Anda di halaman 1dari 22

PERADABAN SUNGAI INDUS

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Sejarah

Dosen Pengampu: Nugroho Bayu Wijanarko, S.Hum., M.A.

Oleh:
Yuli Yanti 3101417002
Siti Zulaekah 3101417014
Karmila 3101417018
Riska Amalia 3101417024
Anis Wahyuni 3101417025
Sekar Arum P. 3101417029
Anita Wahyu N. T 3101417030
Restu Nindya P. 3101417036
Rifani Zahra 3101417037
Zuhrotul Putri M. 3101417039
Rizkia Putri W. 3101417040

Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Peradaban Sungai Indus ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Geografi Sejarah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang peradaban Sungai Indus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nugroho Bayu Wijanarko,
S.Hum., M.A., selaku dosen mata kuliah Geografi Sejarah yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, April 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii


Daftar Isi .................................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan ................................................................................................................. 3
A. Sejarah Peradaban Lembah Sungai Indus ...................................................................... 3
B. Pengetahuan yang Berkembang di Lembah Sungai Indus.............................................. 7
C. Peralatan Hidup Masyarakat Sungai Indus .................................................................... 9
D. Mata Pencaharian Masyarakat Sungai Indus ................................................................. 10
E. Kemasyarakatan Sosial di Lembah Sungai Indus .......................................................... 10
F. Kepercayaan yang Berkembang di Lembah Sungai Indus ............................................. 12
G. Kesenian Masyarakat Sungai Indus............................................................................... 13
H. Bahasa Masyarakat Sungai Indus .................................................................................. 14
BAB III Kesimpulan ................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban menurut KBBI adalah kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin
dan hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.
Menurut Koentjaraningrat, peradaban memiliki arti kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Peradaban Sungai Indus yang berada di anak benua India sering disebutkan sebagai
peradaban yang paling maju dan berpengaruh terhadap kemajuan dunia. Hal ini banyak
ditandai dengan penemuan-penemuan canggih yang dibuat oleh masyarakatnya pada masa
tersebut. Peradaban ini sungai Indus yang mahsyur dan tersohor memunculkan banyak
penelitian akademis untuk menguak misteri kecanggihannya. Peradaban ini diperkirakan
berdiri pada abad 3300 SM sampai dengan 500 SM.
Daerahnya yang subur karena berada di lembah Sungai Indus yang dialiri aliran air
melimpah membuat peradaban ini semakin menguat. Teknologi sudah banyak ditemukan
untuk mempermudah dan menyelesaikan masalah kehidupan manusia. Yang sangat
menonjol dari peradaban ini salah satunya adalah teknologi tata kota yang sangat baik.
Pengetahuan matematis juga telah berkembang, masyarakat peradaban Sungai Indus telah
mengerti perhitungan berat dan pengukuran.
Seperti yang telah penulis sedikit jabarkan di atas, banyaknya pengaruh dari
kemajuan peradaban ini terhadap peradaban dunia membuat penulis tertarik untuk
mengulas tema peradaban Sungai Indus dalam mata kuliah Geografi Sejarah. Lewat studi
pustaka, makalah ini menghimpun informasi yang banyak dibutuhkan oleh pembaca dalam
memahami topik bahasan ini. Harapan penulis semoga makalah ini bisa menjadi referensi
baru dalam khazanah pengetahuan mengenai peradaban Sungai Indus.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah peradaban Lembah Sungai Indus?
b. Apa saja pengetahuan yang berkembang di Lembah Sungai Indus?
c. Apa saja peralatan hidup masyarakat Sungai Indus?
d. Apa saja mata pencaharian asyarakat Sungai Indus?

1
e. Bagaimana kondisi kemasyarakatan sosial di Lembah Sungai Indus?
f. Apa saja kepercayaan yang berkembang di Lembah Sungai Indus?
g. Apa saja kesenian masyarakat Sungai Indus?
h. Apa bahasa masyarakat Sungai Indus?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Peradaban Lembah Sungai Indus

Jazirah India terletak di Asia Selatan. India juga disebut anak benua Asia karena
letaknya seolah-olah terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat pegunungan
Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India
dan daerah lain di Asia. Di bagian barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang
disebut Celah Khaibar. Melalui Celah Khaibar bangsa India berhubungan dengan
daerah-daerah lain di Utaranya. Daerah lembah sungai Indus terletak di Barat Laut
India. Sungai Indus berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui pegunungan
Himalaya. Setelah menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain akhirnya bermuara
ke Laut Arab. Panjang sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda
memperhatikan sungai Indus pada peta dewasa ini maka sungai tersebut mengaliri tiga
wilayah yaitu Kashmir, India dan Pakistan.
Peradaban India sering disebut dengan peradaban sungai Indus yang dialiri oleh
lima anak sungai yaitu; Yellum, Chenab, Ravi, Beas, Suttly yang kemudian terkenal
dengan sebutan Punjab (Daerah lima Aliran Sungai). Peradaban lembah sungai Indus
sebanding dengan peradaban Mesopotamia, lembah sungai Huangho, dan Mesir.
Sejarah India kuno diawali dari lembah sungai Indus atau Hindus. Peradaban Lembah
Sungai Indus menurut para arkeolog pernah berlangsung di Lembah Sungai Indus pada
tahun 3000-500 SM. Zaman ini sering disebut zaman Chalcolithicum. Kebudayaan
lembah sungai Indus ini merupakan jaman prasejarah India. Sebab pada masa ini di
India belum dikenal adanya tulisan. Sekitar tahun 1500 SM setelah masuknya bangsa
Arya sebagai pendatang baru dari Asia tengah, baru mulai ditemukan bukti-bukti
berupa tulisan. Bagi penduduk di zaman India kuno sungai Indus dikenal sebagai raja
sungai. Adapun sebutan dalam bahasa Sansekertanya adalah Shindu artinya “samudera
atau perairan besar”. Sungai Indus atau Hindus merupakan pusat kebudayaan tertua di
India. Ini didapatkan dari hasil penggalian arkeologi (purbakala) dari Inggris pada
tahun 1924, bahwa di kota Mahenjo Daro (bukit kematian) dan Harappa sekitar tahun
3000 SM telah berkembang suatu kehidupan yang teratur dengan tata kota yang megah.

3
Hal ini menarik perhatian para ahli purbakala yang lain untuk melakukan penelitian di
India.
Mohenjo Daro dan Harappa adalah dua kota kuno yang terletak di lembah sungai
Indus atau Hindus. Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjo Daro
dan Harappa diperkirakan adalah bangsa Dravida dengan ciri-ciri bibir tebal, kulit
hitam, hidung pesek, berbadan tegap, dan berambut ikal. Mereka datang dari barat 5000
tahun yang lalu, jauh sebelum terbangunnya peradaban kota. Bangsa ini tergolong ras
3 Mediteranian yang menggunakan bahasa Dravida. Bahasa ini sekarang masih tersisa
di Tamil, Telugu, Kannada dan Malayalam (Majumdar, 1987:17, 29). Mata
pencaharian mereka adalah bercocok tanam sesuai dengan keadaan alam sekitar
lembah Indus atau Hindus yang subur. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri kurang
lebih 800 km. Dalam penggalian terbaru telah banyak ditemukan kota-kota baru di
Mohenjodaro dan Harappa. Pada masa Mohenjodaro dan Harappa telah ditemukan
benda-benda yang pada saat itu sudah merupakan benda yang sangat mengagumkan
dengan keunikan dan keelokan tersendiri. Bukti lain menunjukkan bahwa di Mohenjo
Daro dan Harappa tidak diketemukan bukti kegiatan militer sehingga kemungkinan
mereka hidup dalam kedamaian dan tidak ada kelas sosial. Mereka ahli astronom dan
berpengalaman di bidang pertanian. Bermacam-macam hasil pertanian yang dimiliki,
hewan ternak seperti sapi dan gajah. Dan bangsa inilah yang pertama kali memproduksi
kain katun dan pada saat itu mereka belum mempunyai kepercayaan atau agama yang
tetap.
Peradaban lembah sungai Indus sudah sangat maju sebelum bangsa Arya migrasi
ke daerah tersebut. Peradaban lembah sungai Indus didukung oleh bangsa Drawida.
Peradaban Drawida terungkap berkat ekskavasi di Mahenjodaro, Harappa dan situs-
situs lainnya. Sedangkan peradaban bangsa Arya dapat diketahui berdasarkan lagu-lagu
pujaan mereka. Lagu-lagu pujaan ini dikenal dengan sebutan Weda. Lagu-lagu ini pada
mulanya disampaikan secara lisan oleh para guru kepada muridnya. Setelah berabad-
abad disampaikan secara lisan, dalam perkembangannya, Weda ini kemudian ditulis
dan disusun dalam bentuk kitab. Ada 4 kitab yang dikenal sebagai Weda Samhita yaitu
Rigweda, Samaweda, Yayurweda dan Atharwaweda. Selain itu ada juga kitab lainnya
yang disusun jauh di belakang, yaitu kitab Brahmana dan Purana. Kitab-kitab tersebut

4
dapat dijadikan rujukan untuk membicarakan perkembangan Hinduisme di India.
Kitab-kitab tersebut berasal dari periodisasi berbeda, yang paling tua adalah kitab
Rigweda Samhita, di bawahnya diikuti oleh Weda Samhita yang lain; dan yang paling
muda adalah kitab Purana. Menurut Majumdar (1987:29) Rigweda disusun antara
tahun 2000-1500 S.M, dan disebutkan juga bahwa bangsa Arya migrasi ke lembah
sunga Sindhu sekitar 2500-2000 S.M. Dijelaskan lebih lanjut angka tahun tersebut bisa
bergeser ke depan dan ke belakang dalam hitungan 5 abad. Dengan sumber-sumber
yang telah ada membuktikan bahwa sungai Indus, tepatnya peradaban lembah Sungai
Indus telah menjadi salah satu sumber perdaban di dunia.
Sungai merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, keberadaannya sangat
penting karena menunjang berbagai aktivitas kehidupan baik itu aktitivitas kehidupan
sehari-hari, bahkan dapat berpengaruh terhadap bidang sosial, ekonomi, budaya,
pengetahuan, politik, dan agama atau kepercayaan. Peradaban-peradaban besar dunia
bermula dari adanya sungai, termasuk sungai Indus yang menjadi peradaban awal India
Kuno. Sungai ini terletak di daerah Punjab. Bagi penduduk India kuno, sungai Indus
dikenal sebagai raja sungai. Air di sungai Indus merupakan sumber kehidupan
penduudk sekitar, mereka memanfaatknnya untuk irigasi lahan pertanian oleh
karenanya lembah sungai Indus terkenal akan kesuburan tanahnya. Sungai ini mengalir
di seberang Himalaya dengan panjang 3000 km, dimana ketika musim hujan akan
mengalami banjir besar. Namun sungai ini tidak bisa digunakan untuk pelayaran karena
dangkal. Isolasi alam India kala itu membuat India memainkan peranannya sendiri di
bidang kebudayaan.
Sungai Indus menjadi pusat peradaban India, hal ini berdasar penemuan arkeologi
yang dilakukan oleh Inggris pada abad ke-19. Hasil dari temuan tersebut adalah
bangunan pada tahun 2500-1700 SM. Pada tahun 1922 R.D. Banerji menemukan kota
kuno yakni Mohenjodaro dan Harappa. Penelitian secara intensif menemukan sistem
tata kota yang baik. Jalan selebar 10 meter dilengkapi sistem drainase yang baik.
Terdapat gedung-gedung di kanan kiri jalan. Bangunan gedung dilapisi sejenis semen
bahkan beberapa gedung mempunyai loteng dan kamar mandi yang dilengkapi pipa
pembuangan. Bangsa yang diduga membangun peradaban kota tersebut adalah bangsa
Dravida. Jarak antara dua kota tersebut adalah 800 km. Studi mendalam dilakukan oleh

5
Sir John Marshall yang kemudian dituangkan dalam bukun “Mohenjodaro and Indus
civilization” pada tahun 1931. Adapula dua situs lain yang terletak di India Barat yakni
Lothal yang terletak di sungai Sabarmati di teluk Cambay dan Kalibangan yang terletak
sekitar 310 km barat laut Delhi.
Di kota Harappa dan Mohenjodaro ditemukan bermacam-macam peninggalan
sebagai bukti peradaban, yakni:
1. Patung Dewi Ibu yang terbuat dari tanah liat sebagai manfisetasi pemujaan
terhadap dewa kesuburan
2. Pictograph, tulisan yang terbuat dari tanah liat yang disertai niasan dan
gambar binatang
3. Arca-arca yang menggambarkan seorang putri yang sedang mandi
4. Materai tanah liat yang menggambarkan seseorang yang berdiri dengan
rambut disanggul serta tangannya memegang dua harimau yang mengaum.
5. Kolam renang ukuran besar, sekolah, gudang gandum, balai
permusyawaratan, dan stupa agama Buddha
6. Arca yang menggambarkan pendeta berjanggut tebal, bermata sipit, dan
berbibir tebal
7. Patung perunggu dengan panjang 10,8 cm
8. Perhiasan berupa kalung emas dan perak
9. Senjata yang terbuat dari batu dan tembaga
Cakupan wilayah peradaban Indus ini sebenarnya sangat luas, bahkan membentang
sampai luar India seperti Iran, Pakistan, dan Turkmenistan. Pola urban yang terdapat di
wilayah peradaban sungai Indus cenderung seragam. Menurut penemuan masyarakat
kuno sungai Indus sudah melakukan kontak dengan masyarakat di luar wilayahnya,
seperti Mesopotamia buktinya adalah materai, kapal-kapal yang dipergunakan untuk
memuat komoditi dagang. Wilayah Indus yang menerima curah hujan tinggi sangat
mendukung aktivitas pertanian yang menghasilkan gandum dan kapas serta peternakan
domba, sapi, dan gajah. Kebutuhan pangan mereka tercukupi, apabila bahan makanan
berlebih atau mengalami surplus mereka biasa menyimpannya di dalam lumbung.
Mereka juga telah mengenal industri kapas untuk menghasilkan kain katun. Selain itu
mereka memiliki keterampilan membuat kerajinan logam seperti kerajinan tembaga,

6
dimana bahan dasar tersebut berasal dari Baluchistan dan Rajashtan sebagai
pemasoknya. Di bidang pertukangan mereka telah mengenal alat-alat yang terbuat dari
kayu untuk membuat batu bata. Bisa dikatakan bahwa kapas, kayu, dan tembaga
menjadi komoditi yang penting kala itu. Untuk kategori barang-barang mewah ialah
kulit kerang, lapis lazuli, akik, batu berharga, emas, dan perak.
Masyarakat sungai Indus tidak menunjukkan adanya kasta atau strata sosial,
mereka hidup secara damai namun individualistis dan berambisi pada materi untuk
menunjang kehidupan yang lebih baik. Kemakmuran kota ditetapkan pada sektor
industri dan perdagangan. Untuk mengatur kota dan kehidupan sosial, masyarakat
sungai Indus telah mengenal sistem administrasi digambarkan dengan simbol-simbol.
Simbol-simbol tersebut juga digunakan untuk keperluan keagamaan, seperti pemujaan
dan mitologi.
Pola-pola pemukiman kota menunjukkan pola yang sama yakni pola grid, pola ini
terdapat di situs Mohenjodaro, Harappa, dan Sutkagen Dor. Tetapi berbeda dengan
model benteng dengan gundukan tinggi seperti zigurat di Mesopotamia, kedua hal
tersebut jelas berbeda konsep. Untuk kasus Kalibangan dengan model gundukan tingga
karena penduduk pada awalnya tingga di bawah, namun di Harappa dan Sutkagen Dor
sengaja dibagi. Di Mohenjodaro dibuat celah antara satu dengan yang lain untuk
antisipasi banjir. Bahan yang digunakan untuk membuat celah tersebut adalah bata dan
lumpur aluvial.

B. Pengetahuan yang Berkembang di Lembah Sungai Indus


Dalam penggalian yang dilakukan di bawah Sir John Marshall penemuan
arkeologis di Mohenjodaro dan Harappa mula-mula terjadi saat para pekerja sedang
memasang rel kereta api dari Karachi ke anjab pada pertengahan abad ke 19. Pada
waktu itulah ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jendral
Arkeologi di India. Pada 1922 ekspedisi R.D. Banerji untuk mencari stupa Budha
peninggalan abad II tiba-tiba menemukan sebuah kota kuno zaman pra sejarah.
Kota ini baik sekali letaknya. Jalannya lebar sampai 10 meter dan membujur hingga
sejauh 2 km. Semacam trotoir selebar ½ meter mengapit kanan kiri jalan. Jalan-jalan
itu membujur membentuk sudut siku-siku ke utara, selatan, dan timur barat. Rupanya

7
gedung-gedung yang dibuat dari batu bata yang dilepa dengan sebangsa semen.
Sementara itu setiap rumah mempunyai pintu dan jendela yang menghadap ke jalan.
Suatu yang unik lagi di sana kamar mandi, adanya sistem aliran buangan yang baik,
lengkap dengan pipa-pipa saluran terbuat dari tembikar. Di sana juga ditemui kamar
mani umum dengan ukuran 11x7, yang dilengkapi oleh bilik-bilik kamar mandi. Selain
itu, di dalam kota juga dijumpai benteng dan menara.
Hal ini menunjukan bahwa pada masa itu penduduk di peradaban sungai Indus
sudah mengenal ilmu tata kota (planalogi) dan kemampuan untuk membuat rumah
dengan modern. Karena rumah-rumah sudah dibangun dengan batu bata dapat
ditafsirkan pada saat itu mereka sudah memiliki kemampuan membuat batu bata. Selain
itu, Sir John Marshall juga menemukan tembikar yang membuat para peneliti
beranggapan bahwa masyarakat disana waktu itu sudah memakai pakaian dari benang
yang benangnya dibuat dengan alat pemintal. Berarti disamping sudah mengenal teknik
menuang logam, juga sudah ada alat pemintal.
Pada waktu itu, mereka juga sudah mengenal tulisan walaupun dari bukti
peninggalannya hanya ada tulisan piktograf ( tulisan yang berbentuk gambar-gambar),
yang berupa gambar binatang. Kondisi alam wilayah tersebut menuntut agar penduduk
di wilayah tersebut mengembangkan sendiri kebudayaan yang dimilikinya.
Kedua kota Mohonjodaro dan Harappa hilang pada tahun 1750 SM, kira-kira dalam
waktu 1000 tahun kebelakang, di daerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota
yang demikian megahnya, namun pada tahun 500 lampau, ketika bangsa Arya datang
menginvasi kebudayaan Harrapa sudah merosot.
Sejarah peradaban India kuno lalu menampakan suatu kondisi patah, hingga
muncul kerajaan baru abad ke 6 Masehi, peradaban kota baru jaya kembali di Daerah
sungai India. Perkembangan kota baru India.
Kesimpulannya, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikenal oleh masyarakat
yang mendiami lembah sungai Indus. Bukti yang menunjukan ditemukannya perkakas
pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat perang, bangunan dan simbol kepercayaan
yang terbuat dari tanah liat dan logam. Selain itu, di Kota Mohenjodaro dan Harappa
sudah terbentuk penataan kota yang baik dan teratur. Penduduk sudah mengeal
teknologi bangunan dan gedung yang dibuat dari batu bata untuk tempat tinggal. Setiap

8
rumah terdapat sumur dan saluran-saluran pembuangan limbah kotor dan dialirkan ke
selokan besar di bawah jalan raya.

C. Peralatan Hidup Masyarakat Sungai Indus


Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki teknologi yang berbeda dengan
teknologi di peradaban lain, kemampuan mereka ini dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan. Dari bukti-bukti peninggalan yang
didapat, akan diperoleh gambaran bahwa mereka telah mengenal adat istiadat dan
telah memilik kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, seperti amulet-
amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang dan diasumsikan
digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat
yag kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan
yang bentuknya seperti gambar.
Terdapat berbagai macam benda-benda lain yang ditemukan di kawasan
Mohenjodaro dan Harappa, antara lain periuk belangga yang sudah dibuat dengan
teknik tuang yang tinggi, selain itu juga terdapat benda-benda yang terbuat dari porselin
Tiongkok yang diduga digunakan sebai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain.
Dengan teknik menuang logam, Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah dapat
membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk
Mohenjodaro dan Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam,
seperti senjata tombak, ujung anak panah, ataupun pedang. Pada masa ini juga duga
masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah mengenal hiburan berupa tarian-tarian
yang diiringi gendering. Di tempat penggalian, ditemukan alat-alat permainan berupa
papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa
telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini
dikenal memiliki sistem sanitasi yang baik. Mereka memiliki tempat pemandian umum
yang dilengkapi dengan saluran air serta tangki air diatas perbentengan jalan-jalan
utama. Dari segi arsitektur, perkembangan ilmu arsitektur mereka sudah berkembang
pesat, bangunannya terbuat dari batu bata merah yang sudah dibakar serta dipoles
dengan kapur dan semen, sudah banyak terdapat rumah yang bertingkat dua sampai

9
tiga yang dilengkapi dengan pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat untuk menyalurkan
air dan kotoran dari tingkat teratas menuju selokan bawah tanah.

D. Mata Pencaharian Masyarakat Sungai Indus


Peradaban masyarakat di lembah Sungai Indus merupakan salah satu peradaban
yang berada di wilayah India sebelah utara. Peradaban ini tergolong sebagai salah satu
peradaban maju yang ada di dunia. Hal ini karena peradaban di lembah Sungai Indus
didukung oleh kondisi alamnya yang bertanah subur. Tanah subur di lembah Sungai
Indus berasal dari lumpur-lumpur yang terbawa oleh aliran sungai ketika banjir tahunan
menerjang wilayah ini. Sungai Indus sendiri dialiri oleh lima anak sungai, yakni sungai
Yellum, Ravi, Chenab, Beas dan Suttly atau Punjab.
Daerah yang subur menjadikan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan
hidup dari kegiatan bercocok tanam. Masyarakat lembah Sungai Indus pada saat itu
diketahui juga sudah memiliki peradaban yang cukup maju, hal ini terbukti dari
kemampuan masyarakatnya dalam membuat saluran irigasi guna menyalurkan air yang
mengalir dari lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Selain
kemampuan membuat saluran irigasi yang baik, masyarakatnya juga mampu
membangun tanggul penahan banjir dan bendungan di daerah-daerah pertanian mereka.
Hasil pertanian utama masyarakat lembah Sungai Indus ialah padi, gandum, gula atau
tebu, kapas, teh, dan berbagai hasil pertanian lainnya.

E. Kemasyarakatan Sosial di Lembah Sungai Indus


Peradaban Lembah Sungai Indus menurut para arkeolog pernah berlangsung di
Lembah Sungai Indus pada tahun 3000-500 SM. Zaman ini sering disebut zaman
Chalcolithicum. Letak lembah Sungai Indus tepatnya berada di daerah perbukitan
Baluchistan. Peradaban Sungai Indus dialiri lima anak anak sungai: Yellum, Ravi,
Chenab, Beas, dan Suttly (Punjab). Daerah lembah sungai yang subur sehingga
memungkinkan tumbuhnya kehidupan masyarakat yang menghasilkan peradaban yang
cukup tinggi.
Wilayah ini didiami oleh bangsa Dravida yang merupakan suku asli dari India, yang
memiliki ciri-ciri umum; kulit hitam, bibir tebal, hidung pesek, warna bola mata cokelat,
postur tubuh pendek, berbadan tegap dan berambut ikal atau keriting. Dravida
mempunyai kemajuan di berbagai bidang yaitu sistem pertanian bangsa dravida

10
berbentuk agraris, sistem irigasi, hidupnya menetap, dan kehidupan dengan sistem tata
kota.
Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan
mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua,
yaitu wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah
permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal padat dengan jalan raya yang saling
menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di kedua sisi jalan.
Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah
raja dan pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah
pemerintahan dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem saluran
air bawah tanah.

Situs peradaban Lembah Sungai Indus


Dari penemuan fosil-fosil, tampak bahwa di daerah itu terdapat dua tipe
penduduk. Pertama, penduduk asli dengan ciri-ciri: kulit gelap, pendek, hidung lebar
dan pesek dengan bibir tebal menonjol. Keturunan dari tipe ini sampai sekarang masih
dapat kita jumpai di antara kasta rendah masyarakat India. Kedua, mereka yang
seketurunan dengan suku Mediteranian. Orang-orang ini masih berhubungan erat
dengan orang-orang yang hidup pada masa pradinasti di Mesir, Arab, dan Afrika Utara.
Kulit mereka lebih terang, tubuh langsing, hidung mancung, dan bermata lebar.
Peradaban terbesar yang ada di daerah ini didukung dengan adanya keberadaan dua
kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa yang kemungkinan dibangun oleh bangsa asli
Dravida. Para ahli meyakini bahwa pusat peradaban Mohenjodaro terletak di Lembah
Indus yang berada di timur Sungai Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota
Harappa diprovinsi Punjabi, India. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri kurang
lebih 800 km.

11
Situs Harappa dan Mohenjodaro
Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri
menjadi tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga
sekarang. Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang
ditemukan di sana masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota
tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religius dan tanda-tanda sistem
kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo
Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu
pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup
yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).

F. Kepercayaan yang Berkembang di Lembah Sungai Indus


Peradaban di Lemah sungai Indus tidak ditemukan tempat sembahyang untuk
memuja Tuhan. Namun masyarakat lembah Sungai Indus memiliki kepercayaan yaitu
memuja alam semesta atau ibu pertiwi. Kehidupan masyarakat Lembah Sungai Indus
sangat bergantung pada alam semesta. Peradaban mereka yang menghuni di dekat
sungai sangat menguntungkan mereka sebagai sumber penghidupan. Sungai yang
mengalir dapat memberikan air minum, untuk membersihkan badan, dan dari air sungai
juga mereka dapat memberikan mereka mata pencaharian yaitu bertani karena air dari
sungai dapat mengairi lahan pertanian mereka. Alam juga sangat bermanfaat bagi
mereka seperti sinar matahari dan tanaman lainnya yang merupakan hasil utama
bercocok tanam seperti jagung, gandum, padi, dan buah-buahan lainnya.

12
Dari sisi geografisnya, kehidupan masyarakat Lembah Sungai Indus sangat erat
dengan Sungai. Disamping itu, sungai Indus setiap tahunnya terjadi banjir lumpur yang
membawa dampak baik dan buruk. Banjir dapat membantu menyuburkan tanaman di
perkebunan. Namun banjir lumpur dianggap kotor sehingga butuh pensucian diri
sehingga memungkinkan masyarakat di Lembah Sungai Indus mengenal meditasi.
Selain itu masyarakat di Lembah Sungai Indus juga mengenal sistem reinkarnasi yang
dilatarbelakangi faktor alam sehingga berdampak pada kepercayaan. Sehingga
masyarakat Lembah Sungai Indus yang sebelumnya mengenal kepercayaan
Polytheisme akan mengenal agam Hindhu yang difokuskan untuk menyembah Dewa
Siwa.
Dari semua kehidupan mereka, alam sangat bermanfaat dan dinilai sangat berarti
bagi mereka, sehingga mereka memuja alam sebagai ungkapan terima kasih serta
harapan untuk tetap memberikan mereka kehidupan dengan memberikan manfaat dari
setiap alamnya. Selain itu pemujaan terhadap Ibu Pertiwi juga dilakukan agar Ibu
Pertiwi mau bersahabat dengan mereka sehingga tidak memberikan musibah atau
bencana kepada masyarakatnya.
Pemujaan dari peradaban Mahenjodaro dan Harappa ini dibuktikan dengan adanya
gambar Tuhan mereka seperti Dewa Trimurti, Dewa Siwa, Dewa Pancupati, serta
Swastika. Selain itu juga ditemukan benda kecil yang digunakan sebagai jimat yang
dipakai dalam bentuk kalung. Di Mahenjodaro sendiri jenazah akan dibakar dan abunya
akan disimpan dalam sebuah tempayang. Sedangkan di Kota Harappa mengenal sistem
penguburan untuk jenazah dibuktikan dengan ditemukannya sisa tulang belulang
manusia. Kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus digambarkan dalam lukisan
kecil pada periuk belanga dan jimat. Tuhan yang digambarkan oleh masyarkat Lembah
Sungai Indus yaitu gambar Lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa.

G. Kesenian Masyarakat Sungai Indus

Mohenjodaro
Kesenian ditemukan pada benda-benda seperti: huruf, bangunan, perhiasan, alat
rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan seni
ukir yang indah. Mereka telah mengenal binatang seperti gajah, unta, kerbau, anjing

13
yang dijadikan motif hiasan. Selain itu juga ditemukan kancing hias yang terbuat dari
kerang yang ditujukan untuk hiasan. Beberapa kancing diukir menjadi bentuk-benruk
geometris, dan memiliki lubang-lubang sehingga dapat dipasang pada pakaian dengan
benang.
Seni tari, terbukti adanya patung perunggu berbentuk anak perempuan yang sedang
menari. Patung gadis menari tersebut adalah sebuah artefak yang telah berusia 4500
tahun. Patung perunggu dengan panjang 10,8 cm ini ditemukan disebuah rumah di
Mohenjodaro pada tahun 1926.

Harappa
Kesenian yang berhasil ditemukan terdapat pada arca, patung terra cotta yang
diukir seperti bentuk wanita telanjang dengan dada terbuka. Ukiran tersebut memberi
makna bahwa ibu mereka merupakan sumber dari semua ciptaan dan diyakini sebagai
dewi kesuburan, penguasa tumbuh-tumbuhan, dan pemberi kekuatan magis.
Berdasarkan temuan, memperlihatkan telah diproduksinya manik-manik dengan pola
yang rumit dari emas, tembaga, lapis, gading, tembikar, dan cornelian.
Bangsa Arya
Bangsa Arya yang mendiami wilayah sebelah timur sungai indus dan dikenal
sebagai bangsa pengembara, memiliki kemampuan bersyair. Tradisi lisan tersebut
kemudian menjadi peralihan antara masa pra sejarah dengan sejarah. Diduga syair-syair
tersebut diciptakan bangsa arya tersebut terjadi setelah kebudayaan Mohenjodaro dan
Harappa runtuh (sekitar 1500 SM - 1000SM). Bangsa arya juga memiliki tari-tarian
yang dilakukan dengan gembira dengan iringan musik genderang sebagai hiburan.

H. Bahasa Masyarakat Sungai Indus


Tidak banyak temuan yang menunjukkan tentang bahasa yang dipakai, akan tetapi
diperkirakan bahasa yang dipakai adalah bahasa sansekerta (Subagyo dan
Romadi:2012). Bahasa Sanskerta pertama kali digunakan oleh bangsa Arya dan
tumbuh di sekitar sungai Danao kira-kira di Utara pegunungan Kaukasus. Entah apa
yang menyebabkan penutur bahasa ini meninggalkan tempatnya menuju semenanjung
Balkan. Selanjutnya mereka menyebar ke Barat dan ke Timur. Yang ke Barat
menurunkan bahasa Yunani, Romawi, Jerman, Slavia, dan lain sebagainya; sedangkan

14
yang ke Timur dalam perjalanannya sampai di India yang tumbuh dengan pesat
(Soetandi: 2001).

Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang
sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya, namun terutama
sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara. Pengetahuan akan bahasa
Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan bahasa ini terutama diajarkan
kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui analisis saksama para tatabahasawan
Sanskerta seperti Pāṇini

15
BAB III
KESIMPULAN
Mohenjo Daro dan Harappa adalah dua kota kuno yang terletak di lembah sungai Indus
atau Hindus. Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjo Daro dan Harappa
diperkirakan adalah bangsa Dravida dengan ciri-ciri bibir tebal, kulit hitam, hidung pesek,
berbadan tegap, dan berambut ikal. Mereka datang dari barat 5000 tahun yang lalu, jauh sebelum
terbangunnya peradaban kota. Penduduk aslinya memiliki ciri-ciri: kulit gelap, pendek, hidung
lebar dan pesek dengan bibir tebal menonjol. Keturunan dari tipe ini sampai sekarang masih dapat
kita jumpai di antara kasta rendah masyarakat India. Ada pula yang seketurunan dengan suku
Mediteranian. Orang-orang ini masih berhubungan erat dengan orang-orang yang hidup pada masa
pradinasti di Mesir, Arab, dan Afrika Utara. Kulit mereka lebih terang, tubuh langsing, hidung
mancung, dan bermata lebar. peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu
pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup yang tinggi
(terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).

Dari pemaparan materi penulis, diperoleh gambaran bahwa peradaban Sungai Indus telah
mengenal adat istiadat dan telah memilik kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Peninggalan
atau artefak dari peradaban ini banyak berbentuk seperti periuk belangga yang sudah dibuat dengan
teknik tuang yang tinggi, selain itu juga terdapat benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok
yang diduga digunakan sebai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dengan teknik menuang
logam, masyarakat Lembah Sungai Indus sudah dapat membuat piala-piala emas, perak, timah
hitam, tembaga, maupun perunggu. Mereka juga sudah mampu membuat perkakas hidup berupa
benda tajam, seperti senjata tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, seperti amulet-amulet
atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang dan diasumsikan digunakan sebagai kalung.
Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat yag kebanyakan memuat tulisan-tulisan
pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar.

Penduduk di peradaban sungai Indus sudah mengenal ilmu tata kota (planalogi) dan
kemampuan untuk membuat rumah dengan modern. Karena rumah-rumah sudah dibangun dengan
batu bata dapat ditafsirkan pada saat itu mereka sudah memiliki kemampuan membuat batu bata.
Mereka juga diperkirakan sudah memakai pakaian dari benang yang dibuat dengan alat pemintal.

16
Setiap rumah terdapat sumur dan saluran-saluran pembuangan limbah kotor dan dialirkan ke
selokan besar di bawah jalan raya.

Daerah yang subur menjadikan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari
kegiatan bercocok tanam. Masyarakat lembah Sungai Indus pada saat itu diketahui juga sudah
memiliki peradaban yang cukup maju, hal ini terbukti dari kemampuan masyarakatnya dalam
membuat saluran irigasi. Di peradaban ini juga telah muncul kesenian salah satunya seni tari,
terbukti dari ditemukannya patung perunggu berbentuk anak perempuan yang sedang menari.

Peradaban di Lemah sungai Indus tidak ditemukan tempat sembahyang untuk memuja
Tuhan. Namun masyarakat lembah Sungai Indus memiliki kepercayaan yaitu memuja alam
semesta atau ibu pertiwi. Kehidupan masyarakat Lembah Sungai Indus sangat bergantung pada
alam semesta.

17
Daftar Pustaka

Dede Wijaya. 2018.“Makalah Sejarah Peradaban Lembah Sungai Indus”.


batumartaclicker.com. (Diunduh pada Sabtu, 04 Maret 2020: Pukul 21.51).

Fathoni, Rifai Shodiq. 2016. Peradaban Lembah Sungai Indus (3000-5000 SM).

https://wawasansejarah.com/peradaban-lembah-sungai-indus/. Diakses pada 20 Maret 2020

Melda Amelia, 2014, “Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Selatan”, Makalah, Malang: Universitas
Negeri Malang, Jurusan Sejarah.

Nurlidiawati. 2014. Sungai Sebagai Wadah Awal Munculnya Peradaban Umat Mansia.
Dalam Jurnal Rihlah Vol. 1 No.2

Nafiun.com. Peradaban Lembah Sungai Indus (Shi ndu), Letak Geografis, System Mata
Pencaharian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perekonomian, Kepercayaan, Pemerintahan.
https://www.nafiun.com/2013/02/peradaban-lembah-sungai-indus-shindu-sistem-pemerintahan-
kepercayaan-perekonomian.html Diakses pada 5 April 2020 pukul 10.35 WIB.
Puspitasari. Ratna. 2016. Peradaban Asia Selatan: INDIA. Modul Pertemuan.

Redig, I Wayan. 2016. Peradaban Lembah Sungai Sindhu dan Keberadaannya di


Indonesia. Universitas Udayana: Makalah.

Subagyo dan Romadi. 2012.Geografi Sejarah. Semarang: Widya Karya dan Fakultas Ilmu
Sosial UNNES.
Suud, Abu. 2006. Asia Selatan. Semarang: UPT UNNES Press.
Soetandi. 2001. Vyakarana Tata Bahasa Sanskerta. Surabaya: Paramita.
Syaharuddin. 2009. Kebudayaan Lembah Sungai Indus Abad 3 SM.
https://www.google.com/amp/s/syaharuddin.wordpress.com/2009/09/18/kebudayaan-lembah-
sungai-indus-abad-3-sm/amp/ (Diakses pada 4 April 2020).
Tata Budi, Dena, Dhea, dkk. 2017, “Peradaban Sungai Indus atau Shindu di India”,
Cilacap: SMA Negeri 1 Dayeuhluhur.
UNESCO. 1996. The Indus Civilization. Vol. 1

18
Wikipedia. 2019. Daftar Penemuan Lembah Sungai Indus.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_penemuan_Peradaban_Lembah_Sungai_Indus (Diakses 4
April 2020)

Wuryaningsih, Sri. 2009. Peradaban Kuno Asia-Afrika 2. Modul

19

Anda mungkin juga menyukai