OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
DOSEN PENGAMPU:
PEDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
Pembahasan :
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation; dalam bahasa
Arab : al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah
value; dalam bahasa Arab: al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.
Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan
Gerald W. Brown (1997) : Evaluation refer to the act or process to determining
the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk
kepada atau mengandung pengertian : suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. (Sudijono, 2006 :1)
Proses dan hasil evaluasi sangat dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar
belakang dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan
Gilbert Sax dalam Arifin(2011:5) bahwa “evaluation is a process through which a
value judgement or decision is made from a variety of observations and from the
background and training of the evaluator”. Dari beberapa pengertian mengenai
evaluasi, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari
sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan
keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut, yaitu:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang
menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai
pada pemberian nilai dan arti adalah evaluasi.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualtas sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Evaluasi harus ada pertimbangan (judgement). Tanpa pemberian
pertimbangan suatu kegiatan tidak termasuk kedalam kategori
evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang suatu nilai dan arti haruslah
berdasarkan kriteria tertentu. tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan
nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat
diklasifikasikan sebagai evaluasi. (Arifin, 2011:5)
Dan istilah evaluasi dalam pendidikan memiliki peran yang penting. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. (Sukardi, 2008:1)
Menurut Depdiknas, 2001 dalam Jihad dan Haris (2013:54), Penilaian merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi secara objektif,
berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa,
yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya.
Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu aspek
saja, melainkan menyeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Karena itu Grondlund dalam Jihad dan Haris (2013:54) menyatakan penilaian
sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan dan penafsiran informasi
untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Untuk dapat
melaksanakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu, sedangkan
pengukuran tidak akan mempunyai makna yang berarti tanpa dilakukan penilaian.
(Arikunto, 1987 (dalam Asep Jihad 54). Dan menurut Zainul dalam Jihad dan
Haris (2013:55) menyatakan pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka
kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau
formulasi yang jelas.
Dengan demikian, inti dari penilaian adalah proses memberikan atau menentukan
terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses
pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri
dengan judgement. Judgement merupakan tema penilaian yang mengaplikasikan
adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi
tertentu. Atas dasar itu, maka dalam penilaian selalu ada objek/program, ada
kriteria, dan ada judgement. (Jihad dan Haris, 2013:55)
a. Tujuan umum
- Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
- Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka
waktu tertentu.
b. Tujuan khusus
- Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul
kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki
dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
- Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau
cara-cara perbaikannya.
Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan.
Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan bersifat khusus. Jika tujuan tersebut
masih bersifat umum, maka tujuan tersebut harus diperinci lagi agar menjadi
khusus, sehigga dapat menuntun guru untuk menyusun soal atau mengembangkan
instrument lainnya. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk merumuskan tujuan
evaluasi yang bersifat khusus. Yang pertama melakukan perincian ruang lingkup
evaluasi. Yang kedua melakukan perincian proses mental yang akan dievaluasi.
(Arifin, 2011:13-14)
Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi maka harus mengetahui terlebih dahulu
tujuan dan fungsi evaluasi, jika tidak mengetahui hal tersebut akan mengalami
kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Tujuan evaluasi itu
sendiri adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran,
baik yang menyangkut tentang, tujuan materi, metode, media, sumber belajar,
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Evaluasi juga banyak digunakan
untuk berbagai bidang kegiatan, antara lain dalam kegiatan bimbingan dan
penyuluhan, supervisi, seleksi, dan pembelajaran. Dalam kegiatan bimbingan dan
penyuluhan, evaluasi memiliki tujuan untuk memperoleh informasi secara
menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik, sehingga dapat diberikan
bimbingan dengan sebaik-baiknya. Dalam bidang supervise, evaluasi digunakan
untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat
diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai peserta didik untuk jenis
pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu. (Arifin, 2011:14)
Menurut Scriven dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi dapat dibedakan dengan
2 macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan
apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki
bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan
dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila
pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari
tiga segi,yaitu: segi psikologis, segi didaktik, dan segi administratif. Secara
psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti
dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Bagi peserta didik,
evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan
batin ke pada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masng-masing
di tengah kelompok atau kelasnya. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan
memberikan kapastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah
sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah
membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan
batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu
dilakukan selanjutnya. (Sudijono, 2006:10-11)
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan akan dapat memberikan
dorongan atau motivasi kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan
dan mempertahankan prestasinya. Sedangkan bagi pendidik, secara didaktik
evaluasi pendidikan setidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu :
1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha atau prestasi yang telah
dicapai oleh peserta didiknya
2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi
masing-masing peserta didik ditengah-tengah kelompoknya
3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik
4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi
peserta didik yang memang memerlukannya
5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh mana program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat dicapai
1. Memberikan laporan
2. Memberikan bahan-bahan keterangan atau data
3. Memberikan gambaran
(Sudijono, 2006:11-14)
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi
sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang, tujuan materi, metode,
media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Fungsi evaluasi pendidikan adalah untuk sebagai pemantau kinerja komponen-
komponen kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang
diharapkan dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA