letak geografis terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara
berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka).
b. Kehidupan politik
Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin al-Kamil (berasal
dari Mesir) yang membawa Kerajaan Samudera Pasai menjadi berkembang
cukup pesat. Raja pertama Samudera Pasai adalah Marah Silu (Malik as-
Saleh). Ia meninggal lalu digantikan oleh putranya yang bernama Mailk
ath-Thahir.
c. Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
1. Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
2. Mengurus masalah masalah perkapalan
3. Mengumpulkan barang barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
4. Menyimpan barang barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia
d. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut
aturan aturan dan hukum hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak
terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir
maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat
julukan Daerah Serambi Mekkah.

e. Kehidupan Budaya
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang
baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh
agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang
kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu.
f. Faktor kemajuan
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah
pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan
kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan
Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
g. Faktor kemunduran
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan Samudera Pasai :
1. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan Nusantara,
2. Berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis,
3. Setelah Sultan Malik at-Thahir meninggal, tidak ada yang menggantikan
sehingga penyebaran agama Islam diambil kerajaan Aceh.

h. Sumber Sejarah

Kemunculan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 Masehi sejalan dengan
memudarnya pengaruh kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra dan sekitarnya.
Kejayaan Samudra Pasai diperkirakan berada di kawasan daerah Aceh Utara,
di hulu sungai Peusangan sekarang, di pedalaman daerah Gayo. Sehubungan
dengan letak geografis yang sangat strategis dalam kegiatan jalur
perdagangan, wilayah ini kemudian menjadi jalur dagang yang ramai.

Sejak abad ke-13, utusan Samudra Pasai telah berkunjung ke Cina. Sumber
Sejarah Samudra Pasai dapat merujuk kepada kronik Dinasti Yuan (1280-
1367 Masehi), diketahui bahwa mereka telah kedatangan utusan dari Sawen-
Ta-La (Samudra) tahun 1288 Masehi. Samudra Pasai juga pada tahun 1282
juga mengirim utusan ke Quilon, India Barat, sepuluh tahun sebelum Marco
Polo mendaratkan perahunya di Perlak.

Catatan Marco Polo (1292 Masehi) menuturkan bahwa di kawasan Sumatra


diantaranya yaitu Perlak, Basma, Dagrian, Lamuri, dan Fansur. Marco Pola
samasekali tidak menyinggung Samudra Pasai tetapi Basma yang letaknya
berdekatan dengan Pasai justru tercatat. Apakah Marco Polo ini mendapat
informasi yang keliru? Tapi dari Maco Polo ini kemudian kita mengetahui
bahwa Islam telah berkembang di Perlak dan telah ada perkampungan Islam
di wilayah tersebut.

Sumber sejarah Samudra Pasai lainnya adalah catatan Ibn Batutah,


pengembara Islam dari Marokko. Dalam catatannya ia menyebut Samudra
Pasai diperintah oleh Sultan Malikh Al Zahir, putra Sultan Malikh as Saleh.
Islam sudah ada hampir satu abad lamanya didakwahkan di tempat itu.
Beliau juga meriwayatkan kerendahan hati, kesalehan, dan semangat
keagamaan raja Pasai itu yang menurutnya mengikuti mahzab Syafii. Dalam
catatannya juga disebutkan Samudra Pasai telah menjadi pusat studi Islam
dan tempat para ulama dari berbagai negeri Islam berkumpul dan berdiskusi.
Kaisar Cina juga tercatat mengirimkan beberapa kali utusannya ke Samudra
Pasai pada tahun 1403, 1414, dan 1430. Pada tahun 1405, Utusan Cinta yang
bernama Zheng He bertemu dengan Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, barangkali yang
dimaksud adalah Sultan Samudra Pasai Zain al-Abidin Malik al Zahir yang
memerintah di Aceh dari tahun 1383 hingga 1405 Masehi.

Pasai Sebagai Pusat Islam

Islam hadir secara nyata di Sumatra paling utara pada akhir abad ke-13. Dari
Pasai, Sumatera Utara, Islam menyebar ke bandar lain di Indonesia,
Semenanjung Malaya, dan Filipina selatan. Pada akhir abad ke-14 Islam
mengubah kepercayaan hingga jauh ke Trowulan, Jawa Timur.

