Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBUDAYAAN BASCON-HOABINH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah Peminatan

Disusun oleh :
Adinda Alika Hanatasya
Anisa Dwi Febrianti
Aulia Azzahra
Anzala Dieva Rabbina
Berlianna Ramadhani
Dhani Maypatih
Maftuh Roziq
Melshinka Yuni
Monica Raehanum Puteri
Rifqoh Ratnadewati
Silmi Ahyanda Zahrawani
Satria Desya Khadafi
X IPS 1

SMA GALAJUARA KOTA BEKASI


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkah, rahmat, karunia
serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berudul “Kebudayaan Bascon-
Hoabinh”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Peminatan. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat kami selesai tepat pada
waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya kembali
lebih baik dari sebelumnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
bagi kami selaku penyusun.

Bekasi, 16 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
A. PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1

I. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1


II. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

B. PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

I. Sejarah Awal dan Ciri-Ciri Kebudayaan Bascon-Hoabinh ................................................. 2


II. Persebaran Kebudayaan Bascon Hoabinh di Indonesia ....................................................... 3
III. Hasil Kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia ............................................................ 5
IV. Pengaruh Kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia ..................................................... 8

C. PENUTUP ................................................................................................................................. 9

I. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10


FOTO KELOMPOK .................................................................................................................. 11

iii
A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat prasejarah di Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh
kebudayaan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. Salah satu kebudayaan yang memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat prasejarah Indonesia adalah kebudayaan
Bacson-Hoabinh yang identik dengan alat kebutuhan hidup yang terbuat dari batu. Kebudayaan
Bacson-Hoabinh berasal dari peradaban manusia purba di lembah sungai Mekong, Vietnam dan
dari kawasan tersebut menyebar ke Asia Tenggara dan Oseania. Budaya ini muncul pada zaman
mesolitikum dimana manusia masih menggunakan batu-batuan sebagai bahan dasar alat-alatnya.
Sebagai salah satu kebudayaan utama pada zaman batu, Bacson–Hoabinh dianggap sebagai salah
satu pusat kebudayaan zaman batu di Asia Tenggara dan Indochina. Adapun jejak kebudayaan
Bacson-Hoabinh ditemukan di gua-gua dan bukit-bukit kerang yang terletak di sebelah utara
Vietnam tepatnya di provinsi Hoabinh.
Istilah kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkenalkan oleh Madeleine Colani, arkeolog Prancis
yang melakukan penggalian di kawasan itu. Kebudayaan ini kemudian tersebar sampai ke
Thailand, Malaka, dan Sumatera Bagian Timur. Persebaran kebudayaan itu berlangsung secara
sambung menyambung.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah awal dan ciri-ciri kebudayaan Bascon-Hoabinh ?
2. Bagaimana persebaran kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia ?
3. Apa saja hasil kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia ?
4. Bagaimana pengaruh kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia ?

1
B. PEMBAHASAN

I. Sejarah Awal dan Ciri-Ciri Kebudayaan Bascon-Hoabinh


Kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira
tahun 7000 SM. Kebudayaan Bacson-Hoabinh muncul di lembah Sungai Mekong yang berada di
Vietnam. Kebudayaan ini berlangsung pada kala Holosen. Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh
hanya menggunakan alat dari gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada
tahun 600 SM mengalami perubahan dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang
berfungsi sebagai alat pemotong. Ciri khas alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah
penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran ± 1 kepalan dan
seringkali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan
berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat, segitiga dan beberapa di antaranya ada yang
mempunyai bentuk berpinggang. Kebudayaan Bacson-Hoabinh ini diperkirakan berkembang
pada zaman Mesolitikum.
Pusat kebudayaan zaman Mesolitikum di Asia berada di dua tempat yaitu di Bacson dan
Hoabinh. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tonkin di Indocina (Vietnam). Istilah Bacson
Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama Madeleine Colani pada
tahun 1920-an. Nama tersebut untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang khas
dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
Menurut C.F. Gorman dalam bukunya The Hoabinhian and after : Subsistance patterns in
South East Asia during the latest Pleistocene and Early Recent Periods (1971) menyatakan
bahwa penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalam penggalian di pegunungan
batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
Di samping alat-alat dari batu yang berhasil ditemukan, juga ditemukan alat-alat serpih, batu
giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa tulang belulang manusia yang dikubur
dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah. Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah
tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan
keagamaan atau untuk ilmu sihir.
Sementara itu, di daerah Vietnam ditemukan tempat-tempat pembuatan alat-alat batu, sejenis
alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh. Bahkan di Gua Xom Trai (dalam buku Pham Ly
Huong ; Radiocarbon Dates of The Hoabinh Culture in Vietnam, 1994) ditemukan alat-alat batu

