Anda di halaman 1dari 43

BAB II

Indonesia pada Masa Awal Kemerdekaan


hingga Masa Demokrasi Liberal (1950 –
1959)

A. Kehidupan Politik B. Kehidupan


pada Masa Awal Ekonomi pada Masa
Kemerdekaan hingga Awal Kemerdekaan
Masa Demokrasi hingga Masa
Liberal Demokrasi Liberal

Daftar Isi
Ciri-ciri Sistem Demokrasi Liberal

Perdana
Menteri
Kepala
diangkat oleh
pemerintaha
Kepala
Presiden
Kabinet
Presiden atas
nNegara
sarandijabat
formatur
bertanggung
dapat
dijabat
yangoleh oleh
dibentuk
membubark
jawab
Presiden atas
dan
seorang
parlemen
an DPR
melalui
Presiden
Perdana
persetujuan
Menteri
mayoritas
anggota DPR

Sistem demokrasi liberal memberikan kebebasan berdirinya partai-partai politik. Sistem demokrasi
liberal menyebabkan adanya partai mayoritas (koalisi) dengan pendukung terbanyak dan partai
minoritas (oposisi) pemerintahan. Partai-partai mayoritas menjadi pendukung utama dalam
pemerintahan.
Kehidupan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan
hingga Masa Demokrasi Liberal

Sistem Pemerintahan

Perubahan Perubahan fungsi Penerapan


sistem KNIP dari kebijakan
pemerintahan pembantu Rekonstruksi dan
dari presidensial presiden menjadi Rasionalisasi
menjadi Angkatan Perang
majelis legislatif
parlementer
menurut (RERA) untuk
menurut
Maklumat KNIP Maklumat X pada menyederhanakan
Nomor 5 tanggal 16 Oktober 1945 angkatan perang.
11 November yang dikeluarkan
1945. Wakil Presiden
Mohammad Hatta.
e
r
h
p
u
eb
m
u
PELAKSANAAN SIDANG KNIP 16 -17 Oktober 1945
n
e
g
r
ig
n
e
n
tt
ai
L
a
t
a
M
• akl
u
mat D

r
Wp

e
or h
X seb

l
a
okt K
ber I
1
9 P

k
4
5

a
n
g
h
n
Prakil n

b
n u
Nn
o
m Sja
esi
de yaS
itea

Ta agiK
nggal etu
1
6 a
7
OP
ka
n

ta

ri

B

N

ga
n
n
y
.a
• K
k
ee
ia
n
d
ag
a
in
n
,
a
d
n
i
j
aS
lj
a
an
kh
ar
n
Sistem Kepartaian

Penerapan sistem multipartai yang didasari Maklumat Pemerintah


3 November 1945. Dalam maklumat tersebut Moh. Hatta memberikan
kebebasan pembentukan partai politik.

Menurut Moh. Hatta, sistem multipartai bertujuan memudahkan


kekuatan perjuangan dan memudahkan dalam meminta
pertanggungjawaban kepada barisan perjuangan.

Pada perkembangannya, partai politik pada masa Demokrasi Liberal


saling bersaing, mencari kesalahan, dan menjatuhkan. Kondisi ini yang
menyebabkan sering terjadi pergantian kabinet.
PARTAI-PARTAI POLITIK YANG DIBENTUK PADA BULAN NOVEMBER 1945 –
JANUARI 1946
Kabinet Masa Perjuangan
Kabinet Presidensial : 2
September – 14 November
(1945
Kabinet Sjahrir I (Parlementer)
: 14 November 1945 – 12
– 1949)
Kabinet Sjahrir II
(Parlementer) : 12 Maret
1945 Maret 1946 1946 – 2 Oktober 1946

Kabinet Sjahrir III Kabinet Amir I Kabinet Amir II


(Parlementer) : 2 Oktober (Parlementer) : 3 Juli 1947 (Parlementer) : 11 Juli 1947
1946 – 3 Juli 1947 – 11 November 1947 – 29 Januari 1948

Kabinet Hatta I Kabinet Darurat (PDRI) : 19 Kabinet Hatta II (Presidensial) : 4


(Presidensial) : 29 Januari Desember 1948 – 13 Juli Agustus 1949 – 20 Agustus 1949
1948 – 4 Agustus 1948 1949
Kabinet pada Masa Demokrasi Liberal
(1950 – 1959)
7
5 6
4
1
3
2