Antara tahun 1290 sampai dengan 1520, Samudra Pasai bukan hanya
menjadi kota dagang terpenting di Selat Malaka, tetapi juga menjadi pusat
perkembangan Islam dan kesusasteraan melayu. Selain berdagang, para
pedagang Arab, Gujarat, dan Persia itu menyebarkan agama Islam.

Pengaruh Pasai sebagai pusat Islam menyebar ke seluruh bagian utara


Sumata, dan tidak hanya merambah Aceh, tapi juga ke Semenanjung Malaka
dan Jawa. Seorang Sheikh dari Pasai dicatat dalam sejarah sebagai penasihat
keagamaan. Makam-makam di Malaka dan Pahang sering menyalin tulisan
dari makam-makam Pasai.

Eratnya hubungan Samudra Pasai -Jawa juga dapat ditelusuri dari latar
belakang para Wali Songo. Konon Sunan Kalijaga memperistri putri Sultan
Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah pendiri kerajaan Islam di Cirebon,
Banten, dan Jakarta ini pun lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho
tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai.

Raja-Raja Pasai

Sebagaimana disebutkan dalam beberapa tradisi lisan dan Hikayat Raja-Raja


Pasai, Raja Pasai pertama adalah Meurah Silu. Meurah bukan lah nama
tetapi gelar bagi raja-raja di wilayah utara Sumatra sebelum datangnya
agama Islam. Dalam bahasa Gayo Meurah kadang disebut Merah. Sultan
Iskandar Muda konon digelari dengan Meurah Pupok. Bangsawan
Minangkabau juga ada yang menggunakan Marah sebagai gelar.

Meurah Silu atau Merah Silu setelah memeluk islam kemudian memperoleh
gelar Islam Malikh as Shaleh (Malikussaleh) beliau meninggal pada tahun
1297 Masehi. Satu Syair dalam bahasa Arab diukir pada batu nisannya.
Terjemahan bebas syair tersebut sebagai berikut:
Ketahuilah bahwa dunia mudah hancur.
Dunia tidak abadi.
Ketahuilah bahwa dunia seperti sarang laba-laba,
Dianyam oleh laba-laba.
Ketahuilah bahwa apa yang kau capai di dunia akan mencukupi kebutuhan.
Manusia yang mencari kekuatan
Hidup di dunia tidak lama
Semua makhluk akhirnya mati

Melalui pengaruh Pasai, syair yang sama diukir pada nisan Sultan Mansyur
Syah dari Malaka, yang meninggal tahun 1477 Masehi, dan juga terukir pada
nisan Sultan Abdul Jamil dari Pahang, yang meninggal tahun 1511 atau 1512
Masehi.

Meski pun secara umum peninggalan-peninggalan peradaban Samudra Pasai


tidak dapat dilacak lagi dengan mudah, namun tulisan-tulisan kaligrafi di
artefak-artefak nisan-nisan kuburan peninggalan para raja-raja, pemuka
agama, pemuka-pemuka kerajaan, dan orang-orang penting kerajaan menjadi
bukti yang tak dapat terbantahkan sebagai sumber informasi akurat tentang
peradaban Samudra Pasai pada masanya. Raja-raja Samudra Pasai yang
termuat pada makam Nahrisyah adalah sebagai berikut:

1. Meurah Silu, Malikh as Shaleh, Malikussaleh (1275-1297 Masehi)


2. Sultan Muhammad Malikh al Dhahir (1297-1326 Masehi)
3. Sulatn Ahmad Malikh ad Dhahir (1326 -1371 Masehi)
4. Sultan Zainal Abidin Malikh ad Dhahir (1371-1405 Masehi)
5. Sultan Hidayah Malikh al Adil (1405-)
6. Sultanah Nahrisyah memerintah tahun (-1428)

Dari sumber lain dapat diketahui urutan penguasa Pasai sebagai berikut:

Sultan Malikh as-Saleh, 1297 Masehi


Muhammad Malikh Al-Zahir 1297-1326 Masehi
Mahmud Malikh Al-Zahir 1326-1345 Masehi
Manshur Malikh Al-Zahir 1345-1346 Masehi
Ahmad Malikh Al-Zahir 1346-1383 Masehi
Zain Al-Abidin Malikh AL-Zahir 1383-1405 Masehi
Abu Zaid Malikh Al-Zahir -1455 Masehi
Mahmud Malikh Al-Zahir 1455-1477 Masehi
Zain Al-Abidin 1477-1500 Masehi
Abdullah Malikh Al-Zahir 1501-1513 Masehi
Zain Al-Abidin 1513-1524 Masehi
i. Kehidupan Agama dan Budaya

Menurut catatan Marco Polo dan Ibnu Batutah, sebagian besar penduduk
Samudra Pasai memeluk agama Islam yang bermazhab Syafii. Samudera
Pasai berjasa menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok di Sumatera,
bahkan menjadi pusat penyebaran agama. Selain banyaknya orang Arab
menetap dan banyak ditemui persamaan dengan kebudayaan Arab, atas jasa-
jasanya menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara dan
penerapan hukum Islamnya wilayah itu dinamakan Serambi Mekah. Samudra
Pasai pernah mengirim ulama ke Jawa, salah satunya Fatahillah yang menjadi
panglima di Demak dan penguasa di Cirebon. Bahkan, menurut Hikayat
Patani, pernah menyebarkan agama Islam di Thailand.

Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau pengaruh
Hindudan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan
dan Tom Pires, telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial
budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun
tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan
kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang
akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja
Malaka sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M,
dirujuk oleh sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama Islam di
Nusantara sekitar abad ke-13. Walau ada pendapat bahwa kemungkinan
Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja Pasai memang penuh
dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu dalam
mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa
lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali
menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di
Lhokseumawe.

KERAJAAN ACEH

a. Letak Geografis
Letak geografis terletak di Pulau Sumatera bagian utara dekat jalur pelayaran
dan perdagangan internasional saat itu.
b. Kehidupan politik
Corak pemerintahan Aceh adalah pemerintahan sipil dan pemerintahan atas
dasar agama. Pendiri kerajaan Aceh adalah Mudzaffar Syah. Raja yang
pernah memerintah kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah, Sultan
Salahudin, Sultan Alauddin Riayat, Sultan Iskandar Muda, Sultan
Iskandar Thani.
c. Kehidupan ekonomi
Dalam masa kejayaannya, perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya
yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah
pantai Timur dan Barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya.
Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka
menyebabkan bertambahnya bahan ekspor penting seperti timah dan lada
yang dihasilkan di daerah itu.

d. Kehidupan sosial
Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas
keagamaan dan kepemilikan harta benda. Mereka yang menduduki jabatan
struktural di kerajaan menduduki lapisan sosial tersendiri, lapisan teratasnya
adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan lapisan
berbasis keagamaan merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran
yang dimainkan oleh seseorang dalam kehidupan keagamaan. Dalam lapisan
ini, juga terdapat kelompok yang mengaku sebagai keturunan Nabi
Muhammad. Mereka ini menempati posisi istimewa dalam kehidupan sehari-
hari, yang laki-laki bergelar Sayyed, dan yang perempuan bergelar Syarifah.
Lapisan sosial lainnya dan memegang peranan sangat penting adalah para
orang kaya yang menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya adalah
rempah-rempah, dan yang terpenting adalah lada.

e. Kehidupan budaya
Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena Islam masuk
pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini.
Orang Aceh mayoritas beragama Islam dan kehidupan mereka sehari-hari
sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama
merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat Aceh. Pengaruh Islam
yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh.
Peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal dari Aceh,
seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi Marifatil Adyan karangan
Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17 ; Kitab Tarjuman al-Mustafid
yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf
Singkel tahun 1670-an; dan Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Ini bukti
bahwa Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam di
Nusantara. Karya sastra lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi, Hikayat
Malem Diwa, Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, merupakan bukti lain kuatnya pengaruh Islam dalam kehidupan
masyarakat Aceh.
f. Faktor kemajuan
Beberapa faktor penyebab kemajuaan kerajaan ini adalah :
1. Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim pada tahun 1514.
2. Letaknya strategis di pintu gerbang pelayaran internasional.
3. Pelabuhan Olele memiliki persyaratan sebagai pelabuhan dagang yang
baik.
4. Aceh kaya akan tanaman lada.
5. Aceh bekembang pesat setelah Malaka dikuasai Portugis.
6. Para pedagang Islam memindahkan kegiatan berdagang dari Malaka ke
Aceh. Aceh mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1635). Karena menjadi pusat agama Islam, Aceh sering disebut
Serambi Mekah.

