SEJARAH PARIWISATA
Disusun Oleh :
2020
1
Critical Book Report
KATA PENGANTAR
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam.
penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan
sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya
1. Ibu Dra.Florest Tanjung, M.A dan Bapak Pulung Sumantri S.Pd.M.Si selaku
dosen mata kuliah Sejarah Pariwisata yang telah membimbing dan mendidik
2. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Penulis
2
Critical Book Report
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 45
B. Saran .......................................................................................................... 45
Daftar Lampiran..................................................................................................... 47
3
Critical Book Report
BAB I
PENDAHULUAN
A. Informasi Bibliografi
1) Buku Utama
Sejarah Pariwisata
Judul Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia
ISBN 978-602-433-437-6
Bungaran Antonius Simajuntak
Penulis Flores Tanjung
Rosmadhana Nasution
Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Kota Terbit Jakarta
Tahun Terbit 2017
Urutan Cetakan Cetakan I, Februari 2015
Tebal Buku 258 Halaman
2) Buku Pembanding
4
Critical Book Report
5
Critical Book Report
BAB II
PEMBAHASAN ISI BUKU
6
Critical Book Report
7
Critical Book Report
8
Critical Book Report
E. Bentuk Pariwisata
1) Asal wisatawan yaitu ada wisatawan domestik atau wisatawan
dari dalam negeri dan mancanegara atau yang berasal dari luar
negeri.
2) Menurut pengangkutan yaitu cara wisatawan sampai ke obyek
wisata yaitu pariwisata darat, laut dan udara.
3) Menurut jangka waktu, yaitu pariwisata jangka panjang dan
pariwisata jangka pendek.
4) Menurut jumlah wisatawan yaitu perseorangan atau
rombongan
5) Homogen atau hetorogen
6) Berdasarkan usia.
7) Berdasarkan jenis kelamin
8) Berdasarkan suatu program organisasi
9) Wisatawan luar angkasa atau antar planet.
F. Gerakan Meningkatkan Wisatawan dengan Menciptakan Obyek
Wisata Baru
1) Peristiwa historis, kita mengetahui Indonesia dibangun dari
sejarah yang luar biasa dengan begitu banyak peristiwa sejarah
yang dilalui. Didukung pula dengan luas wilayah yang
mempuni, jika setiap daerah dapat mampu menjual peristiwa
sejarah yang ada di daerahnya maka kunjungan wisata pun
dapat meningkat sehingga diperoleh pendapatan daerah yang
lebih baik
2) Manusia tua sebagai obyek wisata, mulai muncul ide untuk
menjadikan golongan parubaya yang sehat untuk dijadikan
obyek wisata karena lebih unik dan membangkitkan rasa
kagum diantara para wisatawan.
3) Aktivitas seksual sebagai pariwisata
9
Critical Book Report
4) Pariwisata desa
Bab 2 – Sejarah Perkembangan Pariwisata Dunia
A. Hewan dan Jasa Perdagangan
Dalam perjalanan dagang zaman dahulu keinginan
memasarkan hasil bumi dan kerajinan tangan, serta keinginan
memperoleh kebutuhan pokok atau tambahan dari tempat lain
menyebabkan sekitar tahun 4000SM bangsa Sumeria dari
Babilonia melakukan perjalanan dari negerinya ke negeeri lain.
Tantangan yang dihadapi ketika perjalanan misalnya, panas,
angina, hal itu yang dapat merusak dan menggangu pandangan
mata terlebih lagi pada saat itu berjalan kaki dengan domba atau
unta.
B. Sejarah Perjalanan Bangsa Sumeria, Marcopolo, dan Ibnu
Batuta
10
Critical Book Report
11
Critical Book Report
12
Critical Book Report
13
Critical Book Report
1. Transportasi
14
Critical Book Report
a) TransportasiUdara
b) Transportasi Darat
15
Critical Book Report
c) Transportasi air
2. Akomodasi
16
Critical Book Report
3. Hiburan
4. Cinderamata
17
Critical Book Report
barang yang sering menjadi favorit wisatawan untuk dibeli dan dibawa
pulang.Cinderamata tersebut bias dibeli untuk menjadi koleksi pibadi
maupun untuk oleh-oleh.Tentu saja tidak semua produk wisata dapat
dikategorikan sebagai cinderamata.Yang menarik diperhatikan adalah
bahwa perilaku wisatawan dan masyarakat setempat dalam berbelanja
sangatlah berbeda.Seringkali dalam berbelanja,wisatawan lebih
mementingkan faktor-faktor non harga seperti kualitas,keunikan,
kelangkaan, dan kreativitas
5. Money Changer
18
Critical Book Report
19
Critical Book Report
20
Critical Book Report
21
Critical Book Report
22
Critical Book Report
Dalam sejarah perkembangan Pariwisata dicatat oleh para sejarawan dan para
pelaku usaha jasa kepariwisataan, bahwa banyak jenis dan tujuan dan latar beakang
perjalanan yang dilakukan manusia. Pelaku perjalanan itu tentu beragam macam
bangsa, suk, kelas, sifat, keinginan dan sebagianya.
