DISUSUN OLEH:
1. ADIVA SEPTIARA (1905124276)
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan untuk tulisan-
tulisan yang akan datang.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. kami telah banyak mendapat bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah, Bapak Dr.Bunari, M.Si dan Bapak Yanuar Al-Fiqri, M.Pd yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini, juga pada rekan-rekan kelompok empat atas
kerjasama dan dukungan yang telah diberikan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya serta
untuk menambah pembendaharaan pengetahuan dalam memahami Sejarah Amerika. Semoga
bantuan, dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan laporan
ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT .
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perluasan wilayah ke arah barat mempunyai dampak jangka pendek maupun jangka
panjang. Jangka pendeknya yaitu perluasan berakibat pada munculnya konflik antar negara
bagian. Namun, konflik-konflik yang terjadi dapat diselesaikan melalui kompromi-kompromi
(Kompromi Missouri 1820 dan Kompromi 1850).
Pada pertengahan abad ke-19 bangsa Amerika sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kebebasan individu dan equality dalam kesempatan politik dan ekonomi. Tumbuh dan
berkeinbangnya nilai-nilai tersebut bersamaan dengan tumbuhnya keyakinan akan pentingnya
pembebasan invividu dari batasan-batasan sosial politik. Sikap yang sama juga ditandai dengan
upaya perluasan wilayah ke arah barat untuk kepentingan ekonomi. Lebih lanjut perkembangan
ekonomi tersebut berpengaruh terhadap pembentukan perbedaan regional bam di bidang
ekonomi. Kawasan timurlaut berkembang menjadi pusat industri, selatan berkembang menjadi
pusat industri kapas dan barat menjadi pusat produsen bahan makanan. Perbedaan tersebut
menjadi salah satu penyebab terjadinya ketegangan regional yang berkaitan dengan pola
ekspansi serta penggunaan budak dalam kegiatan ekonomi. Pembentukan ekonomi nasional
ditandai dengan terbentuknya polarisasi ekonomi antar daerah.
Dalam perluasan wilayah ke arah barat, bisa dikatakan sebagai gerakan dari orang-orang
yang berada di wilayah tetap / koloni di Amerika Serikat menuju ke wilayah jauh di barat.
Antara awal abad ke-17 dan akhir abad ke-19, orang – orang Anglo-Amerika dan masyarakat
lainnya melakukan ekspansi dari Pantai Atlantik menuju ke Pantai Pasifik. Gerakan ke barat,
menyeberang ke apa yang disebut sebagai daerah frontier Amerika. Melalui perluasan
wilayahnya dengan memasukkan lebih dari tiga juta meter persegi, Amerika Serikat menjadi
salah satu bangsa yang kuat pada abad ke-20.Tetapi, ekspansi ke barat tersebut juga
mengakibatkan sebuah pederitaan yang besar, pengrusakan, dan kemunduran budaya bagi orang-
orang asli Amerika yang berada di Amerika utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan
pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
2) Untuk mengetahui dan memahami asal usul dari perluasan wilayah di Amerika.
PEMBAHASAN
2.1 Manifest Destiny
Manifest destiny adalah keyakinan kuat orang Amerika pada abad ke-19 bahwa Amerika
Serikat ditakdirkan untuk meluas melintasi benua. Konsep ini terlahir sebagai "Arah misi untuk
menebus Dunia Lama dengan teladan yang tinggi yang dibangkitkan oleh potensialitas dunia
baru untuk membangun surga baru" Frasa ini berarti ada banyak hal yang berbeda-beda dalam
banyak rakyat yang berbeda-beda. Persatuan definisi yang ada berujung pada "perluasan, telah
dirancang oleh Surga".Para politisi dari pertengahan abad ke-19 menggunakan frasa ini untuk
menjelaskan keperluan akan perluasan, jauh melampaui Teritorial Louisiana.
Manifest Destiny adalah kepercayaan historis yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat
ditakdirkan, bahkan dinobatkan oleh Tuhan, untuk menguasai daratan Amerika Utara, dari pantai
Atlantik hingga pantai Pasifik. Para pendukung Manifest Destiny percaya bahwa ekspansi itu
bukan hanya bagus, tapi hal itu juga nyata (“manifest”) dan pasti (“destiny”). Konsep ini begitu
mempengaruhi kebijakan negara Amerika Serikat pada tahun 1800-an.
Istilah Manifest Destiny pertama kali ditemukan tercetak pertama kali pada tahun 1839,
namun pertama kali digunakan oleh jurnalis New York, John L. O’Sullivan, pada tahun 1845,
untuk mendorong penaklukan Texas. Juga digunakan untuk melegitimasi perlawanan terhadap
koloni bangsa Eropa dan suku Indian. O’Sullivan menyatakan bahwa melalui ekspansi-ekspansi
tersebut Amerika Serikat dapat menjadi negara super power di bidang social dan politik.
Meskipun begitu, ekspansi ke daerah barat ini tidak diawali oleh munculnya Manifest
Destiny. Langkah pertama negara Amerika Serikat dalam memperluas wilayah adalah pembelian
daerah Louisiana dari Spanyol pada tahun 1803, yang menyumbang 23 % terhadap perluasan
wilayah negara Amerika Serikat. Pada 1890-an, para Republikan juga menggunakan istilah
Manifest Destiny sebagai justifikasi serangan ke wilayah utara Amerika. Dan pada abad ke-20,
istilah ini kembali diapungkan oleh beberapa pihak dengan pengartian sebagai kepercayaan pada
misi Amerika untuk mempromosikan dan mempertahankan demokrasi di seluruh dunia, dan
berlanjut pada adanya efek positif terhadap ideologi politik Amerika.
Manifest Destiny ini sebenarnya lebih pada ide semata daripada sebuah kebijakan spesifik.
Istilah ini mengkombinasikan kepercayaan Ekspansionisme dengan beberapa ide-ide popular di
zaman itu, seperti Eksepsionalisme Amerika, Nasionalisme Romantik, dan kepercayaan pada
superioritas alami pada apa yang selanjutnya disebut “rasAnglo-Saxon”. John O’Sullivan
menggunakan istilah “Manifest Destiny” ini untuk mendukung penaklukan Texas dan Oregon.
John O’Sullivan adalah seorang pendukung Partai Demokrat yang berpengaruh. Dia menulis
sebuah artikel pada tahun 1839, yang tidak menggunakan istilah “Manifest Destiny”,
memprediksi sebuah “takdir dari Tuhan” bagi Amerika Serikat berdasar pada nilai-nilai seperti
persamaan, hak hati nurani, dan hak mengeluarkan pendapat atau suara untuk “pemberian harga
diri moral pada dunia dan penyelamatan manusia”.
Enam tahun kemudian, tahun 1845, O’Sullivan menulis artikel yang berjudul “Annexation in
the Democratic Review”. Dalam artikel ini pertama kali disebutkan kata-kata Manifesr Destiny.
O’Sullivan berpendapat bahwa Amerika Serikat perlu untuk menganeksasi Republik Texas.
Tidak hanya karena Texas menginginkan hal tersebut, tapi ini memang telah menjadi keharusan
bagi Amerika Serikat.
Pada 27 Desember 1845, O’Sullivan kembali memakai kata-kata Manifest Destiny, dalam
tulisannya yang dimuat oleh koran New York Morning News. Di tulisan itu, O’Sullivan kembali
menyatakan urgensi penyelesaian peliknya percekcokan perbatasan dengan Inggris di negara
Oregon. O’Sullivan berpendapat bahwa Amerika Serikat punya hak atas klaim di seluruh daerah
Oregon.
O’Sullivan sendiri percaya bahwa Tuhan telah memberikan bangsa Amerika Serikat sebuah
misi untuk menyebarkan demokrasi republikan (“penafsiran dari kemerdekaan/kebebasan”) di
dataran Amerika Utara. Dan sebenarnya konsep asli Manifest Destiny dari O’Sullivan ini tidak
termasuk pada penggunaan kekuatan militer. Dia percaya bahwa bahwa ekspansi Amerika
Serikat dapat dilakukan tanpa campur tangan pemerintah dan pihak militer. Sejarawan William
E. Wecks mencatat tiga tema kunci yang biasanya disinggung oleh pendukung Manifest Destiny:
Frasa Manifest Destiny sering dikaitkan dengan ekspansi daerah Amerika Serikat dari
tahun 1812 hingga 1860. Rentang waktu dari akhir perang tahun 1812 hingga permulaan Perang
Sipil Amerika disebut “Masa Manifest Destiny”.
Sebenarnya Manifest Destiny itu masih berhubungan erat dengan Doktrin Monroe.
Sejarawan Walter McDougall menyebut Manifest Destiny sebagai turunan dari Doktrin Monroe,
karena ketika Doktrin Monroe tidak menyebut tentang ekspansi, tapi ekspansi dibutuhkan untuk
menjalankan doktrin tersebut.
Pada pemilu Amerika Serikat tahun 1896, Manifest Destiny dikutip oleh kaum
Republikan untuk mempromosikan ekspansi ke seberang lautan. Ketika Presiden William
Mckinley mendukung aneksasi Hawaii pada tahun 1898, dia berkata bahwa “kita benar-benar
membutuhkan Hawaii dan hal tersebut lebih baik daripada ketika kita memperoleh California.
Hal itu adalah Manifest Destiny”.
Pada abad 20, frasa Manifest Destiny sudah tidak digunakan lagi. Presiden Theodore
Roosevelt menyatakan penolakan yang gamblang terhadap ekspansi wilayah. Tapi
Ekspansionisme ini digantikan oleh Intervensionisme sebagai alat untuk mempertahankan
Doktrin Monroe.
Saat ini, frasa Manifest Destiny hanya digunakan untuk menjelaskan sejarah Amerika,
terutama pada 1840-an. Tapi istilah ini terkadang masih digunakan oleh kaum kiri dan pengkritik
kebijakan pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah dan di manapun. Bagi mereka Manifest
Destiny diinterpretasikan sebagai “Imperialisme Amerika”.
Pada Tahun 1820 -1821, Kongres AS mengambil tindakan untuk mengakhiri serangkaian
krisis seputar perluasan perbudakan. Dari 1818, Wilayah Missouri telah memiliki jumlah
penduduk yang cukup untuk masuk bergabung ke dalam Union sebagai negara bagian. Pada
tahun 1819, Missouri yang memiliki 10. 000 budak, mendaftarkan diri masuk ke dalam Union.
Penduduk Utasa berunjuk rasa mengerahkan orang-orang untuk menentang masuknya Missouri
kecuali sebagai negara bagian bebas budak. Pada waktu itu masyarakat bebas di Utara dan
masyarakat yang menganut perbudakan dari Selatan menyebar ke Barat, maka mereka emelihara
semacam perimbangan di antara negara-negara bagian yang dibentuk di wilayah Barat tapaknya
tepat secara politik.
Pada tahun 1818, ketika Illinois diakui masuk ke union, sepuluh negara bagian mengizinkan
perbudakan, sementara 11 lainnya melarang, tetapi keseimbangan terjadi ketika Alabama yang
mendukung perbudakan diakui sebagai sebuah negara bagian
Pendatang menjadi sangat banyak berdatangan dari Selatan, dan Menginginkan Missouri
menjadi negara bagian yang mengizinkan perbudakan. Menuju ke rancangan undang-undang
yang kemudian di bawa ke House of Representatif, James Tallmadge dari New York
mengajukan sebuah amandemen yang melarang pemasukan budak dan mengusulkan persamaan
seluruh budak yang lahir di Missouri. Amandemen ini lolos di DPR (Februari, 1819), tetapi tidak
demikian di Senat. Perdebatan sengit semakin tajam ke pembagian Amerika Serikat.
Pada Januari, 1820, sebuah rancangan undang-undang untuk mengakui Maine sebagai
negara bagian lolos di DPR. Pengakuan terhadap Alabama sebagai negara bagian yang
mengizinkan perbudakan pada 1819 telah membawa negara bagian yang mengizinkan
perbudakan dan negara bagian yang anti perbudakaan harus memiliki jumlah wakil yang sama di
Senat, dan hal ini terlihat jelas dengan memasangkan Maine (negara bagian yang anti
perbudakan) dan Missouri, persamaan inilah yang harus dipertahankan.
Dua rancangan undang-undang tersebut digabungkan menjadi satu di Senat, dengan klausul
melarang perbudakan di Missouri digantikan dengan tindakan mengizinkan perbudakan di sisa
wilayah Lousiana Purchase sebelah utara garis 36 30’ N lat. (batas selatan Missouri). DPR
menolak rancangan undang-undang kompromi ini, tetapi setelah penunjukkan sebuah komisi
konferensi yang terdiri dari anggora DPR maupun Senat, rancangan undang-undang tersebut
dipisahan, dan pada bulan Maret, 1820, Maine menjadi negara bagian dan Missouri
diberikekuasaan untuk mengadopsi konstitusi yang tidak melarang perbudakan.
Kompromi tahun 1850 adalah paket lima undang-undang terpisah yang disahkan oleh
Kongres Amerika Serikat pada bulan September 1850 yang meredakan konfrontasi politik antara
budak dan negara bebas tentang status wilayah yang diperoleh dalam Perang Meksiko-Amerika .
Itu juga mengatur perbatasan barat dan utara Texas dan termasuk ketentuan yang menangani
budak buronan dan perdagangan budak. Kompromi itu ditengahi oleh senator Whig Henry Clay
dan senator Demokrat Stephen Douglas dengan dukungan dari Presiden Millard Fillmore .
Latar Belakang
Pada bulan Maret 1846, bentrokan terjadi di sisi utara Rio Grande, yang berakhir
dengan kematian atau penangkapan puluhan tentara Amerika. Tak lama kemudian,
Amerika Serikat mengumumkan perang terhadap Meksiko, memulai Perang Meksiko-
Amerika .
Pada bulan September 1847, tentara Amerika di bawah Jenderal Winfield Scott
merebut ibu kota Meksiko dalam Pertempuran Kota Meksiko . Beberapa bulan
kemudian, negosiator Meksiko dan Amerika menyetujui Perjanjian Guadalupe Hidalgo ,
di mana Meksiko setuju untuk mengakui Rio Grande sebagai perbatasan selatan Texas
dan menyerahkan Alta California dan New Mexico. Kompromi Missouri telah
menyelesaikan masalah jangkauan geografis perbudakan dalam wilayah Pembelian
Louisiana dengan melarang perbudakan di negara bagian utara dengan garis lintang 36 °
30 ′, dan Polk berusaha untuk memperluas garis ini ke wilayah yang baru diperoleh.
Namun, masalah perbudakan yang memecah belah memblokir undang-undang semacam
itu. Saat masa jabatannya hampir berakhir, Polk menandatangani RUU teritorial tunggal
yang disahkan oleh Kongres, yang mendirikan Wilayah Oregon dan melarang
perbudakan di dalamnya. Polk menolak untuk mengikuti pemilihan ulang dalam
pemilihan presiden tahun 1848, dan pemilihan tahun 1848 dimenangkan oleh tiket Whig
dari Zachary Taylor dan Millard Fillmore.
Taylor mulai menjabat
Pada tanggal 29 Januari 1850, Senator Henry Clay memperkenalkan sebuah rencana
yang menggabungkan topik-topik utama yang sedang dibahas. Paket legislatifnya termasuk
pengakuan California sebagai negara bagian bebas, penyerahan beberapa klaim teritorial
utara dan barat oleh Texas sebagai imbalan atas keringanan hutang, pembentukan wilayah
New Mexico dan Utah , larangan impor budak ke dalam District of Columbia untuk dijual,
dan undang-undang budak buronan yang lebih ketat. Clay awalnya lebih menyukai
pemungutan suara pada setiap proposalnya secara terpisah, tetapi Senator Henry S. Foote dari
Mississippi meyakinkannya untuk menggabungkan proposal mengenai penerimaan
California dan disposisi perbatasan Texas menjadi satu RUU. Clay berharap kombinasi
tindakan ini akan meyakinkan anggota kongres dari Utara dan Selatan untuk mendukung
keseluruhan paket undang-undang bahkan jika mereka keberatan dengan ketentuan tertentu.
Proposal Clay menarik dukungan dari beberapa Demokrat Utara dan Whig Selatan, tetapi
tidak memiliki dukungan yang diperlukan untuk memenangkan bagian, dan perdebatan
tentang RUU tersebut terus berlanjut.
Berlawanan
Pada 17 April, sebuah "Komite Tiga Belas" setuju di perbatasan Texas sebagai bagian
dari rencana Clay. Dimensi kemudian diubah. Pada hari yang sama, selama perdebatan
tentang langkah-langkah di Senat, Wakil Presiden Fillmore dan Senator Benton bertengkar
secara lisan, dengan Fillmore menuduh bahwa Missourian "rusak". Selama perdebatan sengit,
pemimpin lantai Kompromi Henry S. Foote dari Mississippi menodongkan pistol ke Benton.
Pada awal Juni, sembilan negara bagian di Selatan yang menjadi pemilik budak
mengirim delegasi ke Konvensi Nashville untuk menentukan tindakan mereka jika kompromi
berhasil diloloskan. Sementara beberapa delegasi mengkhotbahkan pemisahan diri , kaum
moderat memerintah dan mengusulkan serangkaian kompromi, termasuk memperluas garis
pemisah yang ditetapkan oleh Kompromi Missouri tahun 1820 ke Pantai Pasifik .
Taylor meninggal dunia pada Juli 1850, dan digantikan oleh Wakil Presiden Fillmore,
yang secara pribadi datang untuk mendukung proposal Clay. Berbagai tagihan pada awalnya
digabungkan menjadi satu tagihan "omnibus". Terlepas dari upaya Clay, itu gagal dalam
pemungutan suara penting pada 31 Juli, ditentang oleh Demokrat selatan dan oleh Whig
utara. Dia mengumumkan di lantai Senat keesokan harinya bahwa dia bermaksud untuk
mengesahkan setiap bagian dari RUU tersebut. Clay yang berusia 73 tahun, bagaimanapun,
secara fisik kelelahan karena efek tuberkulosis , yang pada akhirnya akan membunuhnya,
mulai mempengaruhi. Clay meninggalkan Senat untuk memulihkan diri di Newport , Rhode
Island , dan Senator Stephen A. Douglas memimpin dalam upaya untuk meneruskan proposal
Clay melalui Senat.
Fillmore, yang sangat ingin menemukan solusi cepat untuk konflik di Texas di
perbatasan dengan New Mexico, yang mengancam akan menjadi konflik bersenjata antara
milisi Texas dan tentara federal, membalikkan posisi pemerintah pada akhir Juli dan
memberikan dukungannya pada tindakan kompromi. Pada saat yang sama, Fillmore
membantah klaim Texas atas New Mexico, dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat telah
berjanji untuk melindungi integritas teritorial New Mexico dalam Perjanjian Guadalupe
Hidalgo. Tanggapan kuat Fillmore membantu meyakinkan Senator AS Texas, Sam Houston
dan Thomas Jefferson Rusk , untuk mendukung kompromi Stephen Douglas.
Penyelesaian perbatasan
Solusi umum yang diadopsi oleh Compromise of 1850 adalah untuk mentransfer
sebagian besar wilayah yang diklaim oleh negara bagian Texas kepada pemerintah federal; untuk
mengatur dua wilayah baru secara formal, Wilayah New Mexico dan Wilayah Utah, yang secara
tegas akan diizinkan untuk menentukan secara lokal apakah mereka akan menjadi budak atau
wilayah bebas, untuk menambahkan negara bebas lain ke Union (California), untuk mengadopsi
tindakan keras untuk memulihkan budak yang telah melarikan diri ke negara bagian atau wilayah
bebas (Undang-Undang Budak Buronan); dan untuk menghapus perdagangan budak di District
of Columbia. Ketentuan utama dari masing-masing undang-undang yang masing-masing
mengatur Wilayah New Mexico dan Wilayah Utah adalah bahwa perbudakan akan ditentukan
oleh pilihan lokal, yang disebut kedaulatan rakyat. Itu adalah penolakan penting dari gagasan di
balik kegagalan untuk melarang perbudakan di wilayah mana pun yang diperoleh dari Meksiko.
Namun, pengakuan California sebagai negara bagian merdeka berarti bahwa orang selatan
melepaskan tujuan mereka dari sabuk negara bagian budak dari pantai ke pantai.
Salah satu undang-undang Kompromi tahun 1850, yang diberlakukan pada 18 September
1850, secara informal dikenal sebagai Hukum Budak Buronan, atau Undang-Undang Budak
Buronan . Ini mendukung Undang-Undang Budak Buronan tahun 1793 . Versi baru Undang-
Undang Perbudakan Buronan mewajibkan pejabat pengadilan federal di semua negara bagian
dan teritori federal, termasuk di negara bagian dan teritori di mana perbudakan dilarang, untuk
membantu mengembalikan budak yang melarikan diri ke majikan mereka secara aktif di negara
bagian dan teritori yang mengizinkan perbudakan . Setiap marshal federal atau pejabat lain yang
tidak menangkap seorang budak yang diduga melarikan diri dapat dikenakan denda sebesar $
1000. Penegak hukum di mana-mana di AS memiliki kewajiban untuk menangkap siapa pun
yang dicurigai sebagai budak buronan berdasarkan bukti yang tidak lebih dari kesaksian
tersumpah milik penggugat. Budak yang dicurigai tidak bisa meminta sidang juri atau bersaksi
atas nama mereka sendiri. Juga, siapa pun yang membantu budak yang melarikan diri dengan
menyediakan makanan atau tempat berteduh akan dikenakan hukuman enam bulan penjara dan
denda $ 1.000. Petugas yang menangkap budak buronan berhak atas bayaran atas pekerjaan
mereka.
Yang lain berpendapat bahwa Kompromi hanya memperjelas pembagian bagian yang
sudah ada sebelumnya dan meletakkan dasar untuk konflik di masa depan. Mereka memandang
Undang-Undang Budak Buronan membantu mempolarisasi AS, seperti yang ditunjukkan dalam
reaksi besar terhadap novel Harriet Beecher Stowe , Uncle Tom's Cabin . Pengesahan Hukum
Budak Buronan membangkitkan perasaan pahit di Utara. Selain itu, Kompromi tahun 1850
menyebabkan kehancuran semangat kompromi di Amerika Serikat pada periode antebellum,
tepat sebelum Perang Saudara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manifest Destiny adalah produk sejarah bangsa Amerika yang ternyata hingga kini masih
dilakukan meski dalam bentuk berbeda. Kebijakan tentang Ekspansionisme dan
Intervensionisme bangsa Amerika telah terbukti merugikan banyak bangsa. Meskipun tak semua
orang Amerika menyepakati hal ini. Tapi setidaknya kita juga harus mewaspadai hal ini. Bahwa
kepentingan Amerika Serikat yang cenderung dipaksakan pada bangsa lain ini yang merusak
keharmonisan antar bangsa. Lebih parah lagi jika kepentingan itu menimbulkan korban jiwa,
seperti yang terjadi di Iraq dan Afghanistan. Hal ini yang harus ditentang secara konsisten.
Ideologi, apapun bentuknya, setiap bangsa adalah hak prerogatif dari sebuah bangsa itu
sendiri. Namun ketika hak tersebut mengganggu hak kemerdekaan bangsa lain, maka hal itu
harus ditentang. Apalagi jika kejadian tersebut kemudian merusak perdamaian dunia yang telah
tersusun dengan baik. Dan ini yang terjadi dengan Manifest Destiny bangsa Amerika yang
seringkali menimbulkan efek negatif bagi orang lain.
Perluasan wilayah ini berarti bahwa Amerika Utara banyak didominasi oleh lembaga-
lembaga dan cara hidup orang-orang Inggris, di samping Spanyol dan Perancis. Orang-orang
Spanyol dan Perancis mengeksplorasi dan bermukim juga di Amerika Utara pada abad ke-16, 17,
dan 18. Bagaimana pun juga perluasan wilayah ke arah barat ini mempunyai pengaruh yang
besar dalam membentuk sejarah Amerika Utara, khususnya Amerika Serikat.
Ekspansi warga AS bukan hanya dilakukan ke wilayah AS belahan barat melainkan juga ke
kawasan yang dikuasai oleh Mexico di selatan. Pada tahun 1820-an, sejumlah orang Amerika
yang dipimpin oleh Stephen Austin mulai bermukim di Texas yang dikuasai oleh Mexico.
Sebagian pemukim tersebut adalah pemilik budak. Dengan demikian perbudakan juga
diberlakukan di sana. Setelah jumlah pemukim semakin banyak, warga Texas yang tidak begitu
suka dengan pemerintah Mexico menyatakan kemerdekaannya tahun 1832. Amerika Serikat
yang berkepentingan dengan Texas melakukan aneksasi tahun 1844. Setelah melalui perdebatan
dalam perlemen AS akhirnya Texas menjadi negara bagian AS tahun 1945.
Tujuan perluasan wilayah ke arah barat memang dalam rangka meluaskan wilayah Amerika
Serikat yang membentang dari Atlantik ke Pasifik, walaupun di balik itu ada motif ataupun
kepentingan lain seperti ekonomi misalnya. Alasan yang digunakan waktu itu adalah terkait
dengan Manifest Destiny. Manifest Destiny merupakan alasan yang sering dipakai dalm rangka
perluasan wilayah ke arah barat, bahwa Amerika Serikat sebagai bangsa yang besar maka wajib
menyebarkan paham demokrasi ke segala penjuru dunia kalau perlu dengan cara kekerasan.
3.2 Saran
Dari uraian sejarah di atas dapat kita ketahui bahwa dari awalnya memang bangsa
Amerika sudah sangat agresif. Hasrat aneksasi mereka yang dibungkus dengan fatwa takdir dari
Tuhan sebenarnya memiliki ekses negatif selain ekses positif. Ekses positif mungkin adalah
semakin bertambahnya semangat untuk mempertahankan harga diri bangsa. Semangat ini
diperlukan ketika sebuah bangsa ingin memperbesar jati diri mereka. Amerika adalah negara
individual seperti yang menjadi rahasia umum, namun ketika mereka berbicara tentang bangsa
dan negara, orang-orang Amerika langsung spontan menjadi nasionalis tulen. Mereka sangat
protektif dan peduli terhadap national dignity. Ibaratnya right or wrong is my country. Kita bisa
lihat dari terjunnya jutaan pemuda Amerika untuk menjadi sukarelawan yang akan berperang di
palagan Perang Dunia II. Kerelaan mereka ini yang tak tertandingi bahkan hingga saat ini.
Namun ekses negatif pun tak kalah banyaknya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika
Serikat ini negara yang paling sok tahu untuk ikut campur urusan dalam negeri bangsa lain.
Intervensi mereka di berbagai bidang sangat luar biasa menjengkelkan. Banyak sumber sejarah
yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat punya andil yang banyak terhadap terjadinya kudeta
di berbagai negara.. Kejadian yang paling signifikan adalah penyerangan ke Afghanistan dan
Iraq. Dengan dalih untuk mengusir kediktatoran dan menegakkan demokrasi, Amerika Serikat
dengan seenaknya menyerbu masuk kedua negara tersebut. Padahal jika kita mempelajari masa
lalu, sangatlah tidak mungkin Amerika mau campur tangan jika tak ada maunya. Dan maunya
Amerika itu ya minyak.
Intervensi ala Amerika yang sepertinya diilhami oleh Manifest Destiny inilah yang
memporakporandakan Iraq dan Afghanistan. Tak hanya itu, Amerika pun kena batunya dengan
intervensi itu. Neraca pengeluaran mereka jadi timpang karena ongkos perang di Iraq dan
Afghanistan membengkak luar biasa di luar perkiraan. Dan yang paling parah adalah tidak
berharganya nyawa manusia di sana. Terjadi banyak kejahatan kemanusiaan di kedua negara
tersebut. Dan penyebab utamanya adalah isengnya Amerika Serikat yang mau sok-sokan menjadi
polisi dunia dan kampiun penyebar demokrasi. Jika pada abad ke-19.
Dan sekarang, korban kebijakan luar negeri Amerika telah tersebar di seluruh dunia.
Intervensi di bidang ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan tak urung membuat
bangsa lain menjadi gerah. Sebenarnya masih sebuah kewajaran ketika sebuah negara berusaha
untuk menjalin hubungan luar negeri yang menguntungkan. Namun semua itu haruslah
berimbang. Kebijakan luaar negeri bebas aktif dan saling menguntungkan adalah sesuatu yang
harus diterapkan oleh semua negara. Namun kita juga tak mampu untuk merubah garis kebijakan
negara Amerika Serikat. Yang bisa kita harapkan adalah berubahnya garis kebijakan pemerintah
Amerika Serikat yang bergantung pada kubu mana yang sedang berkuasa di Gedung Putih.
Kaum Demokrat dikenal lebih halus pendekatannya jika dibandingkan dengan kaum Republik.
Perang Iraq dan Afghanistan yang terjadi pada masa Presiden George W. Bush dari Partai
Republik tampaknya akan sedikit dikoreksi oleh Presiden Barrack Obama yang berasal dari
Partai Demokrat. Presiden Obama juga sudah melakukan beberapa peninjauan terhadap beberapa
kebijakan pemerintahan terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abnett, D. (2008). Paket Komik Sejarah Perang. Jakarta: Keputakaan Populer Gramedia.
Gonick, L. (2008). Kartun Riwayat Amerika Serikat. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Hynson, C. (2007). Kisah Yang Terlewatkan: Perang Dunia II. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Francis Whitney, ed. Keith W. Olsen. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program
Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.