g. Faktor kemunduran
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Kekalahan perang antara Aceh melawan Portugis (1629).
2. Pengganti Sultan Iskandar Muda kurang Cakap.
3. Permushan antara kaum muda.
4. Daerah yang jauh dari pemerintahan pusat, melepaskan diri dari Aceh.

h. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya
Baiturrahman, catatan Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita
turun-temurun.

Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang Aceh,
yaitu dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.

i. Kehidupan Agama
Sebagian besar masyarakat Aceh beragama Islam. Oleh karena itu, kehidupan
social masyarakatnya diatur menurut hokum Islam. Golongan ulama menjadi
peranan penting dalam masyarakat. Mereka menjadi pemimpin agama dan
penasihat pemerintah. Pemerintah Aceh sangat memperhatikan pendidikan
Agama Islam. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas
dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
a. Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat
berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas
mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
c. Balai Jamaah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para
ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan
pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut :
a. Meunasah (Madrasah), Terdapat disetiap kampung, berfungsi sebagai
sekolah dasar.
b. Rangkang, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat
termasuk pendidikan (setingkat Madrasah tsanawiyah)
d. Dayah, Terdapat disetiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di
masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang.
e. Dayah Teuku Cik, Dapat disamakan dengan Perguruan Tinggi atau
akademi.
Salah satu tokoh pendidikan agama Islam yang berada di kerajaan Aceh
adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama
yang terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah. Diantara
karya-karya Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab Al-Asyikin, dan
Zuiat Al-Nuwahidin.

KERAJAAN MALAKA

a. Letak Geografis
Letak kerajaan ini adalah di Selat Malaka / Semenanjung Malaka.

b. Kehidupan Politik
Berawal dari Paramisora (dari Majapahit) melarikan diri ke Tumasik dan
mendirikan Kesultanan Malaka dengan gelar Sultan Iskandar Syah pada
abad ke-15.
Raja raja yang pernah memerintah kerajaan ini adalah Sri Maharaja, Sri
Prameswara Dewa Syah, Sultan Muzzafar Syah, Sultan Mansyur Syah,
Sultan Alauddin Riayat Syah, dan Sultan Mahmud Syah. Kerajaan ini
sempat mengalami masa keemasan, yaitu pada zaman pemerintahan Sultan
Mansyur Syah.

c. Kehidupan Ekonomi
Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan
pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum
pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan.
Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang
ramai dengan daratan Sumatera. Salah satu komoditas penting yang diimpor
Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada
Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan
perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan
disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin
karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan
posisi geografis strategis yang mereka miliki.
d. Kehidupan sosial- budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang
menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor
letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang
hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang
dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.
Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan
majikan.

e. Faktor kemajuan
Beberapa faktor penyebab kemajuaan kerajaan ini adalah :
1. Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia
Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan
Mansyur Syah.
2. Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu
adalah beras.
3. Banyak ditemukan biji-biji timah di daratan Malaka.

f. Faktor kemunduran
Yang menyebabkan Kerajaan Malaka runtuh adalah akibat serangan Portugis
pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak
saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain.
g. Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang mengatakan adanya Kerajaan Malaka antara lain :
1. Sulalatus Salatin
Mengatakan bahwa kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu
di Singpura, kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat
pemerintahan berpindah ke Malaka.
2. Kronik Dinasti Ming
Mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kisar Tongle di
Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah
kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kaisar Cina menyetujui
untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian tercatat ada sampai
29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yang besar dari
relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan
Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa
Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan
diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan
baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di
Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.
3. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho (1409)
Mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka
4. Pararaton
Disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara
sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita.

Anda mungkin juga menyukai