Kabinet Karya/
Djuanda
Kabinet (9 April 1957–
Kabinet Natsir Kabinet Ali Burhanuddin Kabinet Ali 5 Juli 1959)
(6 September Kabinet Sastroamidjojo I Harahap Sastroamidjojo
1950– Kabinet Wilopo (30 Juli 1953– (12 Agustus II
21 Maret Sukiman (30 Maret 24 Juli 1955) 1955–3 Maret (20 Maret 1956–
1951) (26 April 1952–2 Juni 1956) 14 Maret 1957)
1951– 1953)
23 Februari
1952)
Kabinet Natsir (6 September – 21 Maret 1951)

Program Kerja Kabinet Natsir :


•Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan
pemerintahan serta membentuk peralatan negara yang kuat
dan daulat.
•Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
•Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan
bekas – bekas anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat.
•Mempersiapkan penyelenggaraan pemilu
•Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
•Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat
sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.
•Penerapan program benteng, yaitu pengusaha nasional
golongan ekonomi lemah diberi bantuan kredit
•Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro)
Susunan menteri-menteri di Kabinet Natsir
Keberhasilan Kabinet Natsir

Di bidang ekonomi, ada


Sumitro Plan yang mengubah
ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional

Indonesia masuk PBB (28


September 1950)

Berlangsung perundingan
antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat
rt,

d
t
ie Permasalahan Kabinet Nasir
t
n
sga
eap
ln
i
u
rB
b
u
e
h
ln
at
w
u
n
id
a
lan
a
ym
i
aet
h
u
n
g
Iad
n
li
d
as
o
e
m
n
il
e
Kegagalan Kabinet Nasir

Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut


Gagal untuk menyelesaikan masalah Irian Barat dan pemneberlakuan peraturan Pemerintah Nomor 39
pemberontakan DI/TII, Andi Azis, RMS dan APRA tahun 1950 mengenai pemilihan anggota DPRD yang
dianggap menguntungkan Masyumi

Tanggal 21 Maret 1951, Perdana Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Kabinet Sukiman (27 April 1951– 3 April 1952)
Program Kerja Kabinet Sukiman

Menjamin keamanan dan ketertiban dengan menyempurnakan


alat-alat negara
Mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan
memperbarui hukum agrarian agar sesuai dengan kepentingan
petani, serta mempercepat usaha penempatan bekas pejuang
dilapangan usaha
Menyelesaikan persiapan pemilu dan mempercepat
pelaksanaan otonomi daerah
Menyiapkan undang-undang tentang pengakuan Serikat Buruh,
perjanjian kerjasama, penetapan upah minimum dan
penyelesaian pertikaian buruh.
Menjalankan politik luar negeri bebas dan aktif
Memasukan Irian Barat secepatnya kedalam wilayah RI

Susunan Kabinet Sukiman


Permasalahan di Kabinet Sukiman

Kegagalan Kabinet Sukiman


Krisis moral : korupsi dan kegemaran menggunakan barang-barang mewah

Dianggap menyimpang dari politik luar negeri bebas dan aktif karena
melaksanakan penandatanganan nota bantuan ekonomi dan militer
dengan AS
Belum berhasil mengembalikan Irian Barat kedalam wilayah RI

Konflik politik akibat Mr. Iskaq sebagai Mendagri (PNI) menginstruksikan penonaktifan DPRD yang dibentuk berdasarkan PP No. 39 tahun 1950
Kabinet Sukiman berakhir setelah Masyumi dan
PNI menarik dukungan di parlemen.

23 Februari 1952, Kabinet Sukiman


mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953)

•Munculnya

Pro Per
•Menyelenggara
gerakan
kan persiapan
pemilu separatis
•Menegakan seperti DI/TII,
APRA, Andi

gra ma
keamanan
•Meningkatkan Azis, RMS,
kemakmuranda PRRI dan
n keuangan Permesta
negara •Adanya krisis

m sal
•Menata ekonomi
organisasi •Adanya
Negara, masalah di
perburuhan dan tubuh
perundang-

Ker aha
Angkatan
undangan Darat yang
•Melaksanakan dikenal dengan
politik luar peristiwa 17
negeri bebas Oktober 1952

ja n
dan aktif •Munculnya
•Menyelesaikan
peristiwa
masalah
Tanjung
pembebasan
Morowa (16
Irian Barat
Maret 1953)
Permasalahan yang terjadi pada kabinet Wilopo dijadikan sarana kelompok
anti kabinet dan pihak oposisi lainnya untuk mencela pemerintah dan muncul
mosi tidak percaya di parlemen yang mengakibatkan Kabinet Wilopo
mengembalikan mandatnya kepada Presiden tanggal 2 Juni 1953.
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

Program Kerja
•Meningkatkan keamanan dan
kemakmuran
•Menyelenggarakan persiapan pemilu
•Pembebasan Irian Barat secepatnya
•Pelaksanaan politik luar negeri
bebas dan aktif
•Peninjauan kembali persetujuan
KMB
•Penyelesaian pertikaian politik
Salah satu keberhasilan kabinet Ali
Sastroamidjojo I adalah melaksanakan
Konferensi Asia Afrika (18 – 24 April 1955)
sebagai upaya penyelenggaraan politik
bebas dan aktif Indonesia.

Jajaran Kabinet Ali Sastroamidjojo I


Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

Mengembalikan kepercayaan TNI AD dan masyarakat terhadap pemerintah

Melaksanakan pemilihan umum

Mempercepat terbentuknya parlemen hasil pemilu

Memperjuangkan pengembalian Irian Barat

Menyelesaikan masalah inflasi, desentralisasi, dan pemberantasan korupsi

Pelaksanaan politik kerjasama KAA berdasarkan politik luar negeri bebas dan aktif
Pemilu 1955

Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR) dengan hasil sebagai berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia 57 kursi


2. Masyumi 57 kursi
3. Nahdatul Ulama 45 kursi
4. Partai Komunis Indonesia 39 kursi

Pemilu pada 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante dengan hasil sebagai berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia 119 kursi


2. Masyumi 112kursi
3. Nahdatul Ulama 91 kursi
4. Partai Komunis Indonesia 60 kursi
Perdebatan berlarut-larut dalam
konstituante.

Apa penyebabnya? Adanya perselisihan


antarpartai.
Konstituante hasil
Pemilu 1955 Adanya desakan untuk kembali kepada UUD
gagal menyusun 1945.
undang-undang
dasar Presiden Soekarno mengusulkan agar
UUD 1945 diberlakukan kembali
sebagai konstitusi negara.
Langkah lanjutan
Presiden Soekarno membubarkan
konstituante melalui Dekret Presiden
5 Juli 1959.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harahap

Pembubaran Uni
Melaksanakan Indonesia –
pemilu pertama Belanda

Pemberantasan Perbaikan
korupsi dikalangan hubungan antara
pejabat TNI AD dan
pemerintah pemerintah
Berakhirnya Kabinet Burhanuddin Harahap

Dengan keberhasilan pemilu tahun 1955,


maka tugas kabinet Burhanuddin Harahap
dianggap selesai. Dan perlu dibentuk kabinet
baru yang akan bertanggung jawab terhadap
parlemen yang baru.

Keadaan politik setelah pemilu tahun 1955


terjadi ketegangan-ketegangan akibat
banyaknya mutasi yang dilakukan oleh
kementerian. Hal tersebut menjadi salah satu
factor desakan agar perdana menteri
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Tanggal 3 Maret 1956 kabinet Burhanuddin
Pelantikan Burhanuddin Harahap sebagai Perdana Menteri
Harahap berakhir
Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

Program Kerja

Pemulihan Melaksanakan Melaksanakan


Pembatalan KMB kamanan dan pembangunan politik luar negeri
ketertiban lima tahun bebas dan aktif

Mengubah
Memperjuangkan Melaksanakan
ekonomi kolonial Menyehatkan
pengembalian hasil keputusan
menjadi ekonomi keuangan negara
Irian Barat KAA
nasional

Keberhasilan Kabinet Ali Sastroamidjojo II : Mengirim Pasukan Garuda pada 8 Januari 1957 ke Mesir
dibawah bendera PBB sebagai bentuk pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif
Permasalahan Kabinet Ali Sastroamidjojo II

Munculnya
sentiment anti-
Korupsi Muncu;nya
Tionghoa. Orang-
Terjadinya dikalangan perpecahan
orang Tionghoa
gerakan separatis pejabat dikalangan
berkesempatan
(PRRI/Permesta) pemerintahan dan Masyumi dan
menguasai
penyelundupan PNI.
ekonomi setelah
pembatalan KMB
4 Maret 1957, Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya kepada presiden
Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 5 Juli 1959)

Kabinet Djuanda
atau Kabinet karya
merupakan Zaken
Kabinet (kabinet
kerja) yaitu kabinet
yang tidak
berdasarkan atas
dukungan di parlemen
karena kondisi negara
dalam keadaan
darurat, tetapi lebih
Susunan kabinet Djuanda berdasarkan keahlian
Program Kerja Kabinet Djuanda (Pancakarya)

Normalisasi
keadaan Republik
Indonesia

Membentuk Melaksanaka
Dewan n pembatalan
Nasional KMB

Mempercepat Perjuangan
proses pengembalia
pembangunan n Iria Barat
Upaya yang Dilakukan Kabinet Djuanda Dalam Menghadapi Pergolakan
Daerah (PRRI dan Permesta)

Musyawarah Musyawarah Nasional


Nasional (Munas) Pembangunan (Munap)
•10 - 14 September 1957, •25 November – 4 Desember 1957,
dilaksanakan Munas yang membahas dilaksanakan Munap. Tujuannya untuk
masalah pembangunan nasional dan membahas dan merumuskan usaha-usaha
pembangunan sesuai dengan keinginan
daerah, pembangunan angkatan daerah.
perang serta masalah ekonomi. Yang •Musyawarah diikuti oleh para ahli
dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional ekonomi, tokoh-tokoh pusat dan daerah,
baik pusat maupun daerah. pejabat militer, wakil partai dan organisasi.
• Merumuskan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957) yaitu aturan
mengenai batas perairan nasional Indonesia meliputi laut pedalaman dan
Keberhasila laut territorial selebar 12 mill.
n Kabinet • Dalam peraturan lama (Zeenen Maritime Kringen Ordonantie 1939)
disebutkan bahwa luas laut teritorial Indonesia hanya 3 mill diukur dari
Djuanda garis air rendah setiap palung.

• Kegagalan kabinet dalam mengatasi pergolakan PRRI/Permesta


• Adanya Peristiwa Cikini yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap
Berakhirnya Presiden Soekarno pada tanggal 30 November 1957
• 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden sebagai
Kabinet upaya untuk mengatasi situasi politik yang kacau.
Djuanda
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Dr. Hasjim Djalal, yang setia mengikuti
berbagai konferensi tentang hukum laut yang dilaksanakan PBB dari tahun 1970-an hingga
tahun 1990-an. Berkat mereka, kedaulatan wilayah laut Indonesia bisa diakui
internasional.
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, yang berbunyi :
“Segala perairan disekeliling dan diantara pulau-pulau di Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daratan dan berada di bawah kedaulatan Indonesia”.
Kehidupan Ekonomi pada Masa Awal
Kemerdekaan hingga Masa Demokrasi
Liberal

Hiperinflasi
Peredaran mata
uang Jepang dan
NICA yang berlebih
Blokade Kekosongan Kas
Ekonomi Negara Negara
Belanda Kas negara
menutup pintu Indonesia kosong
keluar dan Masalah Ekonomi serta pajak dan
masuknya Masa Awal bea masuk
perdagangan Kemerdekaan sangat berkurang
Republik akibat blokade
Indonesia. ekonomi
Upaya Mengatasi Masalah Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan

Mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI)


•Upaya pemerintah mengatasi masalah keuangan dilakukan dengan cara
menetapkan tiga mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang Hindia Belanda dan mata uang Belanda.
•Pada 1 Oktober 1946, pemerintah mengeluarkan uang kertas yang disebut
dengan “Oeang Repoeblik Indonesia”
Menembus Blokade Ekonomi Belanda
•Melakukan operasi POPDA dan APWI
•Melakukan diplomasi ke India
•Membentuk Banking and Trading Corporation (BTC)
•Membentuk Indonesia Office (Indof) di Singapura
•Membentuk Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN)

Menyelenggarakan Konferensi Ekonomi


• Konferensi Ekonomi I (Februari 1946), membahas pemerataan bahan makanan
• Konferensi Ekonomi II (6 Mei 1946), membahas berbagai permasalahan ekonomi seperti program ekonomi pemerintah, keuangan negara, pengendalian harga
Mata uang De Javasche Bank
Upaya Mengatasi Masalah Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan

Membentuk Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)


•Badan ini dibentuk pada 19 Januari 1947, bertugas membuat rencana
pembangunan ekonomi jangka waktu dua sampai tiga tahun.

Melaksanakan Kasimo Plan


•Menteri Persediaan Makanan Rakyat I.J. Kasimo menghasilkan rencana produksi
lima tahun yang dikenal dengan Kasimo Plan (Rencan kasimo). Rencana Kasimo
meliputi rencana produksi Tiga Tahun 1948 – 1950 mengenai swasembada pangan.

Membentuk Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)


• Dibentuk di Jakarta pada September 1945, diketuai B.R. Mortik. Bertujuan menggalang dan melenyapkan individualisme dikalangan organisasi pedagang untuk memperkokoh perekonomian nasional.

Melaksanakan Program Pinjaman Nasional


• Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman
atas persetujuanBP-KNIP. Pinjaman nasional akan dibayar kembali selama
jangka waktu empat puluh tahun. Dalam pelaksanaannya program ini
mencapai keberhasilan
Pemikiran Ekonomi Nasional
pada Masa Demokrasi Liberal

Pembangunan ekonomi pada masa


Demokrasi Liberal masih menemui
berbagai hambatan karena sistem
ekonomi kolonial masih mengakar kuat
di Indonesia.

Cara memperbaiki ekonomi


Indonesia =
Memperkuat sistem perdagangan.
Soemitro Djojohadikusumo Merangkul kaum pribumi untuk
mewujudkan kelas pengusaha
pribumi (Plan Soemitro).
Sistem Ekonomi Liberal
sebagai Upaya Melepas Ikatan dengan Belanda

Perundingan Financial Biro Perancang Keuangan Rencana Pembangunan Lima


Ekonomi (Finek) Tahun (RPLT)
Dibentuk pada masa
Perundingan ini dilakukan pada Kabinet Ali Sastroamidjojo Merupakan salah satu
7 Januari 1956. I. Biro ini bertugas kebijakan yang dikeluarkan
Pada perkembangannya, usul merancang pembangunan Biro Perancang Negara.
Indonesia tersebut ditolak oleh jangka panjang. Biro Kebijakan ini direncanakan
pemerintah Belanda. Akhirnya, Perancang Negara akan dilaksanakan pada
pemerintah Indonesia secara dipimpin oleh Djuanda 1956–1961.
sepihak melaksanakan Kartawidjaja.
rancangan Fineknya dengan
membubarkan Uni Indonesia–
Belanda pada
13 Februari 1956
Kebijakan Ekonomi Masa Demokrasi
Liberal

Nasionalisasi Perusahaan
Gerakan Benteng Gunting Syafruddin Asing
Dimulai pada April 1950. Dilakukan dengan memotong Tindakan pencabutan hak milik
Kebijakan ini memberikan nilai uang (sanering) yang Belanda atau asing yang kemudian
bantuan kepada kalangan bernilai Rp2,5 ke atas hingga diambil alih oleh pemerintah
pengusaha pribumi agar ikut nilai setengahnya. Indonesia. Nasionalisasi dilakukan
berpartisipasi dalam karena Belanda dianggap ingkar
Tujuan: menanggulangi defisit
pembangunan ekonomi janji dengan tidak menyerahkan
anggaran sebesar Rp5,1 miliar.
nasional. kembali Irian Barat ke pangkuan
Republik Indonesia sesuai
kesepakatan dalam KMB.

Sistem Ekonomi Ali-Baba


Tujuan kebijakan ini adalah menciptakan kerja sama antara pengusaha
pribumi (Ali) dengan pengusaha nonpribumi (Baba). Kebijakan ini mendorong
berkembangnya pengusaha swasta nasional pribumi dalam usaha merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Nasionalisasi de Javasche Bank

Pada tanggal 19 Juni


1951, Kabinet
Sukiman membentuk Panitia
Nasionalisasi de Javasche
Bank yang berdasarkan pada
keputusan Pemerintah RI
No. 122 dan 123.
Pemerintah
memberhentikan Dr.
Houwing sebagai Presiden
de Javasche Bank dan
mengangkat Mr. Syafruddin
Prawiranegara sebagai
Presiden de Javasche Bank
yang baru. Pada tanggal 15
de Javasche Bank di Batavia yang sekarang menjadi Museum Bank Indonesia Desember 1951 diumumkan
di kawasan Kota Tua Jakarta Undang-Undang No. 24
tahun 1951 tentang
Nasionalisasi de Javasche
Bank menjadi Bank Sentral
kemudian pada tanggal 1 Juli
1953, de Javasche Bank
berganti menjadi Bank
Indonesia.
Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh
pemerintah Indonesia di antaranya adalah Bank
Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank
Dagang Negara), Bank De Nationale Handelsbank N. V
(Bank Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels
Maatschappij (Bank Exim), Koninklijke Nederlands
Indische Luchtvaart Maatschappij/KNILM (Garuda
Indonesia), dll.

Pesawat Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij


(KNILM)
Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo menteri ekonomi Kebijakan Gunting Syafruddin
pada masa Kabinet Ali I sekaligus
penggagas kebijakan ekonomi Ali Baba.

Anda mungkin juga menyukai