Anda di halaman 1dari 3

Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya

Dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di jalur perdagangan, Sriwijaya kerap


menjadi tempat persinggahan pedagang-pedagang asing, seperti dari India.
Hal tersebut memungkinkan adanya interaksi antara masyarakat Sriwijaya dan
pedagang-pedagang tersebut. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya
hubungan persahabatan antara Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan lain
seperti Kerajaan Pala atau Nalanda di Benggala.

Namun, kerajaan Sriwijaya juga menjalani hubungan yang buruk dengan Kerajaan
Cholandala di Asia Selatan. Hal ini bermula sejak kenaikan Rajendra Choladewa I
yang terus menerus melakukan penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya.
Masyarakat Sriwijaya juga telah mengenal stratifikasi sosial (pembagian tingkatan
sosial) dan kelompok-kelompok profesi tertentu. Hal ini diketahui dari Prasasti Kota
Kapur yang di dalamnya terdapat istilah yuwaraja (putra mahkota), pratiyuwaraja
(putra raja kedua),rajakuman (putra raja ketiga), puhawan (nahkoda), bupati, dan
senopati.
Kehidupan masyarakat disana juga diperkirakan makmur. Hal ini berdasarkan
tulisan Abu Zaid Hasan, pelaut persia yang menceritakan Zabaq (Sriwijaya) memiliki
tanah yang subur dan wilayah kekuasaan luas. Maka dapat diperkirakan bahwa
keadaan masyarakat disana makmur.
Keadaan Politik Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang (Maharaja) yang berkuasa sampai
akhir hayatnya. Apablila Maharaja telah meninggal, maka posisinya diduduki oleh
yuwaraja (Putra Mahkota).
Selain itu, terdapat beberapa profesi di Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya :

Pratiyuwaraja (putra raja kedua)


Rajakuman (putra raja ketiga)
Raja putra (putra raja yang keempat)
Bhupati (bupati)
Senopati (komandan pasukan)
Dandanayaka (hakim)
Kayastha (juru tulis)
Sthapaka (pemahat)
Pada masa kekuasaannya, Ibukota Sriwijaya berpindah dari Muara Takus ke
Palembang.
Sriwijaya juga berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya serta menguasai wilayah-
wilayah kunci jalur perdagangan seperti Selat Sunda, Selat Malaka, dan Selat
Bangka.
Dikarenakan wilayahnya yang berada tidak hanya di satu pulau, Kerajaan Sriwijaya
dapat disebut sebagai Negara Kepulauan.
Keadaan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

Pada awalnya, mata pencaharian kerajaan Sriwijaya adalah bertani. Namun, setelah
perluasan wilayah ke daerah-daerah strategis, mata pencahariannya berubah
menjadi perdagangan.

Letak Sriwijaya yang strategis membuat banyak pedagang-pedagang kerap singgah


di sana. Para pedagang tersebut diharuskan membayar pajak sehingga Kerajaan
Sriwijaya mengambil keuntungan dari hal tersebut.

Keuntungan juga didapatkan dari kegiatan bongkar-muat muatan kapal-kapal


pedagang yang singgah. Sebagian pendudukdapat memperoleh nafkah dari kegiatan
tersebut.
Masyarakat Sriwijaya melakukan perdagangan dengan menjual hasil-hasil laut,
binatang buruan, gading, beras, dan rempah-rempah.

Anda mungkin juga menyukai