Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM KE SUMATERA UTARA

DOSEN PENGAMPU : LISTER EVA SIMANGUNSONG M.A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. JORDAN MANALU ( 3213121034 )

2. NUR ARDINA PASARIBU ( 3211121016 )

3. OKTAVIANA SIHOMBING ( 3212421010) )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih sayangNya
yang melimpah, kami masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyusun sebuah
laporan mengenai “Masuk dan Berkembangnya Islam Ke Sumatera Utara” dalam mata kuliah
Sejarah Sumatera Utara dan kami dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.hasil dari
penyusunan laporan kami ini adalah menggunakan literatur buku, dan sebagian informasinya
kami telusuri menggunakan media internet karena kami sedikit kesusahan untuk mencari buku.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sejarah Sumatera Utara yang diberikan oleh
Lister Eva Simangunsong M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Sumatera Utara.
Kelompok juga menyadari bahwa makalah yang kelompok sudah susun banyak memiliki
kekurangan baik dalam susunan penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu kelompok
memohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan agar dihari
mendatang kelompok dapat memperbaiki makalah ini dengan penyusunan yang lebih baik lagi.

Penulis

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam di Sumatera Utara telah ada pada abad pertama Hijrah atau abad ke-7 M yang
dikuatkan dengan sebaran makam dan gaya batu nisan yang variatif di Barus. Sayangnya jejak
Islam ini tidak kontinu sehingga sulit menarik hubungannnya dengan Islam yang ada di Barus
belakangan ini terutama setelah munculnya Kerajaan Aceh Darussalam abad ke XVI Akibat dari
ketidak konsistenan ini memunculkan hipotesis bahwa Islam masuk ke Sumatera Utara dan
menyebar ke daerah-daerah lain melalui Aceh. Islam telah mewarnai seluruh aspek kehidupan
masyarakat baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Pengaruh Islam secara sosial budaya
begitu kuat membawa perubahan yang sangat signifikan pada kebudayaan dan penghidupan
sehingga meninggalkan pengaruh yang terus-menerus hidup di masyarakat. Kerajaan Islam
sebagai peradaban dapat ditemukan di manapun Islam telah dijadikan panutan oleh
masyarakatnya. Peninggalan Islam merupakan bukti nyata keberadaan Islam telah merasuk jauh
dalam pikiran dan menjadi indikator tentang aktivitas masyarakat muslim. Jadi jejak Islam di
Sumatera Utara merupakan suatu hal yang alamiah dan menarik untuk dikaji.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang penulis kaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya Islam ke Sumatera Utara?


2. Apa saja bukti-bukti sejarah atau peninggalan-peninggalan Islam di Sumatera Utara?
3. Apa saja teori-teori masuk dan berkembangnya Islam di Sumatera Utara?
4. Bagaimana ruang lingkup sejarah Islam di nusantara khusunya di Sumatera Utara?

4
C. TUJUAN

Adapun yang menjadi tujuan penulis menulis makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses masuk dan berkembangnya Islam ke Sumatera


Utara.
2. Untuk mengetahui apa saja bukti-bukti sejarah atau peninggalan-peninggalan Islam di
Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apa saja teori-teori masuk dan berkembangnya Islam di Sumatera
Utara
4. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup sejarah Islam di nusantara khusunya di
Sumatera Utara.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam ke Sumatera Utara.

Sumatera Utara memiiki letak geografis yang strategis. Hal ini


membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan yang ramai, menjadi tempat persinggahan
saudagar-saudagar muslim Arab dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu.
Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad
ke- 7 M. Sehingga Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan singgahnya para
saudagarsaudagar Arab Islam. Sehingga semakin memungkinkan bahwa dakwah Islamiyah
berpeluang untuk bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini.

Hal ini berdasarkan catatan tua Cina yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan di utara
Sumatera namanya Ta Shi telah membuat hubungan diplomatik dengan kerajaan Cina. Ta Shi
menurut istilah Cina adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang Islam. Dan letaknya
kerajaan Ta Shi itu lima hari berlayar dari Chop’o (bagian yang lebih lebar dari malaka) di
seberang selat Malaka. Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera
Utara, bukan Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam waktu lima hari.
Islam semakin berkembang di Sumatera Utara setelah semakin ramai pedagang – pedagang
muslim yang datang ke Nusantara, karena Laut Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada
rome dihancurkan oleh armada muslim di Laut Iskandariyah. Disamping itu, terdapat satu faktor
besar yang menyebabkan para pedagang Islam Arab memilih Sumatera Utara pada akhir abad
ke- 7 M. Yaitu karena terhalangnya pelayaran mereka melalui Selat Malaka karena disekat oleh
tentara laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai pembalasan atas serangan tentara Islam atas
kerajaan Hindu di Sind. Maka terpaksalah mereka melalui Sumatera utara dengan pesisir barat
Sumatera kemudian masuk selat Sunda melalui Singapura menuju Kantun, Cina.

6
B. Bukti Sejarah /Peninggalan Islam di Sumatera Utara

1. MAKAM SULTAN MALIK AL SALEH TERTERA TAHUN 1297 DI


ACEH.

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13.
Nazimuddin Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada
tahun 1238 M untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk  dijadikan
tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan
satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai
hasil perdagangan rempah-rempah dan lada. Beliau mengangkat Meurah Silu sebagai Raja Pasai
pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar Sultan Malik As-Saleh. Masa
akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297
Masehi.

Berdasarkan catatan ekspedisi Marco Polo (1292) dan Ibnu Batutah (abad 13). Pada tahun


1267 telah berdiri kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini
juga dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th 1297) Raja pertama
Samudra Pasai. Kesultanan Samudra Pasai, juga dikenal dengan Samudera, Pasai, atau Samudera
Darussalam, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Ibnu Battutah, musafir Islam terkenal asal
Maroko, mencatat hal yang sangat berkesan bagi dirinya saat mengunjungi sebuah kerajaan di
pesisir pantai timur Sumatera sekitar tahun 1345 Masehi. Setelah berlayar selama 25 hari dari
Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar),

7
Makam Sultan Malik Al Saleh

Battutah mendarat di sebuah tempat yang sangat subur. Perdagangan di daerah itu sangat
maju, ditandai dengan penggunaan mata uang emas. Ia semakin takjub karena ketika turun ke
kota ia mendapati sebuah kota besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara
kayu. Kota perdagangan di pesisir itu adalah ibu kota Kerajaan Samudera Pasai. Samudera Pasai
(atau Pase jika mengikuti sebutan masyarakat setempat) bukan hanya tercatat sebagai kerajaan
yang sangat berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pada masa pemerintahan
Sultan Malikul Dhahir, Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan internasional.
Pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, Cina, dan Eropa.