1. Teori P. E Murphy
2. Teori Cohen
Cohen (1972), mengklarifikasikan wisatawan atas dasar dari daerah yang akan
di kunjungi, serta tingkat pengorganisasiannya dari perjalanan wisatanya. Atas dasar
ini, Cohen membedakan wisatawan atas empat, yakni: Drifter , yaitu wisatawan yang
ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya, dan bepergian
dalam jumlah kecil. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
mengatur perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang
sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum. Wisatawan seperti ini
bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan
masyarakat lokal juga tinggi. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang
menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah terkenal. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan
yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan
fasilitas yang seperti yang dapat ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya
selalu dipandu oleh pemandu wisata.
23
Critical Book Report
3. Teori Smit
Smith (1977) juga melakukan klasifikasi terhadapa wisatawan, dengan
membedakan wisatawan atas tujuh kelompok, yaitu: Explorer, yaitu wisatawan yang
mencari perjalanan baru dan berinteraksi secara intensif dengan masyarakat lokal, dan
bersedia menerima fasilitas seadanya, serta menghargai norma dan nilai-nilai lokal.
Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang belum dikenal,
tetapi dengan pengaturan lebih dahulu, dan bepergian dalam jumlah kecil. Off-beat,
yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak mau ikut ke tempat-tempat yang
sudah ramai dikunjungi. Biasanya wisatawan seperti ini siap menerima fasilitas
seadanya di tempat lokal. Unusual, yaitu wisatawan yang dalam perjalanannya sekali
waktu juga mengambil aktifitas tambahan, untuk mengunjungi tempat-tempat yang
baru, atau melakukan aktivitas yang agak beresiko. Meskipun dalam aktivitas
tambahannya bersedia menerima fasilitas apa adanya, tetapi program pokoknya tetap
harus mendapatkan fasilitas yang standar. Incipent Mass, yaitu wisatawan yang
melakukan perjalanan secara individual atau kelompok kecil, dan mencari daerah
tujuan wisata yang mempunyai fasilitas standar tetapi masih menawarkan keaslian
(authenticity).Mass, yaitu wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan
fasilitas yang sama seperti di daerahnya. Charter, yaitu wisatawan yang
mengunjungi daerah tujuan wisata dengan lingkungan yang mirip dengan daerah
asalnya, dan biasanya hanya untuk bersenang-senang/bersantai. Mereka bepergian
dalam kelompok besar dan meminta fasilitas yang berstandar internasional.
24
Critical Book Report
25
Critical Book Report
Destinasi Candi Prambanan, atau yang dikenal juga dengan candi Kalasan
yang masih berada di kawasn Jawa Tengah
BAB 7 – Potensi Pariwisata Indonesia Klasik Dan Modern
Indonesia yang sudah dikenal sebagai negara yang memiliki potensi yang
sangat banyak dan beragam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk
datang dan berkunjung ke Indonesia. Pariwisata yang seperti kita ketahui bahwa
merupakan aktivitas campuran untuk memenuhi permintaan akan jasa dan produk.
Artinya pariwisata menjadi pendorng bagi sektor lainnya seperti makanan, cendra
mata, dan terjadinya permintaan yang akan mengikat atau akomodasi dan
infrastruktur lain.
Pariwisata Budaya
Pengertian pariwisata budaya menurut adalah salah satu jenis pariwisata yang
mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang paling dominan serta
sekaligus memberikan identitas bagi pengembangan pariwisata tersebut. Dalam
kegiatan pariwisata terdapat sepuluh elemen budaya yang menjadi daya tarik wisata
yakni: 1) kerajinan, 2) tradisi, 3) sejarah dari suatu tempat/daerah, 4) arsitektur, 5)
makanan lokal/tradisional, 6) seni dan musik, 7) cara hidup suatu masyarakat, 8)
agama, 9) bahasa, 10) pakaian lokal/tradisional. Elemen budaya tersebut tampaknya
sangat relevan dengan jenis kepariwisataan yang dikembangkan di Bali, yaitu
pariwisata budaya.