2
yang sudah diasah pada sisi yang tajam. Alat-alat batu dari Goa Xom Trai tersebut diperkirakan
berasal dari 18.000 tahun yang lalu, kemudian dalam perkembangannya alat-alat dari batu atau
yang dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh tersebar dan berhasil ditemukan hampir di
seluruh daerah Asia Tenggara, baik darat maupun kepulauan, termasuk wilayah Indonesia.
Sebagai kebudayaan yang muncul pada zaman batu, tentu saja kebudayaan Bacson-Hoabinh
memiliki ciri khas yang mirip dengan kebudayaan-kebudayaan zaman batu pada saat itu.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari kebudayaan Bacson-Hoabinh
• Menggunakan batu sebagai bahan dasar peralatannya
• Batu sudah diolah, dihaluskan, dan ditajamkan
• Menggunakan tulang-tulang pula sebagai bahan dasar alat-alatnya
• Sudah mulai hidup menetap di gua-gua
Ciri utama dari kebudayaan Bacson-Hoabinh ini adalah alat-alat sehari-harinya yang terbuat dari
bebatuan. Umumnya, batu yang digunakan adalah batu kali (batu sungai) yang sudah dihaluskan.
Batu-batu ini dihaluskan dan juga ditajamkan dengan menggunakan batu lain ataupun alat serpih
khusus. Batu tersebut juga dapat dikikis sehingga menciptakan bentuk-bentuk lain yang variatif.
Oleh karena itu, pada zaman ini alat-alat batuan sudah cukup bervariasi bentuknya dan fungsinya.
Selain batu, digunakan pula tulang belulang sebagai bahan dasar alat-alat sehari-hari. Umumnya,
tulang digunakan sebagai bahan dasar penyerpih atau flakes.
Manusia purba pada zaman ini juga sudah mulai hidup secara menetap meskipun tidak secara
permanen dan di gua-gua yang ada di alam. Salah satu contohnya adalah pada gua-gua karang
yang dikenal sebagai abris sous roche dimana ditemukan banyak tulang belulang serta bekas
kebudayaan mesolitikum. Kebudayaan yang sudah mulai menetap ini pun menyebabkan
penumpukan sampah-sampah dapur berupa kulit kerang yang dikenal sebagai kjokkenmoddinger.

II. Persebaran Kebudayaan Bascon Hoabinh di Indonesia


Penyebaran kebudayaan Bacson-Hoabinh bersamaan dengan perpindahan ras Papua
Melanesoid ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur (utara). Mereka datang di Nusantara
dengan perahu bercadik dan tinggal di pantai timur Sumatra dan Jawa, namun mereka terdesak
oleh ras Melayu yang datang kemudian. Akhirnya, mereka menyingkir ke wilayah Indonesia
Timur dan dikenal sebagai ras Papua yang pada masa itu sedang berlangsung budaya
Mesolitikum sehingga pendukung budaya Mesolitikum adalah Papua Melanesoid. Ras Papua ini

3
hidup dan tinggal di gua-gua (abris sous roche) dan meninggalkan bukit-bukit kerang atau
sampah dapur (kjokkenmoddinger). Ras Papua Melanesoid sampai di Nusantara pada zaman
Holosen. Saat itu keadaan bumi kita sudah layak dihuni sehingga menjadi tempat yang nyaman
bagi kehidupan manusia.
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia-manusia ini bermigrasi ke selatan, lebih tepatnya
ke kepulauan Indonesia sekitar 2000 tahun Sebelum Masehi. Migrasi manusia-manusia purba
kebudyaaan Bacson-Hoabinh ini kerap dikenal sebagai ras Proto Melayu karena merupakan salah
satu leluhur dari ras melayu. Terdapat 2 rute penyebaran manusia purba Bacson-Hoabinh ke
Indonesia, yaitu lewat jalur barat dan juga jalur timur.
- Rute migrasi barat Bacson-Hoabinh melewati
Vietnam – Thailand – Semenanjung Melayu – Indonesia Barat (Sumatera & Kalimantan)
- Rute migrasi timur Bacson-Hoabinh melewati
Vietnam – Taiwan – Filipina – Indonesia Timur (Sulawesi & Papua)
Kedua rute migrasi tersebut memiliki hasil kebudayaan yang sedikit berbeda serta tempat-
tempat singgah yang berbeda-beda pula. Pada rute barat, peninggalan yang ditemukan antara lain
adalah kapak sumatera, kapak pendek, dan juga alat-alat tulang. Sedangkan, pada rute timur,
banyak ditemukan flakes dan sejenis alat serpih lainnya.
Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan pada
daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua. Di daerah
Sumatera, alat-alat batu sejenis kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di Lhokseumawe dan
Medan. Benda-benda itu berhasil ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter
sampai 100 meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut diselang-selingi dengan
tanah dan abu. Tempat penemuan bukit kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang hampir
sama dengan permukaan air laut sekarang dan pada kala Holosen daerah tersebut merupakan garis
pantai. Namun, ada beberapa tempat penemuan yang pada saat sekarang telah berada di bawah
permukaan laut. Tetapi, kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu di sepanjang
pantai telah terkubur di bawah endapan tanah, sebagai akibat terjadinya proses pengendapan yang
berlangsung selama beberapa millennium yang baru.
Banyak benda-benda peralatan budaya dari batu yang berhasil dikumpulkan oleh para ahli
dari bukit sampah kerang di Sumatera. Sebagian besar dari peralatan yang berhasil ditemukan
berupa alat-alat batu yang diserpih pada satu sisi dengan lonjong atau bulat lonjong. Pada daerah

4
Jawa, alat-alat kebudayaan batu sejenis dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh berhasil ditemukan
di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo. Penemuan alat-alat dari batu ini dilakukan ketika
penggalian untuk menemukan fosil-fosil (tulang belulang) manusia purba. Peralatan batu yang
berhasil ditemukan memiliki usia jauh lebih tua dari peralatan batu yang ditemukan pada bukit-
bukit sampah kerang di Sumatera. Hal ini terlihat dari cara pembuatannya. Peralatan batu yang
berhasil ditemukan di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo (Jawa) dibuat dengan cara sangat
sederhana dan belum diserpih atau diasah. Dimana batu kali yang dibelah langsung digunakannya
dengan cara menggenggam. Bahkan menurut Von Koenigswald (1935-1941), peralatan dari batu
itu digunakan oleh manusia purba di Indonesia sejenis Pithecanthropus Erectus dan juga
berdasarkan penelitiannya, peralatan-peralatan dari batu itu berasal dari daerah Hoabinh.
Di daerah Cabbenge (Sulawesi Selatan) berhasil ditemukan alat-alat batu yang berasal dari
kala Pleistosen dan Holosen. Penggalian dalam upaya untuk menemukan alat- alat dari batu juga
dilakukan di daerah pedalaman sekitar Maros. Sehingga dari beberapa tempat penggalian,
berhasil menemukan alat-alat dari batu termasuk alat serpih berpunggung dan mikrolit yang
dikenal dengan Toalian. Alat-alat batu Toalian diperkirakan berasal dari 7000 tahun lalu.
Perkembangan peralatan dari batu dari daerah Maros ini diperkirakan kemunculannya
bertumpang tindih dengan munculnya tembikar di kawasan itu.
Di samping daerah-daerah tersebut di atas, peralatan batu kebudayaan Bacson-Hoabinh juga
berhasil ditemukan pada daerah-daerah seperti daerah pedalaman Semenanjung Minahasa
(Sulawesi Utara), Flores, Maluku Utara dan daerah-daerah lain di Indonesia.

III. Hasil Kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia


Sebagai salah satu kebudayaan utama dalam zaman batu, kebudayaan Bacson-Hoabinh
memiliki beberapa peninggalan yaitu :
1. Flakes

5
Flakes adalah serpihan-serpihan yang digunakan untuk memotong suatu objek. Umumnya,
flakes ini dibuat dari batuan atau tulang yang sudah ditajamkan. Selain itu, flakes juga dibuat
dalam bentuk-bentuk indah sebagai ornamen yang disebut sebagai kalsedon. Flakes
mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau
memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan
di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi,
Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge
(Sulawesi),Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).

2. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger adalah bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter sampai 100 meter
dengan kedalaman 10 meter. Peninggalan ini ditemukan di Sumatra. Lapisan kerang tersebut
diselang-selingi dengan tanah dan abu. Tempat penemuan bukit kerang ini pada daerah
dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan air laut sekarang dan pada kala
Holosen daerah tersebut merupakan garis pantai. Namun, ada beberapa tempat penemuan
yang pada saat sekarang telah berada di bawah permukaan laut. Tetapi, kebanyakan tempat-
tempat penemuan alat-alat dari batu di sepanjang pantai telah terkubur di bawah endapan
tanah, sebagai akibat terjadinya proses pengendapan yang berlangsung selama beberapa
millennium yang baru.

6
3. Kapak genggam

Kapak genggam merupakan salah satu alat yang banyak digunakan pada zaman batu selain
kapak perimbas. Dinamakan genggam karena kapak ini tidak memiliki pegangan, sehingga
harus digenggam badan kapaknya. Bentuknya jauh berbeda dengan kapak yang sekarang
digunakan oleh manusia modern. Sesuai dengan masanya, kapak ini juga dibuat dari batu
yang sudah dihaluskan dan ditajamkan di beberapa bagian untuk membantu memotong.
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble
atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau
Sumatera. Kebudayaan Bacson - Hoabinh yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta alat-
alat dari tulang masuk ke Indonesia melalui jalur barat. Sedangkan kebudayaan yang terdiri
dari flakes masuk ke Indonesia melalui jalur timur.

4. Kapak tulang

Kapak tulang adalah salah satu jenis kapak yang dibuat dari bahan dasar tulang belulang
binatang. Jenis kapak ini banyak ditemukan di daerah Ngandong yang memang terkenal
dengan budaya Ngandong yang didominasi oleh alat-alat berbahan dasar tulang belulang.
Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan
kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya

7
ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari
alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap
ikan.

IV. Pengaruh Kebudayaan Bascon-Hoabinh di Indonesia


Pengaruh budaya Bacson-Hoabinh terhadap perkembangan budaya masyarakat awal
kepulauan Indonesia merupakan suatu budaya besar yang memiliki situs-situs temuan diseluruh
daratan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pengaruh utama budaya Hoabinh terhadap
perkembangan budaya masyarakat awal kepulauan Indonesia adalah berkaitan dengan tradisi
pembuatan alat terbuat dari batu. Beberapa ciri pokok budaya Bacson-Hoabinh ini antara lain:
Pembuatan alat kelengkapan hidup manusia yang terbuat dari batu. Batu yang dipakai untuk alat
umumnya berasal dari batu kerakal sungai. Alat batu ini telah dikerjakan dengan teknik
penyerpihan menyeluruh pada satu atau dua sisi batu. Hasil penyerpihan menunjukkan adanya
keragaman bentuk. Ada yang berbentuk lonjong, segi empat, segi tiga dan beberapa diantaranya
ada yang berbentuk berpinggang.
Pengaruh budaya Hoabinh di Kepulauan Indonesia sebagian besar terdapat di daerah Sumatra.
Hal ini lebih dikarenakan letaknya yang lebih dekat dengan tempat asal budaya ini. Situs-situs
Hoabinh di Sumatra secara khusus banyak ditemukan di daerah pedalaman pantai Timur Laut
Sumatra, tepatnya sekitar 130 km antara Lhokseumawe dan Medan. Sebagian besar alat batu yang
ditemukan adalah alat batu kerakal yang diserpih pada satu sisi dengan bentuk lonjong atau bulat
telur. Dibandingkan dengan budaya Hoabinh yang sesungguhnya, pembuatan alat batu yang
ditemukan di Sumatra ini dibuat dengan teknologi lebih sederhana. Ditinjau dari segi
perekonomiannya, pendukung budaya Hoabinh lebih menekankan pada aktivitas perburuan dan
mengumpulkan makanan di daerah sekitar pantai.

8
C. PENUTUP

I. Kesimpulan
Kebudayaan Bacson-Hoabinh muncul di lembah Sungai Mekong yang berada di Vietnam
pada 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu dan dianggap sebagai salah satu pusat kebudayaan
zaman batu di Asia Tenggara dan Indochina. Adapun rute migrasi jalur barat melalui Vietnam ke
Thailand, lalu ke Semenanjung Melayu hingga sampai di Indonesia bagian barat, tepatnya di
Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan rute migrasi jalur timur melewati Vietnam ke Taiwan, lalu
masuk Filipina hingga masuk ke Indonesia bagian timur, tepatnya di Sulawesi dan Papua. Dua
rute tersebut memiliki hasil kebudayaannya sendiri yang sedikit berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Pada rute barat ditemukan peninggalan berupa kapak Sumatera, kapak pendek, dan juga
alat-alat yang terbuat dari sisa-sisa tulang. Sedangkan peninggalan yang melalui jalur timur
adalah flakes atau alat-alat kecil yang terbuat dari batu kalsedon serta alat serpih lainnya.
Manusia purba pada zaman ini juga sudah mulai hidup secara menetap meskipun tidak secara
permanen dan di gua-gua yang ada di alam (abris sous roche). Dari segi perekonomiannya,
pendukung budaya Hoabinh lebih menekankan pada aktivitas perburuan dan mengumpulkan
makanan di daerah sekitar pantai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, G. (2020, Desember 07). Diakses Februari 16, 2023, from kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/07/141840169/masyarakat-prasejarah-
kebudayaan-bacson-hoabinh.

Subroto, Lukman Hadi. (2021, Desember 07). Diakses Februari 16, 2023, from kompas.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/07/080000179/kebudayaan-bacson-hoabinh--
persebaran-ciri-ciri-dan-pengaruh?page=all.

Hakim, I. (2021, Januari 20). Diakses Februari 16, 2023, from insanpelajar.com:
https://insanpelajar.com/kebudayaan-bacson-hoabinh-sejarah-ciri-dan-peninggalannya/.

Sonida, Lensa Khoirul. Diakses 16 Februari, 2023, from sonobudoyo.com:


http://www.sonobudoyo.com/id/berita/read/alat-serpih--peralatan-sehari-hari-manusia-purba

Dedi, A. (2017, Oktober 27). Diakses Februari 16, 2023, from kebudayaan.kemendikbud.go.id:
HTTPS://KEBUDAYAAN.KEMDIKBUD.GO.ID/BPNBKEPRI/MENELUSURI-TRADISI-
LISAN-WARISAN-KEBUDAYAAN-DONGSON-DAN-BACSON-HOABINH-TRADISI-
LISAN-DALAM-RITUAL-ASYEIK-KERINCI/.

10
FOTO KELOMPOK

11

Anda mungkin juga menyukai