8
2. Kerajaan Islam di Sumatera Utara

a) Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan islam pertama yang muncul pada abad
pertengahan yaitu pada tahun 1267 M, bukti bahwa Kerajaan Samudera Pasai merupakan
kerajaan islam dapat dilihat dari sala sau pendapat petualang muslim asal Maroko yang bernama
Abdullah Ibnu Batullah pada tahun 1304 M-1368M yang melakukan perjalanan ke Samudera
Pasai Kemunculan Kerajaan Samudera Pasai merupakan hasil dari proses islamisasi daerah-
daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang muslim. Sebelum memeluk agama islam, budaya
dan tradisi samudera pasai telah dipengaruhi oleh agama Budha dan Hindu. Kerajaan Samudera
Pasai yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja yaitu sultan Malik Al –Shaleh merupakan
seorang putera batak Gayo, bekas prajurit Kesultanan Daya Pasai. Beliau dikenal sebagai
penyebar aama islam tidak hanya di Indonesia tetapi juga sampai Asia Tenggara.

Sultan Malik Al-Shaleh sbelum memeluk agama islam beliau bernama Meurah Silu.
Adapun menurut hikayat raja-raja pasairaja merah silu kemungkinan masuk agama islam setelah
ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliau memutuskan untuk memeluk
agama islam dan memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Sultan Malik Al-Shaleh.
Setelah ia memeluk agama islam banyak dari rakyatnya memeluk agama islam sebagai bukti
kesetiaan mereka terhadap rajanya. Sultan Malik Al-Shaleh yang merupakan raja di kerajaan
samudera pasai merupakan seorang yang ahli dibidang politik. Semenjak beliau memeluk agama
islam maka system pemerintan yang dijalankan menganut ajaran-ajaran agama yang beliau anut
yaitu agama islam.

Pada masa pemerintan Sultan Malik Al-Shaleh, kerajaan samudera pasai memiliki
kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran islam di Indonesia dan Asia
Tenggara. Salah satu bukti bahwa Kerajaan Samudera Pasai berkontribusi dalam penyebaran
agama islam ditanadai dengan kerajaan samudera pasai banyak mengirimkan para ulama serta
mubaligh untuk menyebarkan agama islam ke Pulau Jawa yang menimba ilmu agama di
Kerajaan Samudera Pasai.

9
Salah satu bukti bahwa agama islam berkembang di kerajaan samudera pasai dapat dilihat
bahwa wali songo merupakan bukti eratnya hubungan antara kerajaan samudera pasai dan
perkembangan islam di Jawa. Setela masuknya agama islam di Kerajaan Samudera Pasai, maka
Samudera Pasai bermadzhab syafi’I dan menghilangkan Syiah. Dibawah kepemimpinan Sultan
Malik Al Shaleh Samudera Pasai mulai berkembang.

Kontribusi Kerajaan Samudera Pasai yang besar dalam pengembangan dan penyebaran
islam di Indonesia sala satunya yaitu dibidang perdagangan. Disamping sebagai pusat
perdagangan hal ini dikarenakan letak Kerajaan Samudera Pasai yang ada di pesisir. Kerajaan
Samudera Pasai juga pusat dari perkembangan agama islam dan muncul sebagai pemerintahan
pertama di nusantara yang menganut ajaran islam. Kehidupan social masyarakat Kerajaan
Samudera Pasai diatur menurut aturan dan hokum islam. Kerajaan Samudera Pasai juga tercatat
sebagai penghasil karya tulis yang baik, beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang
dibawa oleh agama islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian
disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. ( Wahid Nur: Sejarah Peradaban
Islam Abad Pertengahan Di Indonesia. http://repository.unimus.ac.id. Diakses pada 22 Oktober
2021)

b) Kesultanan Barus

Kota Barus adalah kota di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, dan dijuluki dengan kota
Emporium yaitu pusat perdagnagan pada abad 1-17 M, dan disebut juga dengan Fansur. Barus
terkenal dengan dengan perdagangan kemenyan dan kapur barus sehingga hal tersebut
merupakan salah satu terkenalnya kota Barus, mulai dari proses masuknya Islam di Barus yang
dilakukan secara berdagang kemenyan dan kapur barus dapat berkembang. Barus adalah kota
yang dulunya berbentuk kesultanan dan digunakan sebagai pusat perdagangan yang setrategis
karena memiliki letak geografis yang mudah dijangkau serta penghasil kemenyan dan kapur
barus, adapun media yang yang mempermudah masuknya Islam di Kesultanan Barus yaitu
Pendidikan, perkawinan, Perdagangan dan Tasawuf. ( Festi Riyantini, 2014: 1)

Daerah Simalungun, Tapanuli adalah daerah pertanian dan kesatuan ekonomi pada setiap
kesatuan masyarakatnya tidak begitu memerlukan barang yang berasal dari luar daerah tepi
pantai Barat penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Memperoleh bahan

10
makanan pokok dari petani yang tinggal berdampingan dengan para nelayan dengan demikian
kesatuan ekonomi di daerah desa pesisir meliputi satu kesatuan, ada pula masyarakatnya yang
berada di Barus menjadi daerah perkebunan. Tanah-tanah tersebut diperoleh dari pengusaha
perkebunan dari raja atau kesultanan. Berbeda dengan tanah-tanah yang berada di Tapanuli yang
secara Tradisional sebagai milik marga atau desa ulayat. Barus yang memiiki letak geografis
yang menjadikan Barus sebagai pelabuhan yang ramai karena Barus menjadi tempat
persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada
masa dahulu, sebelum agama Islam masuk ke Barus, masyarakat setempat telah menganut agama
Hindu, hal ini dibuktikan dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Raja Tua Pardosi
menganut agama Hindu sebelum akhirnya diIslamkan oleh Syekh Ahmad Fansuri. Sama halnya
dengan Sumatera Utara dan Sumatera Selatan juga memiliki letak geografis yang strategis,
sehingga pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan yang ramai dan menjadi salah
satu pusat perniagaan pada masa dahulu, oleh karena itu, otomatis banyak saudagarsaudagar
muslim yang singgah ke pelabuhan ini. Letak yang strategis menyebabkan interaksi dengan
budaya asing harus dihadapi oleh masyarakat Barus dan hal inilah yang secara tidak langsung
banyak budaya asing masuk ke Barus dan mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem
pemerintahannya, termasuk masuknya Islam. Pendidikan adalah salah satu titik awal dimana
pembentukan karakter, perilaku sikap dan tutur kata dibentuk sehingga pendidikan sangat
dibutuhkan, sehingga para ulama, guru-guru agama dan raja berperan besar dalam proses
Islamisasi di Barus karena menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan cara
mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para
santri.

Kota Barus sekarang pada umumnya dipondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama, setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,
setelah keluar dari pesantren maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk
menjadi tokoh keagamaan, dari situlah proses penyebaran Islam yang dapat disebarkan, dari
ilmu-ilmu yang didapat dari berbagai ajaran dan pondok pesantren yang didirikan oleh para
ulama penyebar agama Islam di Barus, Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syeikh Nur al-Din al-
Raniri, Al-Singkili (Suryana, 1996:38). Pada taraf permulaan diantara saluran Islamisasi yang
pernah berkembang adalah perdagangan, hal itu sejalan dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16. Pedagang-pedang muslim (Arab, Persia dan India)
11
turut serta mengambil bagian dalam perdagangan dengan pedagang-pedagang dari negeri-negeri
bagian barat, tenggara, timur benua Asia. Penggunaa perdagangan sebagai saluran Islamisasi
sangat menguntungkan karena bagi kaum muslim tidak ada pemisahan antara kegiatan
berdagang dan kewajiban menyampaikan ajaran Islam kepada pihak-pihak lain seperti golongan
raja, bangsawan umum dan masyarakat. (Festi Riyantini, 2014: 4) Perkawian merupakan salah
satu dari saluran-saluran Islamisasi yang cukup memberikan kemudahan dalam proses Islamisasi
di Kesultanan Barus karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari
kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yaitu suami isteri yang membentuk keluarga
yang utuh. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yaitu antara saudagar dengan wanita pribumi,
sehingga hal ini merupakan bagian yang erat dengan Islamisasi. Jalinan baik ini diteruskan
dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan
inilah terlahir seorang muslim dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki setatus sosial
yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar, sebelum menikah putriputri
diislamkan terlebih dahulu sehingga putri-putri bangsawan tersebut masuk islam tanpa paksaan
dari manapun. Notosusanto (1984:183) mengemukakan bahwa Tasawuf merupakan salah satu
saluran Islamisasi yang penting. Kata tasawuf adalah bentuk masdar dari kata dasar suf yang
artinya wol yang biasanya dipakai sebagai jubah (labs al-suf) oleh orang-orang yang
menjalankan kehidupan mistik atau yang disebut sufi. Tasawuf sering dihubungkan dengan
pengertian suluk yang berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan. Pengertian suluk
digunakan untuk menggambarkan perjalanan mistik yaitu perjalan menuju Tuhan yang dimulai
dengan memasuki tarika atau perjalan dibawah pimpinan seorang syekh yang akhirnya mencapai
tingkat kejiwaan tertinggi menurut kemampuannya. Tasawuf merupakan salah satu saluran yang
penting dalam proses Islamisasi, kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial
bangsa Indonesia sebagai hamba Allah hal ini bersangkutan langsung dengan penyebaran Islam
di Indonesia dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, para ahli tasawuf selalu
berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya (Festi Riyantini, 2014: 5)

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Barus adalah sebuah kota di
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yaitu sebagai Pusat Perdagangan, Kesultanan Barus terkenal
dengan pusat perdaganganya yaitu kapur barus dan kemenyan selain letaknya yang setrategis
12
kota Barus menjadi pusat perbelanjaan dari seluruh negara, kemudian Kesultanan Barus yang
dulunya merupakan Kesultanan sekarang menjadi pusat perdagangan yang setrategis dari
beberapa negara, sehingga kota Barus dijadikan sebagai pusat pengislaman.

Proses Islamissi di kesultanan Barus tidak lepas dari media yang digunakan untuk
menjalankan proses Islamisasi tersebut antara lain media Pendidikan, media Perdagangan, media
Perkawinan, dan media Tasawuf sehingga proses Islamisasi di Kesultanan Barus dapat
berkembang secara cepat dan mudah, dimana media tersebut dijadikan sebagai sarana untuk
memudahkan cara berkembangnya agama Islam di Kesultanan Barus, namun hal tersebut juga
tidak lepas dari peran para saudagar maupun para ulama yang menyebarkan Agama Islam di
Kesultanan Barus yang dengan tidak mudah putus asa dan memiliki banyak cara agar masyarakat
Barus dapat beragama Islam seluruhnya.

c) Kesultanan Deli

Kesultanan Deli

Kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara yang Pertama adalah Kesultanan Deli
merupakan sebuah kesultanan Melayu yang sejarahnya didirikan pada tahun 1632. Pendirinya
adalah Tuanku Panglima Gocah, ia juga dikenal sebagai pahlawan di wilayah bernama Tanah
Deli, kini merupakan Medan dan Deli Serdang. Meski secara kekuatan politik kesultanan Deli
sudah berakhir namun kesultanan Deli masih eksis hingga kini. Kesultanan Deli memiliki istana
yang dikenal dengan Istana Maimun. Istana ini menjadi salah satu ikon kota Medan, Sumatera
13
Utara. Bangunan istana berarsitektur perpaduan kerajaan Moghul, India, Timur tengah, Belanda
dan Melayu. Seperti terlihat dari bentuk jendela, pintu, kubah dan lampu serta ornamen lainnya.
Jika ingin berkunjung letaknya ada di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja,
Kecamatan Medan Maimun.

d) Kesultanan Serdang

Kesultanan Serdang, kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara

Kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara berikutnya adalah Kesultanan Serdang yang
berdiri tahun 1723. Pada sejarahnya merupakan bagian dari Kesultanan Deli namun pada tahun
1720 terjadi sengketa tahta kerajaan yang membuatnya memisahkan diri. Kemudian pada tahun
1946 bergabung dengan Republik Indonesia. Kesultanan Serdang hidup makmur dengan
dibukanya perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit. Istana Darul Arif merupakan istana
kebesaran Kesultanan Serdang. Didirikan pada 29 Juli 1889, didirikan oleh raja kelima dari
silsilah kesultanan yakni Sultan Sulaiman Shariful Alamshah. Bangunan istana jauh dari
kemewahan, dibangun dengan kayu dan batu bata seperti rumah panggung. Namun bangunan
berdiri di atas lahan cukup luas, bangunan tiga lantai, dengan lantai paling atas sebagai menara
pengintai.

14
e) Kesultanan Asahan

Kesultanan Asahan, kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara

Kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara selanjutnya adalah Kesultanan Asahan.


Kesultanan Asahan berdiri pada tahun 1630. Dilihat saat ini wilayah kerajaan ada di beberapa
wilayah yakni Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pada
sejarahnya Kesultanan Asahan tunduk pada Belanda tahun 1865. Peninggalan Kesultanan
Asahan dapat terlihat di Istana Indra Sakti. Letak asli istana ada di dekat lapangan pasir tempat
pusat kota Asahan.

Namun sekarang bangunan di pindahkan ke ujung Tanjung balai. Bangunan istan ini sudah
jarang  dikunjungi. Hanya beberapa acara yang menggunakan bangunan dan hanya boleh bagi
keturunan Sultan saja.

15
f) Kerajaan Lima Laras

Istana Niat Lima Laras, Kerajaan Lima Laras Batu Bara


Kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara yang juga dulu sempat berjaya adalah
Kerajaan Lima Laras yang berada di wilayah Batu Bara. Kerajaan Lima Laras diperkirakan
sudah berdiri sejak abad ke 16. Kerajaan yang  berpindah-pindah saat belum memiliki istana
permanen. Baru pada tahun 1912, raja Lima Laras XII yakni Datuk Matyoeda berniat
membangun istana di Batu bara yang dinilai strategis untuk perdagangan. Namun keluarga
kerajaan terusir daei istana saat masa kekuasaan Jepang datang.

Istana Lima Raras atau disebut Istana Niat berlokasi di Jl. Rakyat, Lima Laras, Tj. Tiram,
Kabupaten Batu Bara. Bangunan berusia 103 tahun ini menawan dengan empat arsitektur
campuran Eropa, Cina, Melayu. Unsur Melayu tampak paling dominan dari bentuk hiasan di
atap, pintu serta jendela.

16
g) Kerajaan Dhasa Nawalu

Kerajaan / kesultanan Dhasa Nawalu

Kerajaan atau Kesultanan di Sumatera Utara berikutnya adalah Kerajaan/ Kesultanan


Dhasa Nawalu.  Nama kerajaan ini mengandung arti delapan arah mata angin. Sultan Haji
Baharuddin Harahap, keturunan Ompu Toga Langit merupakan moyangnya marga Harahap
sebagai sultan pertama. Istana Kesultanan Dhasa Nawalu adalah Istana Tunggang Bosar.
Bangunan istana ini berdiri megah di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kecamatan Batang Angkola,
Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pembangunan istana dibuat oleh keturunan raja luat sebagai bentuk menghidupkan
kembali nilai-nilai luhur adat budaya Dalihan Natolu yakni masyarakat suku Batak Angkola
yang mulai ditinggalkan.Istana ini diresmikan Wakil Bupati Tapsel, Aldinz Rapolo Siregar dan
unikmua prasastinya ditandatangani Sultan Hameng Kubuwono X yang merupakan kesultanan
Yogyakarta. Ia diwakili adiknya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadi Winoto.

17
3. Jejak Islam di Barus (Makam Mahugai dan Makam Tinggi)

1. Makam Mahligai

Makam ini terdiri dari tumpukan kuburan-kuburan tua yang lokasinya terletak di Desa
Aek Dakka. Luas makam ini sekitar tiga hektar dan letaknya hanya sekitar tiga kilometer dari
lokasi Makam Syekh Papan Tinggi.
Nama "Mahligai" berarti istana kecil. Dilansir dari laman tapteng.go.id, di dalamnya, terdapat
makam Syekh Imam Khotil Muazamsyah Biktibai, Syekh Samsuddin Min Biladil Fansury,
Syekh Zainal Abidin, Syekh Ilyas, dan para pengikutny

18
2. Makam Syekh Papan Tinggi

Syekh Papan Tinggi merupakan seorang ulama yang memiliki nama asli Syekh
Mahmud Al-Mutahzam. Ia berasal dari Yaman dan pergi ke Barus untuk menyebarkan agama
Islam. Selain misi menyebarkan agama Islam dan mengajarkan tajwid, para ulama juga
berdagang kapur barus di wilayah ini. Makam ini terletak di Desa Penanggahan, Kecamatan
Barus. Untuk mencapainya, Anda harus menaiki sebanyak 710 anak tangga karena
ketinggiannya yang berada 200 meter di atas permukaan laut. Dilansir dari jurnal berjudul
"Fenomena Makam Syekh Papan Tinggi Sebagai Wisata Religi di Desa Pananggahan
Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah", lokasi ini kini dijadikan sebagai tempat mata
pencaharian oleh warga sekitar.

19
C. Teori Masuknya Agama Islam Ke Sumatera Utara
a) Masuknya Islam ke Nusantara

Peta persebaran agama Islam di Nusantara

Lahirnya beragam teori-teori tentang proses masuknya Islam


kenusantara,berangkat dari munculnya pemikiran para ahli sejarah yang dibangun dalamrangka
menjawab tiga persoalan mendasar. Pertama adalah, kapan tepatnya Islamdatang, dan
juga masuk pertama kali ke Indonesia, adakah teori-teori pendukunglainnya. Kedua,
adakah bukti-bukti masuknya Islam ke Indonesia, dan apakah Islamyang datang ke
Indonesia langsung dari Jazirah Arab atau tidak langsung dari Arab.Ketiga, bagaimana
proses Islamisasi di Indonesia dapat barlangsung dengan mudah,sehingga dapat diterima
dengan baik oleh penduduk Indonesia, yang pada waktu itusudah di kenal sebagai
masyarakat mayoritas memeluk agama Hindu, Budha, dan jugakental dengan kultur maupun
tradisianimisme, dan dinamisme. Selanjutnya, bagaimanapola penyebaran Islam diIndonesia.
Merujuk dari para pakar sejarah terbagi dalamberagam kelompok, yang pada
20
gilirannya melahirkan beragam teori-teori prosesmasuknya Islam ke nusantara.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut teori-teorimasuknya Islam ke Nusantara :

1. Teori Timur Tengah

Pernyataan mengenai teori masuknya Islam dengan berdasarkan teori Timur Tengah juga
disampaikan oleh Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disebut dengan Buya Hamka. Buya
Hamka menolak anggapan bahwa Islam dibawa oleh pedagang dari Gujarat (India) sejak abad
ke-13 Masehi. Sanggahan ini dikemukakan oleh tokoh asal Sumatera Barat itu dalam “Seminar
Sejarah Masuknya Agama Islam ke Indonesia” di Medan pada 1963 (Yusran Rusydi, Buya
Hamka: Pribadi dan Martabat, 2017). Menurut Hamka, Islam sudah ada di Nusantara sejak abad
ke-7 M atau tahun-tahun awal Hijriah, dibawa oleh bangsa Arab, khususnya dari Mekkah.
Hamka, seperti dikutip dari A. Shihabuddin (2013:474) dalam Membongkar Kejumudan:
Menjawab Tuduhan-Tuduhan Salafi Wahhabi, disebutkan bahwa Gujarat hanya
sebagalah satu bukti yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina yang menyebutkan,
sekelompok bangsa Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat Sumatera (tepatnya di Barus,
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara) pada 625 M (Hamka, Sejarah Umat Islam, 1997). Di Barus,
yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya, juga ditemukan nisan kuno bertuliskan nama Syekh
Rukunuddin, wafat tahun 672 M. Keyakinan Hamka tersebut dikuatkan oleh teori yang
dikemukakan oleh T.W. Arnold sebelumnya, berdasarkan sumber yang sama yaitu berita dari
Cina. Arnold (1935) dalam The Preaching of Islam menyebut bahwa ada seorang pembesar Arab
yang menjadi kepala daerah pendudukan bangsa Arab di Pantai Barat Sumatera pada 674 M .ai
tempat singgah bagi para pedagang Arab itu sebelum menuju ke Nusantara. Sama seperti halnya
pada paragraf sebelumnya bahwa teori yang disampaikan oleh Buya Hamka adalah penguatan
dari datangnya Islam dari Hadramaut. Yang menjadi landasan atas teori ini adalah bahwa orang-
orang Islam di Hadramaut adalah pengikut mazha Syafii, seperti halnya di Indonesia
(Hermansyah & Zulkhairi, Transformasi Syair Jauharat At-Tauhid di Nusantara, 2014). Selain
itu, ada pula yang menyebut Islam datang ke Nusantara dari Mesir dengan alasan serupa

2. Teori Gujarat

21
Teori ini mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dariGujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekatan
dengan Laut Arab. Tokoh yang mensosialisasikan teori inikebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakanteori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya,orang-orang Arab bermazhab Syafi’i telah bermukim di
Gujarat dan Malabarsejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan
Islam keIndonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung,
melainkanpedagang Gujarat yang telah memeluk Islamdan berdagang ke dunia
timur,termasuk Indonesia. Teori Pijnapel ini disebarkan oleh seorang
orientalisterkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih
duluberkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarattelah
lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding denganpedagang Arab.
Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadipada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalahketurunan Nabi Muhammad yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” didepan namanya.Teori Gujarat kemudian juga
dikembangkan oleh J.P. Moquetta(1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan
Sultan Malik Al-Salehyang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di
Pasai, Aceh.Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim
yangwafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengannisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulanbahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat olehorang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.Alasan lainnya adalah kesamaan
mahzab Syafi’i yang di anut masyarakatmuslim di Gujarat dan Indonesia.

3. Teori Arab

Penting diketahui, bahwa Coromandel dan Malabar bukanlah satu-satunya tempat Islam
dibawa ke Nusantara. Islam di Indonesia juga dibawa oleh para pedagang dari Arabia. Para
pedagang Arab ini terlibat aktif dalampenyebaran Islam ketika mereka dominandalam
perdagangan Barat-Timur sejakawal abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Asumsi ini didasarkan pada
sumber-sumberChina yang menyebutkan bahwa menjelang perempatan ketiga abad ke-
7,seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisirbarat

22
Sumatera. Bahkan, beberapa orang Arab ini telah melakukan perkawinancampur dengan
penduduk pribumi yang kemudian membentuk inti sebuahkomunitas Muslim yang para
anggotanya telah memeluk agama Islam.Teori Arab ini, semula dikemukakan oleh Crawfurd
yang mengatakan bahwaIslam dikenalkan pada masyarakat Nusantara langsung dari
Tanah Arab,meskipun hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan umat Islam di
pesisirTimur India juga merupakan faktor penting. Teori Arabini,
sedikitpengembangan, didukung oleh Keyzer. Didasarkan pada persamaan mazhabSyafi’i
yang dominan di Indonesia. Keyzer berpendapat bahwa Islam diNusantara berasal dari
Mesir. Hal senadajuga dikemukakan oleh Niemann dan deHollander, dengan sedikit
revisi,yang mengatakan bahwa Islam di Indonesiaberasal dari Handramaut.Sementara
itu, P.J. Veth berpendapat bahwa hanya4 Baiti, R. (2014). orang-orang Arab yang
melakukan perkawinan campur dengan pendudukpribumi yang berperan dalam
penyebaran Islam di pemukiman baru mereka diNusantara.Sejumlah ahli Indonesia dan
Malaysia mendukung teori Arab ini.Dalambeberapa kali seminar yang digelar tentang
Kedatangan Islam ke Indonesia yangdiadakan pada tahu 1963 dan 1978, disimpulkan bahwa
Islam yang datang keIndonesua langsung dari Arab, bukan dari India. Islam datang pertama
kali keIndonesia pada abad pertama Hijriah atauabad ke-7 Masehi, bukan abad ke-12atau ke-13
Masehi. Uka Tjandrasasmita, pakar Sejarah dan Arkeolog Islam,
berpendapatbahwaIslam datang ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 Masehi.Pada abad-abad
ini,dimungkinkan orang-orang Islam dari Arab, Persiadan India sudah banyak yangberhubungan
dengan orang-orang di AsiaTenggara dan Asia Timur. Kemajuanperhubungan dan pelayaran
pada abad-abad tersebut sangat mungkin sebagaiakibat persaingan di antara kerajaan-
kerajaan besar ketika itu, yakni kerajaanBani Umayyah di AsiaBarat, kerajaan
Sriwijaya di Asia Tenggara, dankekuasaan China dibawah dinasti T’ang di Asia Timur.
Pendukung teori Arab lainnya adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas, seorangpakar
Kesusasteraan Melayu dari Universiti KebangsaanMalaysia kelahiranIndonesia. Dia
mengatakan bahwa bukti palingpenting yang dapat dipelajariketika mendiskusikan
kedatangan Islam dikepulauan Melayu-Indonesia adalahkarakteristik internal Islam itusendiri di
kawasan ini. Dia menggagas suatu halyang disebut sebagaiteori umum Islamisai Kepulauan
Melayu-Indonesia yangumumnyadidasarkan pada sejarah literatur Islam Melayu dan
sejarahpandangandunia (worldview) Melayu-Indonesia, sebagaimana yang

23
dapatdilihatmelalui perubahan konsep danistilah kunci dalam
literaturMelayu(historiografi tradisional lokal) pada abad ke-10 sampai ke-
11Hijriyah,atau abad ke-16 sampai abad ke-17 Masehi.

4. Teori Persia

Pembangun teori Persia di Indonesia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat.


