Disusun oleh :
PENDIDIKAN SEJARAH
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan serta dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................................... 22
Cina melaksanakan politik luar negeri yang independen atas dasar prinsip
hidup berdampingan, sesuai dengan kebijakan Peacefull Coexistance
(Koesmawan, 2002:4). Prinsip-prinsip tersebut meliputi menghormati
kedaulatan negara lain, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,
semua negara memiliki derajat yang sama dan saling menghormati dalam
hubungan internasional, penyelesaian sengketa dalam hubungan internasional
melalui konsultasi secara bersahabat, dan tidak melakukan agresi terhadap
negara lain. Dalam menunjukkan legitimasi dan prestise, pemerintah dan
Partai Komunis Cina menggunakan foreign affair sebagai landasan kebijakan
luar negeri untuk tiap-tiap isu, seperti ekonomi, politik, militer, sosial, dll
(Sutter, 2008:22).
Mao melihat situasi internasional dari sudut pandang musuh dan sahabat.
Dalam hal ini RRC dengan tegas menunjuk Amerika yang memimpin kubu
imperialis sebagai musuh utama RRC, sedangkan Uni Soviet yang memimpin
blok sosialis merupakan sahabat, atau lebih dikenal dengan “kebijaksanaan
condong ke satu pihak” (lean to one side). China memilih untuk condong ke
pihak Soviet untuk memerangi imperialisme dan kolonialisme. Sikap ini
dimanifestasikan oleh RRC melalui kebijaksanaan luar negeri yang
mendukung sepenuhnya semua posisi Uni soviet dalam masalah-masalah
internasional dan menjalin hubungan erat dengan negara-negara sosialis. RRC
menjalin hubungan erat dengan unsur-unsur gerakan komunis di dunia dan
mendukung mereka menjalankan revolusi menjatuhkan pemerintahan non-
komunis di negara masing-masing. (Ririn Darini. 2010 : 56)
RRC merupakan sekutu Uni Soviet dan Amerika Serikat yang merupakan
sekutu kaum Cina nasionalis (partai Koumintang) yang dipimpin Chiang Kai
Sek. Meskipun pada akhirnya kaum Cina nasionalis dapat dikalahkan oleh
kaum komunis cina yang tergabung dalam PKC dibawah perlindungan Uni
Soviet. Seiring berjalannya waktu, Amerika merasa bahwa Uni Soviet
merupakan saingan yang sangat serius bagi Amerika pada abad ke 20 ini.
1. Uni Soviet selalu muncul sebagai kekuatan laut yang ingin menandingi
Amerika Serikat dimana saja termasuk di kawasan Asia Pasifik
2. Pada permulaan dasawarsa 1970-an, Uni Soviet sedikit banyak telah dianggap
mencapai kesetaraan dengan Amerika Serikat dalam hal senjata nuklir
3. Amerika Serikat merasa bahwa kekuatan Uni Soviet tidak bisa diremehkan lagi,
bahkan bisa jadi Uni Soviet menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan
dominan dengan segala konsekuensinya bagi dunia anti maupun pro komunis.
Hal tersebut membuat Amerika serikat melibatkan diri dalam Perang
Korea dan Perang Vietnam guna membendung pengaruh RRC di kawasan
Asia Pasifik. Namun ternyata hal tersebut tak berpengaruh sama sekali, karena
jelas perang sudah tidak mungkin dimenangkan oleh Vietnam. Maka satu-
satunya jalan untuk melepaskan diri dari perang Vietnam adalah memperbaiki
hubungan Amerika Serikat dengan RRC.
Berbeda dengan Amerika Serikat, sejak tahun 1960 justru hubungan Uni
Soviet-RRC semakin hari semakin memburuk. Hal ini dikarenakan perbedaan
pendapat kepentingan nasional dan tafsiran ideologi. RRC menuding
kepemimpinan Uni Soviet telah menyimpang dari ajaran murni Marxisme.
Bahkan pada pertengahan tahun 1960-an pemimpin RRC menyatakan bahwa
Amerika Serikat dan Uni Soviet melakukan konspirasi untuk menghadang
revolusi China.
Selain itu, banyak hal yang membuat RRC sangat penting bagi Amerika
Serikat, yaitu :
1. Secara strategis : RRC merupakan salah satu dari dua kekuatan dunia (world
power) yang memiliki rudal-rudal balistik antar benua (Intercontinental
Balistic Missiles) yang mampu menjangkau sasaran-sasaran di wilayah
Amerika Serikat. Cina juga menempati posisi sentral dalam perimbangan
Asia, yang berdiri di sepanjang Asia Rim yang telah lama memiliki hubungan
erat dengan Amerika Serikat serta memberikan fasilitas-fasilitas dan
pangkalan-pangkalan militer kepada Amerika Serikat
2. Secara Politis : cina telah memainkan suatu peranan mengemuka dalam
forum-forum internasional berdasarkan posisinya sebagi anggota tetap Dewan
Keamanan PBB, serta memiliki kekuatan militer yang sangat besar.
3. Secara ekonomis : wilayah yang luas penting artinya bagi kebijaksanaaan
ekonomi Amerika Serikat. Adanya pertukaran perdagangan yang setiap
tahunnya mencapai milyar dollar Amerika Serikat, berkembangnya alih
teknologi canggih Amerika Serikat ke Cina, usaha-usaha patungan Cina-
Amerika Serikat dan inventasi Amerika Serikat di Cina.
C. Politik Luar Negeri RRC Pada Tahun 1980-an
Politik baru RRC yang mengandalkan Amerika Serikat dan sekutunya
dalam membendung “hegemoni” Uni Soviet, tidak berlangsung lama.
Komunike shanghai disusul hubungan diplomatik Amerika Serikat-RRC
mulai 1 Januari 1979 dan diputuskannya hubungan diplomatik AS-Taiwan
semasa pemerintahan Jimmy Carter, luntur setelah tampilnya Ronald Reagen
yang dituduh telah menyalahi Komunike Shanghai dengan politik Taiwannya
dan memojokkan Deng Xiaoping dan kelompoknya yang muncul sebagai
kekuatan utama di panggung politik RRC setelah meninggalnya Mao Zedong.
Akibatnya RRC menggantikan orientasi lama politik luar negerinya yang
mengandalkan satu kekuatan raksasa untuk menghadapi ancaman raksasa
lainnya dengan orientasi baru yang mengutamakan peranannya sebagai “
balancing force “ antara Uni soviet dan Amerika serikat. Adapun faktor-
faktornya antara lain:
Meskipun Ketua Mao tidak secara khusus disalahkan, tidak ada keraguan
tentang bagian tanggung jawabnya. Sidang juga mengesahkan penerimaan
resmi sebuah garis ideologi baru yang menyerukan untuk “mencari kebenaran
dari fakta” dan unsur-unsur lainnya dan pemikiran Deng Xiaoping. Pukulan
lebih jauh lagi bagi Hua adalah persetujuan dimundurkannya sejumlah elemen
kin dari pos-pos utama partai dan pemerintahan. Kemajuaan ekonomi dan
pencapaian-pencapaian politik telah cukup memperkuat posisi reformis Deng
sehingga pada Februari 1980 partai menyelenggarakan Sidang Pleno Kelima
Komite Sentral KPN ke-11. Komite Sentral mengangkat anak didik Deng. Hu
Yaobang dan Zhao Zhiyang masuk ke komite Tetap Politbiro dan Sekertariat
PKC yang baru saja diperbarui. Dibulan Juni 1981 Sidang Pleno keenam
Komite Sentral KPN ke-11 mengesahkan tonggak bersejarah menandai
berlalunya era Maois. Komite Sentral menerima pengunduran Din Hua dan
memberinya posisi yang menyelamatkan muka selaku wakil ketua partai.
Sebagai gantinya di jabatan sekertaris partai Komite Sentral menunjuk Hu
Yaobang. Pada tahun 1983 pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk
mendukung reformasi yang di usulkan oleh Deng. Salah satunya jaminan
pensiunan yang layak setara gaji penuh para perwira selain itu bonus khusus
akan diberikan kepada masing-masing perwira setiap tahunnya. Di tahun
1986, para komandan TPR dan penasehat politik di tujuh daerah militer terdiri
dari orang-orang yang lebih muda dan terpelajar. Suatu laporan menunjukan
bahwa 91% dari seluruh pejabat di daerah-daerah militer tersebut telah belajar
di akademi militer dan sekitar 60% telah menyelesaikan pendidikan sekolah
menengah. Sekitar 25% dan para perwira yang aktif telah memperoleh
pendidikan tinggi setingkat universitas pada tahun 1986 Han Huaizi, wakil
kasum TPR kala itu mengungkapkan bahwa lebih separuh perwira yang
berusaha lanjut di tujuh daerah militer telah dipensiunkan.
Pada tahun 1989, lebih dari 2000 organ ACFROC didirikan di 29 daerah
tingkat provinsi, kota, dan kabupaten otonom, mereka dilengkapi dengan 8000
organisasi yang berafiliasi pada tingkat administrasi yang lebih rendah. Sejak
1984 Kongres Nasional China Perantauan Kembali dan keluarga (KNCPKK)
telah dilansungkan setiap lima tahun, yang terakhir diselenggarakan di Beijing
pada bulan Juli 2004 dan hasil mengumpulkan 1.000 delagasi China
perantauan dari seluruh dunia.
Banyak pakar tentang Cina yang telah mengulas politik luar negeri
Negara komunis terbesar di Asia tersebut. Tetapi yang cukup konperhensif
adalah ulasan Prof Quansheng Zao dalam bukunya Interpreting Chinese
Foreign Policy. Guru besar pada Fairbank Center ofor East Asian Research,
Universitas Harvard, menyusun pendekatan politik luar negeri RR yang
disebutnya micro-macro linkage approach. Esensi pendekatan ini, telah terjadi
perubahan besar dalam politik luar negeri RRC dari suatu kekuatan
revolusioner menjadi Negara pascarevolusioner.
Dalam situasi politik luar negeri Cina pada tahun 1990-an, terjadi
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah RRC diantaranya :
Cina tidak hanya aktif secara global, tetapi juga aktif dan membangun
kerja sama kawasan. Keaktifan ini semata-mata hanya bertujuan untuk
mengamankan posisi diri dengan tetap berfokus pada pembangunan ekonomi
nasional, tanpa banyak memberikan komitmen yang bersifat mengikat dalam
institusi. Salah satu bentuk kerja sama adalah kerja sama ekonomi Cina,
Jepang, dan Korea Selatan dengan negara-negara Asia Tenggara yang
tergabung dalam ASEAN melalui ASEAN +3. Jalinan kerja sama kawasan
antara Cina dengan ASEAN ditujukan agar persepsi ancaman dari Cina
terhadap negara kawasan Asia Tenggara dapat tereduksi dengan sendirinya.
Hubungan ini dapat dikatakan terjalin dengan baik, bahkan lebih baik
dibanding hubungan Cina dengan negara kawasan Asia Timur lainnya. Hal ini
dikarenakan hubungan ketiganya memang tidak pernah akur, terkait dengan
latar belakang sejarah yang berbeda, ikatan regional yang kurang kuat,
ketakutan akan hadirnya ancaman, dan berbagai eksistensi sistem politik yang
berbeda.
Pengaruh Cina di Asia Tenggara terus menguat baik secara ekonomi,
politik, maupun militer. Tantangan ekonomi yang dihadapi ASEAN, dimana
tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina membuat Cina terdorong untuk
melakukan investasi di negara-negara berkembang seperti negara kawasan
Asia Tenggara. Masa depan keamanan kawasan Asia Tenggara akan terbentuk
oleh beberapa faktor politik dan ekonomi yang saling mempengaruhi, antara
lain: (1) evolusi ekonomi Asia Tenggara; pembangunan ekonomi dan politik
Cina, serta interaksinya dengan Asia Tenggara; (2) perlawanan dan
mempertahankan keutuhan negara; (3) masalah integrasi regional dan
kerjasama; dan (4) aktor-aktor eksternal, terutama AS, Jepang, dan Australia.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Republik Rakyat China (RRC) berdiri pada tahun 1949, diawali oleh
kemenangan Partai komunis China (PKC) dalam perang Kuochangtang-
Kuomintang. Partai yang dibentuk pada tahun 1921 sebagai dampak
suksesnya revolusi Rusia yang berideologi marxisme-Leninisme tersebut
menang melawan partai Kuomintang yang disokong oleh barat
RRC merupakan sekutu Uni Soviet dan Amerika Serikat yang merupakan
sekutu kaum cina nasionalis (partai Koumintang) yang dipimpin Chiang Kai
Sek. Meskipun pada akhirnya kaum Cina nasionalis dapat dikalahkan oleh
kaum komunis cina yang tergabung dalam PKC dibawah perlindungan Uni
Soviet.
B. Saran
Tidak dipungkiri, dalam setiap pembuatan makalah pasti ada nilai kelebihan dan
kekurangan. Kami menyadari bahwa makalah kami ini memiliki banyak kekurangan
dan kesalahan, maka dari itu untuk memperbaiki makalah ini baik dari segi struktur
penyusunan hingga isi makalah, kami mohon kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki makalah ini
Daftar Pustaka
Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah China Era Mao. Yogyakarta: UNY
Sukisman, WD. 1993. Sejarah China Kontemporer Jilid 2. Jakarta: P.T Pradya
Paramita
Andi Hallang. 2007. Pola Perubahan Kebijakan Luar Negeri China. Semarang:
Jurnal LITE,Vol. 3, No. 2: 67-72
Sutter, Robert G. (2008). Chinese Foreign Relations: Power and Policy since Cold
War. Maryland: Rowman & Littlefield Publisher, Inc.
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
http://www.viva.co.id/dunia/742584-2-3-1969-militer-soviet-dan-china-terlibat-baku-
tembak
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t13807.pdf