Pariwisata budaya merupakan aktivitas yang memungkinkan wisatawan untuk
mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara hidup orang lain,
merefleksikan adat dan istiadatnya, tradisi religiusnya dan ide-ide intelektual yang
terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenalnya . Sirtha (2001)
mengemukakan motivasi pariwisata budaya, antara lain: 1) mendorong
pendayagunaan produksi daerah dan nasional; 2) mempertahankan nilai-nilai budaya,
norma, adat istiadat dan agama; 3) berwawasan lingkungan hidup, baik lingkungan
alam maupun lingkungan sosial
Beberapa Pariwisata Andalan Indonesia :
26
Critical Book Report
27
Critical Book Report
a) Objek wisata
28
Critical Book Report
29
Critical Book Report
30
Critical Book Report
31
Critical Book Report
32
Critical Book Report
melalui pengamatan yang detail setiap hari. Dalam bab 10 ini ada
beberapa ada keluarga wisata di tempat miskin di sumatera utara.
33
Critical Book Report
Lalu dalam bab 11 ini juga ada memberikan saran agar para
pemilik biro perjalanan melakukan suatu informasi kepada turis untuk
memberi masukan kepada pemerintah sebab seperti yang diketahui
bersama bahwasanya merekalah ujung tombak perkembangan
pariwisata.agar saran-saran dan keluhan para turis itu dapat ditampung
dan disampaikan kepada pemilik perusahaan atau pemilik yang akan
menyampaikan kepada kepala dinas pariwisata provinsi yang
menampung saran dan keluhan para turis tersebut .
34
Critical Book Report
35
Critical Book Report
Fenomena ini tentunya memiliki sejarah, dan dalam buku ini Achmad
Sunjayadi memaparkan mengenai lahirnya pariwisata Indonesia di masa
Kolonial, mulai dari 1891 sampai 1942, dan menggambarkan peranan
berbagai pihak dalam perkembangan itu, termasuk praktisi perhotelan,
pegawai pemerintah, jurnalis, sampai pendeta, termasuk juga tentu saja Orang
Indonesia sendiri.
36
Critical Book Report
BAB III
A. Latar Belakang
Laporan Critical Book Report adalah laporan yang bertujuan untuk
mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (Penjelasan,
Intrepretasi, dan analisis) kita mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa
yang menarik dari buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita dan
menambah pemahaman kita terhadap suatu kajian tertentu. Sehinngga laporan
Critical Book Report ini merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mencari kelebihan dan kelemahan buku.
Materi yang akan dikritik mengenai materi pembelajaran Sejarah
Pariwisata dengan Buku “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan
Pariwisata Indonesia” yang ditulis oleh Bungaran Antonius Simajuntak,
Flores Tanjung Dan Rosmaradhana Nasution guna mengembangkan
profesionalisme guru dan inovasi pembelajaran. Diharapkan dengan adanya
laporan Critical Book Report ini , mahasiswa dapat menambah pemahaman
tentang materi ini dan mampu berpikir lebih kritis maupun sistematis,
sehingga untuk kedepannya mahasiswa sebagai calon guru dapat
mengaplikasikan materi ini dilapangan atau setelah menjadi guru.
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan latar belakang, penulis membatasi materi yang
akan penulis kritik, antara lain :
1) Apa Kelemahan dan Kelebihan dari kedua buku tersebut ?
2) Apa Konsep yang digunakan oleh kedua buku tersebut ?
3) Metode apa yang digunakan di dalam penulisan Critical Book Report
ini ?
37
Critical Book Report
C. Kajian Teori/Konsep
Pendidikan Sejarah adalah Jurusan Unggul dalam menghasilkan
tenaga kependidikan bidang sejarah yang professional, memiliki kecerdasan
intelektual, berdimensi moral religius berdadarkan kemampuan softskill yang
berkarakter dalam menghadapi tuntutan dunia global.
Mata kuliah ini menyajikan seluk beluk kepariwisataan Indonesia,
mencakup sejarah pariwisata, Kebijakan tentang pariwisata, manajemen
pariwisata, jenis pariwisata dan objek pariwisata di Indonesia, serta
dampaknya pada masyarakat, baik dampak positif yang berupa terbukanya
lapangan pekerjaan yang berujung pada kesejahteraan masyarakat terutama di
daerah tujuan wisata. Maupun dampak negative dari pariwisata yang berupa
penetrasi budaya asing yang seringkali tidak sesuai dengan budaya dan
kepribadian bangsa
D. Metode
Metode yang digunakan pada buku ini ialah metode pendekatan
deduktif, dimana buku ini memberikan wawasan terhadap mahasiswa tentang
definisi atau pemaparan, dimana sesuai dengan apa yang disampaikan Major
(2006) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan
deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
E. Analisis
1) Analisis Buku Utama
38
Critical Book Report
Pada bab 8 kelebihan dari materi di bab 8 adalah isi buku tersebut
cukup jelas dalam menjelaskan isi materi, dimana penjelasan dimulai dari
mulai dari penjelasan dari hal yang umum ke hal yang khusus di bab
tersebut juga dimuat catatan kaki yang dimana memuat kutiapan-kutipan
dari sumber lain yang semakin memperdalam isi dari materi. Dimana kita
juga tahu apa-apa saja komponen utama dan komponen pendukung di
dalam sebuh pariwisata, dan juga kita tahu jenis-jenis wisata seperti wisata
politik, wisata intelektual, wisata seksual, dan sebagainya.
39
Critical Book Report
malam yang masih banyak orang, bahkan untuk orang Medan sendiri yang
belum tahu seperti apa wisata malam yang ada di Provinsi Sumatera Utara
khususnya Medan. Di bab ini wisata malam yang dikaji oleh mahasiswa
beraneka ragam mulai dari wisata seksual hingga wisata kuliner dimana
banyak hal-hal baru yang kita temukan dan baru kita ketahui setelah kita
membaca buku ini.
40
Critical Book Report
Lalu dalam bab 11 ini juga ada memberikan saran agar para
pemilik biro perjalanan melakukan suatu informasi kepada turis untuk
memberi masukan kepada pemerintah sebab seperti yang diketahui
bersama bahwasanya merekalah ujung tombak perkembangan
pariwisata.agar saran-saran dan keluhan para turis itu dapat ditampung dan
disampaikan kepada pemilik perusahaan atau pemilik yang akan
menyampaikan kepada kepala dinas pariwisata provinsi yang menampung
saran dan keluhan para turis tersebut .
41
Critical Book Report
42
Critical Book Report
dilihat dari awal kemunculan pada akhir abad ke-19 hingga masa awal
kekuasaan pemerintahan pendudukan Jepang pada 1942.
Selain kegiatan pihak Belanda dalam pembentukan pariwisata di
Indonesia, juga tidak lupa dijelaskan oleh penulis mengenai kegiatan
pihak asli indonesia yang menjadi dasar industri. Dalam budaya jawa ada
tradisi berkelana yang dapat ditemui dalam kesusastraan Jawa,
kemungkinan besar atas pengaruh tradisi sejarah Arab. Seperti yang
dijumpai pada bab II, orang jawa seperti Poerwalelana dan Raden
osrowidjojo telah menulis laporan perjalanan yang memberi pandangan
yang khas Indonesia.
Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai pembentukan lembaga-
lembaga yang menangani kepariwisataan baik tingkat nasional maupun
daerah. Selain lembaga kegiatan pariwisata juga dijelaskan dimana salah
satu bentuk kegiatan pariwisata di Indonesia yaitu pembangunan lima
tahun I yang dilakukan pemerintah untuk menunjang sektor
kepariwisataan daerah, terutama Bali.Walaupun topik sejarah pariwisata di
Bali tahun 1900 sampai 1930-an sudah biasa ditemukan dalam buku-buku
lainnya, sejarah pariwisata keseluruhan Indonesia masih merupakan
ladang baru. Kelompok kami merasa buku ini sangat bagus karena dengan
membacabuku ini para pembaca dapat memahami siapa saja perseorangan
mau pun komunitas yang memiliki kontribusi dalam memperkenalkan
pariwisata di Hindia Belanda. Tak hanya itu, dijelaskan pula ragam
strategi pemasaran dan promosi wisata dari film dokumenter, acara-acara,
poster-poster hingga buku panduan wisata yang terus diulas secara
panjang lebar dalam 358 halaman buku ini.
Namun pemaparan penulis ini menurut kelompok kami masih
menyisakan beberapa pertanyaan mengenai pariwisata di Hindia-Belanda,
seperti bagaimana hubungan kegiatan pariwisata di Hindia-Belanda
dengan negeri-negeri koloni di sekitarnya, bagaimana peran kelas
43
Critical Book Report
44
Critical Book Report
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa Critical Book Report merupakan kegiatan untuk
mengkritisi buku untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam
buku, baik dalam sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi
materi, dan tampilan buku. Hal tersebut dilakukan agar buku yang
dikritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna serta
minimnya sumber yang dimiliki oleh penulis, maka penulis akan
selalu menerima kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
critical buku ini menjadi lebih baik. Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan critical buku yang telah dijelaskan.
Selain saran diatas, dalam buku pembanding yang kami
gunakan semuanya diungkap secara ringkas dengan dilengkapi oleh
data-data yang relevan. Bagi pembaca yang penasaran tentang
pariwisata di Hindia Belanda dalam kurun waktu 1891 -1942, sudah
mesti buku ini harus hadir di antara buku-buku yang dikoleksi.
45
Critical Book Report
DAFTAR PUSTAKA
46
Critical Book Report
LAMPIRAN
Buku Utama
47
Critical Book Report
Buku Pembanding
48