Fokuspandangan teori ini tentang masuknya agama Islam ke Nusantara
berbedadengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan
masalahGujaratnya,serta Mazhab Syafi’i-nya. Teori Persia lebih
menitikberatkantinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat
IslamIndonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia, antara lain: a. Peringatan
10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah ataskematian syahidnya Husain.
Peringatanini berbentuk pembuatan buburAsyura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut
bulan Hasan-Husein. DiSumatera Tengah sebelah Barat, disebut bulan Tabut, diperingati
denganmengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai atau ke dalamperairan
lainnya. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari bahasa Arab.b. Adanya kesamaan ajaran
antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi IranAl-Hallaj, sekalipun Al-Hallaj telah
meninggal tahun 310 H/922 M, tetapi5 Dalimunthe, L. A. (2016). Kajian Proses Islamisasi Di
Indonesia(Studi Pustaka). Jurnal Studi Agama dan Masyarakat , 115-125. ajarannya berkembang
terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkanSyaikh Siti Jenar yang hidup abad ke-16
dapat mempelajarinya.c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab.d.
nisanpada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419)di Gresik dipesan
dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyaikesamaan mutlak dengan teori
Gujarat. Tetapi sangat berbeda denganpandangan G.E.Morrison bahwa Islam Indonesia
berasal dari India Selatanyang bermazhab Syafi’i dan bukan Gujarat.e. pengakuan umat Islam
Indonesia terhadap Mazhab Syafi’I sebagai mazhabyang paling utama di daerah Malabar. Dalam
masalah mazhab Syafi’I, P.A.Hoesein Djajadiningrat mempunyai kesamaan
denganG.E.Morrison, tetapiberbeda dengan teori Makkah dikemukakan oleh Hamka.
P.A. HoeseinDjajadiningrat disatu pihak melihat salah satu budaya Islam
Indonesiakemudian dikaitkan dengan kebudayaan Persia, tetapi dalam memandangMazhab
Syafi’I terhenti ke Malabar,tidak berlanjut dihubungkan denganpusat Mazhab Syafi’I di

24
Makkah.Berdasarkan uraiantersebutmengenai masuknyaIslam di Indonesia
terjadiperbedaan pendapat, yakni abad 1H/7 M dan abad ke-13 M. Masuk
danberkembangnya Islam di Nusantara merupakan proses yang memakan
waktupanjang, sehingga antara masuknya Islam dan tumbuhnya kerajaan
Islammerupakan dua hal yang perlu dibedakan.

5. Teori Malabar

Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Morisson. Teori


inimenyatakan bahwa Islam datang ke Indonesia berasal Colomander dan Malabar.Islam
diperkirakan datang ke Indonesia dibawa oleh para penyebar Muslim daripantai Coromandel
pada akhir abad ke-13. Teori ini dikuatkan dengan kesamaanmadzhab Muslim di wilayah-
wilayah Colomander dan Malabar dengan yangdianut oleh masyarakat Nusantara.
Menurut Morisson, Islam tidak mungkindatang dari Gujarat, karena secara politis pada
waktu itu belum memungkinkanGujarat menjadi sumber penyebaran dan pusat
perdagangan yangmenghubungkan antara wilayah Nusantara dengan wilayah Timur Tengah.
Menurut Morisson, meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di Pasai atauGresik
bisa jadi berasal dari Gujarat, atau dari Bengal, hal itu tidak lantas berartiIslam juga datang
dari sana. Menurut Morisson, tidak mungkin Islam telahmasuk ke Samudra Pasai pada
abad 13, karena saat itu Gujarat sendiri masihmerupakan kerajaan Hindu. Baru pada
tahun 699/1298, Cambay, Gujaratditaklukkan oleh kekuasaan muslim. Berdasar
pertimbangan ini, Morisson punmengemukakan pendapatnya bahwa Islam di Nusantara
bukan berasal dariGujarat, melainkan dibawa oleh para penyebar Muslim dari pantai
Coromandeldan Malabar.

6. Teori Bengal (Benggali/Bangladesh)

Teori ini dikemukakan oleh S. Q. Fatimi. Menurut teori ini, Islam datang dariBengal
ke Indonesia pada sekitar abad ke 11. Teori ini didasarkan padabanyaknya tokoh
terkemuka di Pasai yang merupakan keturunan dari Benggali. Kedatangan dan Penyebaran Islam
di Asia Tenggara:Tela’ah Teoritik Tentang Proses Islamisasi Nusantara. Menurut teori ini,
keberadaan makam Sultan Pasai, Malik As Shaleh dan jugabatu nisan Fatimah di Leran
Gresik juga menjadi bukti masuknya Islam dariBengal ke Nusantara. Jadi menurut teori ini,
mengaitkan keberadaan batu nisanyang ada di Pasai dengan Gujarat adalah keliru.Menurut S.
25
Q. Fatimi, bentuk dan gaya batu nisan Malik al-Saleh berbedasepenuhnya dengan batu
nisan yang terdapat di Gujarat dan batu-batu nisan lainyang ditemukan di Nusantara. Fatimi
berpendapat bentuk dan gaya batu nisan itujustru mirip dengan batu nisan yang terdapat di
Bengal. Oleh karenanya, batunisan itu hampir dipastikan berasal dari Bengal. Seperti halnya
teori pertama,kelemahan teori ini juga berkenaan dengan adanya perbedaan madzhab
yangdianut kaum muslim Nusantara (Syafi’i) dan mazhab yang dipegang oleh kaummuslimin
Bengal (Hanafi).

7. Teori China

Teori ini menyatakan, Islam masuk di Indonesia melalui China, tentunya dibawaoleh para
saudagar China yang sejak dahulu kala dikenal sebagai pedagang yangsangat mobile. Apalagi
daratan China dan Indonesia relatif lebih dekat. Kalanganilmuan China, terutama ilmuan
China muslim mengklaim China sudah sangatakrab dengan kota Mekkah dan Madinah.
Pernyataan Nabi: Uthlub al-'Ilm waalu bi al-Shin (tuntutlah ilmu walau sampai di tanah China)
dijadikan bukti akankedekatan itu. Dari mana Nabi Muhammad Saw tahu tentang China kalau
tidakada wawasan tentang China yang sudah berkembang di kawasan itu
jauhsebelumnya. Kita tahu China adalah salahsatu peradaban dunia yang tertua juga.Memang
ada kontroversi tentang kata shin dalam hadis di atas. Sejumlah ilmuanIndia mengklaim yang
dimaksud hadis itu bukan China yang amat jauh daritanah Arab tetapi Kota Sindu (Sind)
yang masuk dalam wilayah India. Menurutmereka, itu lebih masuk akal karena India dan
Arab masih dapat ditempuhdengan darat, lagi pula hubungan dagang dan budaya antara Arab
dan India ter-jalin sudah cukup lama. Namun anggapan ini dibantah oleh kalangan ahli
sejarahTimur Tengah, karena peradaban China saat itu di bawah Dinasti Tsang sudahmalang
melintang di kawasan Timur Tengah. Bahkan sejumlah keramik yangditemukan, termasuk
keramik yang menempel di Masjid Nabi juga berasal dari China. Kertas dalam ukuran modern
saat itu sudah mampu diproduksi di Chinasehingga salah satu barang dagangan China ke
kawasan ini ialah kertas.Teori ini pernah diungkapkan juga oleh sejumlah ilmuan kita
di Tanah Air,seperti Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby. Hanya saja
disayangkankenapa mereka tidak melanjutkan penelitiannya untuk lebih
membuktikanasumsinya agar bisa dipertimbangkan sebagai suatu kebenaran akademik
yangdapat dipertanggungjawabkan. Apalagi teori ini sebetulnya sangat masuk akaldengan

26
berbagai pertimbangan. Ditemukannya sahabat Nabi di China yangnotabene lebih jauh
dari Indonesia. Para pelaut Arab tentu membutuhkan airtawar atau bahan makanan untuk
melanjutkan perjalanannya ke China. Secaralogika, mestinya Indonesia lebih dahulu masuk
Islam, baru China kalau dilihatdari jalur sutra perkembangan Islam di Asia.Teori ini juga bisa
dipertimbangkan dengan kenyataan sejarah mobilitas orang-orang China muslim ke Asia
Tenggara, khususnya Sumatera bagian Selatanseperti Palembang dan Bengkulu
sekarang. Bukti fisik biologis orang-orang Sumatera bagian Selatan memiliki pertautan
genetic sehingga postur tubuh danmuka memiliki kemiripan. Belum lagi persamaan budaya atau
pengaruh budayaChina di dalam tradisi kesenian Sumatera bagian Selatan sangat kuat
pengaruhChina-nya.Bukti historis yang dapat menguatkan hal ini ialah penyeberangan China
muslimke Pulau Jawa seperti Kerajaan Demak pernah mempunyai keturunan
darahChina (Raden Patah). Hal yang sama juga bisa dilacak dalam sejumlah ulamayang
memiliki darah China. Termasuk Gus Dur yang mengklaim diri memilikiasal usul dari China.
Termasuk yang amat populer ialah kisah nyata LaksamanaCheng Ho. Persoalannya adalah
apakah Islam yang masuk di Indonesia pertamakali berasal dari daratan China atau daratan lain,
masih perlu pembuktian lebihlanjut.

8. Teori Maritim

Teori ini dikemukakan oleh sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch. Teori
inimenyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan darikemampuan
umat Islam dalam menjelajah samudera. Teori ini tidak menjelaskandarimana asal Islam yang
berkembang di Indonesia, namun yang jelas menurutteori ini, masuknya Islam di Indonesia
terjadi di sekitar abad ke-7 Masehi.

D. RUANG LINGKUP SEJARAH ISLAM DI NUSANTARA (SUMATRA UTARA)

1. Periode Klasik (650-1250)

Masa klasik ini dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan masa
abbasiyah. Seperti yang telah di jelaskan masa klasik dalam islam dimualai dari masa Rasulullah.
Oleh sebab itu, dalam tulisan ini Suryana (2010) dalam bukunya METODOLOGI PENELITIAN

27
dibahas masa klasik dalam dunia Islam, antara lain dari masa Nabi saw. sekitar abar VII hingga
masa dinasti abbasiyah sekitar abad XII. Keistimewaan masa Nabi dan Khulafa al Rasyidin
adalah periode Madinah sebagai pusat pemerintahan yang dijiwai ajaran Islam. Inti pelajaran
agama terpusat langsung dari sumber aslinya, yakni memahami dan mengamalkan ajaran al
Qur`an dan al- Hadis. Ilmu-ilmu keislaman yang lain belum tumbuh. Oleh karena itu al-Qur`an
secara langsung dikaji, digeluti, dan direnugkan maka pemikiran dan pengamalan Islam tumbuh
dan berkembang secara sinkron. Pada masa Nabi, ijtihad5 belum berkembang secara menonjol
karena hampir segala masalah bisa langsung ditanyakan kepada Nabi yang jawabannya bisa
dengan turunnya wahyu. Namun, dalam perkembangannya, ijtihad mulai berkembang dan amat
dibutuhkan sekali pada masa alkhulafa ar- rasyidun dan yang berkelanjutan dalam masa
pemerintahan baniUmayah di Damaskus. Ijtihad ini kemudian mengalami perkembangan yang
amat subur dan amat indah dalam masa kebesaran Bani Abbasiyah dengan ibu kota kerajaan di
Baghdad. Salah satu bukti ijtihad yang terjadi pada masa sahabat adalah ijtihad yang
dilakukanoleh khalifah Umar bin Khattab. Diantara persoalan persoalan yang pernah disentuh
oleh ijtihad khalifah Umar adalah tidak membagiakan zakat kepada muallaf 6 , tidak
membagikan hasil rampasan tanah perang kepada tentara yang ikut perang , dan sebagainya.
Selain itu, pada masa al khulafa arrasyidun juga telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu
pemerintahan yang demokratis dengan sistem pemilihan khilafah yang berprinsip pada
musyawarah, mengatur administrasi Negara dengan membentuk departemen departemen, antara
lain keuangan, pertahanan, hukum, ekonomi,dan pengembangan pengetahuan. Selain itu juga
dibentuk lembaga eksekutif (khalifah), legislatif (dewan syura), Muallaf berasal dari bahasa arab
yang berarti tunduk, menyerah, pasrah. Muallaf digunakan untuk menunjukkan seseorang yang
baru masuk agama ISLAM. dan yudikatif (qadhi) dan jabatan lainnya yang menangani
kepentingan publik. Masa klasik ini merupakan masa di mana dunia Islam memasuki masa
perintisan dan kemajuan. Menurut Nasution(1998), masa klasik ini dibagi menjadi dua
masa,yaitu masa kemajuan Islam I yangdimulai dari tahun 650 s/d 1000 M. dan masa
Disintegrasi yang dimulai dari tahun 1000 s/d 1250 M.

a. Masa Kemajuan Islam I

Masa pertama ini dikenal sebagai masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam. Dalam hal
ekspansi, sebelum Nabi wafat, seluruh Semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan

28
Islam. Sementara ekspansi ke daerah luar Arabia dimulai padazaman khalifah pertama, yaitu
khalifah Abu Bakar. Untuk melihat pemikiran Islam yang muncul pada masa kemajuan Islam I
ini, maka dapat dilihat dari Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Sebab, masing- masing
dinasti tersebut memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda sebagai produk pemikiran yang
dihasilkan.

 Masa Dinasti Umayyah

Pada masa Dinasti Umayyah,menurut Harun telah menghasilkan beberapa pemikiran.


Diantara pemikiran yang munculpada masa ini adalah pemikiran di bidang tafsir, hadis, fikih,
dan ilmu kalam. Pusat dari kegiatan ilmiah ini adalah Kufah8 dan Basrah di Irak. Pada masa itu
melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Al-Khalil bin Ahmad penyusun kamus Bahasa Arab kitab
`Ayn. Al- Khalil bin Ahmad mempunyai murid bernama Sibawaih penyusun kitab yang berisi
tata bahasa Arab. Tokoh- tokoh besar lainnya adalah Hasan al- Basri dan Ibnu Syihab az-Zuhri.
Ibnu Syihab az-Zuhri adalah tokoh yang mengkaji hadis nabi dan hokum islam dan saat ini
merupakan awal lahirnya kajian historiografi yangnantinya akan melahirkan kitab-kitab Kufah
adalah daerah persia yang ditaklukkan Khalid bin walid dimasa khalifah Abu bakar.
Hostoriografi adalah ilmu yang mempelajari praktik ilmu sejarah.Maghazi dan Sirah. (Azizah,
2011: 135-136)

 Dinasti Abbasiyah

Pada masa Dinasti Abbasiyahini, Islam dikenal sebagai masa integrasi. Disebutnya masa
integrasi pada zaman Abbasiyah ini adalah karena pada masa inilah pertama kalinya dalam
sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani klasik
yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia, dan Persia. Diantara integrasi yang terjadi pada
zaman Abbasiyah ini adalah integrasi dalam bidang bahasa. Di mana bahasa al Qur`an yaitu
bahasa Arab dipakai di mana-mana. Ilmu pengetahuan filsafat dan diplomatis juga menggunakan
bahasa arab. Disamping integrasi dalam bidang bahasa, integrasi juga dalam bidang kebudayaan.
Di bidang kebudayaan adalah kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai alatnya yang
bermula dari Spanyol di Barat sampai ke India di Timur. (Abdul Mun’im Tarikh, 1978:162-163)

29
b. Disintegrasi

Masa disintegrasi ini terjadi dalam bidang politik. Daerah yang letaknya jauh dari pusat
pemerintahan di Damaskus dan di Bagdad, melepaskan diri dari kekuasaan Khalifah di pusat
sehingga munculah dinasti-dinasti kecil.

2. Periode Pertengahan (1250-1500)

Periode pertengahan sejarah peradaban Islam juga dibagi dalam dua fase, yaitu fase
kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pada fase kemunduran (1250 – 1500 M), desentralisasi
dan disintegrasi meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia
semakin bertambah nyata. Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri
dari Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara. Sementara itu, bagian Persia yang
berpusat di Iran terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah. Fase kedua adalah tiga
kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M). Tiga kerajaan besar
yang dimaksud adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan
Mughal di India. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan sangat kurang di masa ini. Hasilnya, umat
Islam semakin mundur saat tiga kerajaan tersebut mendapat banyak tekanan. Kekuatan militer
dan politik menurun. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan,
Kerajaan Mughal diserang raja-raja India, Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, sementara Mesir
dikalahkan Prancis (Napoleon Bonaparte). Tentara muslim yang kalah harus angkat kaki dari
benua Eropa dan kerajaan-kerajaan barat bersatu dan mengusir Islam dari Eropa.
(https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-peradaban-islam-perubahan-dari-era-klasik-
hingga-modern-1tXvIerQ36d )

3. Periode Modern
Periode modern (1800 - sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Umat
Islam mulai sadar bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi. Raja-raja dan
para pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam
kembali. Kebangkitan umat Islam ini dibagi lagi menjadi dua periode, yakni kebangkitan awal
(1800-1967) dan kebangkitan kedua (1967- sekarang). Pada periode kebangkitan awal, muncul
kesadaran pentingnya pembaharuan dalam Islam, baik secara politik, militer, sosial, dan budaya.
Sementara itu, pada kebangkitan kedua, kekalahan Arab oleh Israel tahun 1967 menjadi titik

30
yang menggugah umat. Kemudian berkembanglah pemikiran-pemikiran filosofis dan
metodologis dalam rangka pembaharuan Islam di era kontemporer.
(https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-peradaban-islam-perubahan-dari-era-klasik-
hingga-modern-1tXvIerQ36d )

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatera telah
berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam masuk ke daerah
itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan
dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah daerah.
Islam di Sumatera khususnya Aceh dipercaya sebagai cikal-bakal penyebaran Islam di
Nusantara. Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik
berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan
terletak di ujung barat pulau Sumaterà. Adalah Barus, yang disinyalir sebagai
perkampungan Islam tertua di Nusantara. Disini ditemukan Sebuah makam kuno di
ompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis bahwa Syaikh
Rukunuddin wafat tahun 672 Maschi dan terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang
31
panjangnya kira-kira 7 meter. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus
sudahada pada era itu Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia yang
merupakan utusan resmi Khalifah atau para pedagang Islam yang memang telah memiliki
hubungan perdagangan dengan Aceh, sebagai dacrah persinggahan dalam perjalanan menuju
Cina
Hubungan yang sudah terbina sejak lama, yang melahirkan asimiliasi keturunan Arab-
Aceh di sekitar pesisir ujung pulau Sumatera, telah memudahkan penyiaran Islam
Islam telah berkembang di Aceh scjak abad VII. Keberadaannya dibawa oleh para saudagar
Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus penyebaran agama
Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatera juga dipengaruhi oleh
kerajaan kerajaan yang ada di Sumatera dan dakwah dakwah dari wali-wali atau ulama
yang ada pada saat itu. 

DAFTAR PUSTAKA

Pongsibanne.K.L,2017. Islam dan Budaya Lokal Kajian Antropologi Agama.Kaukaba Dipantara:


Yogyakarta

Wahid Nur: Sejarah Peradaban Islam Abad Pertengahan Di Indonesia.


http://repository.unimus.ac.id. Diakses pada 22 Oktober 2021 pada pukul 20.00

Riyantini Festi, Sutjitro, Sugiyanto. (2014). Islamisasi di Kesultanan Barus pada tahun 1292M.
http://repository.unej.ac.id. Diakses pada 7 Oktober 2021 pukul 14.00

Yushar Tanjung. (2018). