Daftar Isi
Ciri-ciri Sistem Demokrasi Liberal
Perdana
Menteri
Kepala
diangkat oleh
pemerintaha
Kepala
Presiden
Kabinet
Presiden atas
nNegara
sarandijabat
formatur
bertanggung
dapat
dijabat
yangoleh oleh
dibentuk
membubark
jawab
Presiden atas
dan
seorang
parlemen
an DPR
melalui
Presiden
Perdana
persetujuan
Menteri
mayoritas
anggota DPR
Sistem demokrasi liberal memberikan kebebasan berdirinya partai-partai politik. Sistem demokrasi
liberal menyebabkan adanya partai mayoritas (koalisi) dengan pendukung terbanyak dan partai
minoritas (oposisi) pemerintahan. Partai-partai mayoritas menjadi pendukung utama dalam
pemerintahan.
Kehidupan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan
hingga Masa Demokrasi Liberal
Sistem Pemerintahan
r
Wp
e
or h
X seb
l
a
okt K
ber I
1
9 P
k
4
5
a
n
g
h
n
Prakil n
b
n u
Nn
o
m Sja
esi
de yaS
itea
Ta agiK
nggal etu
1
6 a
7
OP
ka
n
ta
ri
B
–
N
ga
n
n
y
.a
• K
k
ee
ia
n
d
ag
a
in
n
,
a
d
n
i
j
aS
lj
a
an
kh
ar
n
Sistem Kepartaian
Kabinet Karya/
Djuanda
Kabinet (9 April 1957–
Kabinet Natsir Kabinet Ali Burhanuddin Kabinet Ali 5 Juli 1959)
(6 September Kabinet Sastroamidjojo I Harahap Sastroamidjojo
1950– Kabinet Wilopo (30 Juli 1953– (12 Agustus II
21 Maret Sukiman (30 Maret 24 Juli 1955) 1955–3 Maret (20 Maret 1956–
1951) (26 April 1952–2 Juni 1956) 14 Maret 1957)
1951– 1953)
23 Februari
1952)
Kabinet Natsir (6 September – 21 Maret 1951)
Berlangsung perundingan
antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat
rt,
d
t
ie Permasalahan Kabinet Nasir
t
n
sga
eap
ln
i
u
rB
b
u
e
h
ln
at
w
u
n
id
a
lan
a
ym
i
aet
h
u
n
g
Iad
n
li
d
as
o
e
m
n
il
e
Kegagalan Kabinet Nasir
Tanggal 21 Maret 1951, Perdana Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Kabinet Sukiman (27 April 1951– 3 April 1952)
Program Kerja Kabinet Sukiman
Dianggap menyimpang dari politik luar negeri bebas dan aktif karena
melaksanakan penandatanganan nota bantuan ekonomi dan militer
dengan AS
Belum berhasil mengembalikan Irian Barat kedalam wilayah RI
Konflik politik akibat Mr. Iskaq sebagai Mendagri (PNI) menginstruksikan penonaktifan DPRD yang dibentuk berdasarkan PP No. 39 tahun 1950
Kabinet Sukiman berakhir setelah Masyumi dan
PNI menarik dukungan di parlemen.
•Munculnya
Pro Per
•Menyelenggara
gerakan
kan persiapan
pemilu separatis
•Menegakan seperti DI/TII,
APRA, Andi
gra ma
keamanan
•Meningkatkan Azis, RMS,
kemakmuranda PRRI dan
n keuangan Permesta
negara •Adanya krisis
m sal
•Menata ekonomi
organisasi •Adanya
Negara, masalah di
perburuhan dan tubuh
perundang-
Ker aha
Angkatan
undangan Darat yang
•Melaksanakan dikenal dengan
politik luar peristiwa 17
negeri bebas Oktober 1952
ja n
dan aktif •Munculnya
•Menyelesaikan
peristiwa
masalah
Tanjung
pembebasan
Morowa (16
Irian Barat
Maret 1953)
Permasalahan yang terjadi pada kabinet Wilopo dijadikan sarana kelompok
anti kabinet dan pihak oposisi lainnya untuk mencela pemerintah dan muncul
mosi tidak percaya di parlemen yang mengakibatkan Kabinet Wilopo
mengembalikan mandatnya kepada Presiden tanggal 2 Juni 1953.
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Program Kerja
•Meningkatkan keamanan dan
kemakmuran
•Menyelenggarakan persiapan pemilu
•Pembebasan Irian Barat secepatnya
•Pelaksanaan politik luar negeri
bebas dan aktif
•Peninjauan kembali persetujuan
KMB
•Penyelesaian pertikaian politik
Salah satu keberhasilan kabinet Ali
Sastroamidjojo I adalah melaksanakan
Konferensi Asia Afrika (18 – 24 April 1955)
sebagai upaya penyelenggaraan politik
bebas dan aktif Indonesia.
Pelaksanaan politik kerjasama KAA berdasarkan politik luar negeri bebas dan aktif
Pemilu 1955
Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR) dengan hasil sebagai berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi
Pemilu pada 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante dengan hasil sebagai berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi
Pembubaran Uni
Melaksanakan Indonesia –
pemilu pertama Belanda
Pemberantasan Perbaikan
korupsi dikalangan hubungan antara
pejabat TNI AD dan
pemerintah pemerintah
Berakhirnya Kabinet Burhanuddin Harahap
Program Kerja
Mengubah
Memperjuangkan Melaksanakan
ekonomi kolonial Menyehatkan
pengembalian hasil keputusan
menjadi ekonomi keuangan negara
Irian Barat KAA
nasional
Keberhasilan Kabinet Ali Sastroamidjojo II : Mengirim Pasukan Garuda pada 8 Januari 1957 ke Mesir
dibawah bendera PBB sebagai bentuk pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif
Permasalahan Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Munculnya
sentiment anti-
Korupsi Muncu;nya
Tionghoa. Orang-
Terjadinya dikalangan perpecahan
orang Tionghoa
gerakan separatis pejabat dikalangan
berkesempatan
(PRRI/Permesta) pemerintahan dan Masyumi dan
menguasai
penyelundupan PNI.
ekonomi setelah
pembatalan KMB
4 Maret 1957, Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya kepada presiden
Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 5 Juli 1959)
Kabinet Djuanda
atau Kabinet karya
merupakan Zaken
Kabinet (kabinet
kerja) yaitu kabinet
yang tidak
berdasarkan atas
dukungan di parlemen
karena kondisi negara
dalam keadaan
darurat, tetapi lebih
Susunan kabinet Djuanda berdasarkan keahlian
Program Kerja Kabinet Djuanda (Pancakarya)
Normalisasi
keadaan Republik
Indonesia
Membentuk Melaksanaka
Dewan n pembatalan
Nasional KMB
Mempercepat Perjuangan
proses pengembalia
pembangunan n Iria Barat
Upaya yang Dilakukan Kabinet Djuanda Dalam Menghadapi Pergolakan
Daerah (PRRI dan Permesta)
Hiperinflasi
Peredaran mata
uang Jepang dan
NICA yang berlebih
Blokade Kekosongan Kas
Ekonomi Negara Negara
Belanda Kas negara
menutup pintu Indonesia kosong
keluar dan Masalah Ekonomi serta pajak dan
masuknya Masa Awal bea masuk
perdagangan Kemerdekaan sangat berkurang
Republik akibat blokade
Indonesia. ekonomi
Upaya Mengatasi Masalah Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan
Nasionalisasi Perusahaan
Gerakan Benteng Gunting Syafruddin Asing
Dimulai pada April 1950. Dilakukan dengan memotong Tindakan pencabutan hak milik
Kebijakan ini memberikan nilai uang (sanering) yang Belanda atau asing yang kemudian
bantuan kepada kalangan bernilai Rp2,5 ke atas hingga diambil alih oleh pemerintah
pengusaha pribumi agar ikut nilai setengahnya. Indonesia. Nasionalisasi dilakukan
berpartisipasi dalam karena Belanda dianggap ingkar
Tujuan: menanggulangi defisit
pembangunan ekonomi janji dengan tidak menyerahkan
anggaran sebesar Rp5,1 miliar.
nasional. kembali Irian Barat ke pangkuan
Republik Indonesia sesuai
kesepakatan dalam KMB.