Nama Kelompok :
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman dan guru mata pelajaran Sejarah
Indonesia yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan
laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar
pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran
perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia
saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut antara
Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan
Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui,
termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur
hubungan dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia
dan China beserta India.
Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para
pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan
India, lambat laun agama Hindu dan Budha masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh
raja-raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-
Budha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.
Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh Masehi, dibawa
oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang pertama kali menganut
agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti
Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat,
Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu di Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan
Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan
Pajajaran, serta Kerajaan Majapahit.
Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan-peninggalan yang harus kita
ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan
dan beribukota di Palembang ini memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti
historiografi, sejarah berdirinya, lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, hubungan
regional dan luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek
kehidupan apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya?
2. Dari manakah sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya?
C. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan :
3. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial dalam pemerintahan Kerajaan
Sriwijaya.
PEMBAHASAN
Berita dari Cina berasal dari seorang pendeta Budha yang bernama I-Tsing, Ia melakukan
perjalanan dari Cina ke India (begitu sebaliknya) guna menimba ilmu. Disaat dalam
perjalanan, ia singgah di kerajaan Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama 6 bulan untuk
mempelajari bahasa sanskerta sehingga ia bersama guru Buddhis, Sakyakirti, mampu
menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina.
I-Tsing menjelaskan bahwa kerajaan ini menganut agama Budha serta memiliki pelayaran
yang sangat maju. Ia menjelaskan juga bahwa kerajaan Sriwijaya mampu menaklukkan
daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685. Selain itu, kabar dari Cina
lainnya menyebutkan bahwa pada masa dinasti Sung telah terjadi beberapa kali pengiriman
utusan dari Cina ke Shi-li-fo-shih (Sriwijaya).
Diberitakan bahwa telah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Zabag (Sriwijaya) di sebuah
Pulau Emas (karena banyak emas). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak
menghasilkan emas bahkan sebanyak 106 Kilogram/tahun. Alberuni mengatakan bahwa
kerajaan Zabag memiliki hubungan baik dengan Cina melebihi hubungan baiknya dengan
India.
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah,
wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
1) DapuntaHyang SriJayanasa
Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil
memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki daerah
Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat
Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2) Balaputera Dewa
Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang saudara
antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan
(Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan
Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah berkuasa.
Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja.
3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola. Sang
raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.
b. Wilayah kekuasaan
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari Muara
Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai
daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan
perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan mungkin
juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah
berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat
Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.
Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki
Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung
Malaya memiliki tujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan
pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur
perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering dipergunakan oleh para
pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk
menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya.
Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur
perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah
Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut
terbesar di seluruh Asia Tenggara.
B. Aspek Ekonomi
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian.
Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur perdagangan
internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan
perdagangan dan pelayaran.
Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan ke India bongkarmuat di
Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke China. Dengan demikian
pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia
Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di
bawah kekuasaan Sriwijaya.
C. Aspek Sosial
Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat, dan juga
agama Hindu-Buddha. I-tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya
untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar
yang sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra.
2. Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasi Selat Malaka
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
•Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
Candi Muara Takus merupakan salah satu candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Lokasi
Candi Muara Takus terletak di Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini
menjadi satu-satunya candi dengan corak Budha di Riau, dengan beberapa bangunan terdiri
dari candi sulung, candi bungsu, mahligai stupa, dan palangka. Candi ini dinobatkan sebagai
salah satu warisan dunia sejak tahun 2009 oleh UNESCO.
Candi Muaro Jambi dibangun sekitar abad ke-11 dan terletak di Kecamatan Maro Sebo,
Kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi tepatnya di tepi sungai Batang Hari. Muaro Jambi
juga menjadi candi dengan area terluas di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara, dengan total
area 3981 hektar. Pada tahun 2009, Candi Muaro Jambi juga ditetapkan sebagai warisan
dunia oleh UNESCO.
Peninggalan kerajaan Sriwijaya berikutnya adalah Candi Biaro Bahal. Letaknya ada di Desa
Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, provinsi Sumatera Utara.
Candi ini dibangun pada abad 11 dengan struktur bata merah. Kompleks candi ini terdiri dari
beberapa candi yang sering disebut candi Bahal I, candi Bahal II dan seterusnya.
Candi Kota Kapur merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang megah, yang
berkaitan erat dengan prasasti Kota Kapur. Dibangunnya candi ini dengan tujuan untuk
menghindari gangguan dari kapal-kapal perompak yang lewat di sekitar daerah tersebut yang
kerap melakukan penyerangan.
Gapura Sriwijaya
Gapura Sriwijaya merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya dalam bentuk gapura. Adapun
letak gapura ini ada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam,
Sumatera Selatan dan terdiri dari 9 bagian gapura. Gapura Sriwijaya ini sudah roboh saat ini
karena gempat, erosi dan gejala alam lainnya, namun keberadaannya tetap dikenang oleh
masyarakat setempat.
Prasasti Kota Kapur terletak di Pulau Bangka bagian barat yang ditulis dengan memakai
Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan pada tahun 686 M. Konon, isi
prasasti ini berisikan tentang harapan-harapan dari rakyat kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Ligor
Prasasti Ligor menjadi salah satu prasasti peninggalan Sriwijaya. Letak ditemukannya
prasasti Ligor adalah di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan. Prasasti
Ligor ditemukan pada tahun 775 M. Prasasti ini memiliki dua sisi, yang dinamai sisi A dan
sisi B.
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Pada prasasti
ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa yang tersusun atas 13 baris
kalimat. Prasasti ini berasal dari abad ke-7 dan berisikan tentang kutukan terhadap orang
yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
Prasasti Hujung Langit juga termasuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Letak ditemukannya
prasasti ini di Desa Haur Kuning, provinsi Lampung. Adapun bahasa yang digunakan adalah
bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi Prasasti Hujung Langit adalah tentang
pemberian tanah Sima yang diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi.
Prasasti Telaga Batu ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan
Ilir Timur II, Palembang. Isi prasasti Telaga Batu yaitu mengenai kutukan bagi mereka yang
berbuat jahat di Sriwijaya. Di sekitar lokasi penemuan Prasasti Telaga Batu ini juga
ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di kota Palembang, yang merupakan kota ibu kota dari
kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan sekitar tahun 683 Masehi dan menceritakan
tentang Dapunta Hyang yang berhasil memakmurkan rakyat. Raja Dapunta Hyang itu sendiri
dikenal sebagai raja yang ramah dan sangat mencintai rakyatnya yang makmur saat itu.
Prasasti Talang Tuwo
Peninggalan kerajaan Sriwijaya berikutnya adalah Prasasti Talang Tuwo. Penemuan prasasti
ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang di sekitar tepian utara Sungai Musi. Isi Prasasti Talang
Tuwo adalah doa-doa dedikasi dan menunjukkan berkembangnya agama Buddha di Sriwijaya
pada masa itu.
Prasasti Leiden
Prasasti Amoghapasha
Prasasti Bukit Siguntang adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kompleks
pemakaman para raja Sriwijaya. Isi Prasasti Bukit Siguntang menceritakan peperangan yang
memakan banyak korban jiwa. Karena letaknya, banyak benda sejarah lain yang ditemukan
bersamaan dengan prasasti ini.
Prasasti Karang Birahi ini ditemukan di daerah Karang Berahi, provinsi Jambi. Prasasti ini
sendiri sudah ada sejak tahun 868 Masehi. Isi Prasasti Karang Birahi berisikan tentang doa-
doa kepada dewa dari rakyat Sriwijaya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat.
BAB 3
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan
dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India.
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan
negara maritimnya.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik di
dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing.
B. Saran
Sejarah harus selalu kita kaji agar menjadi sebuah pengetahuan dan motivasi dalm mengisi
kenerdekaan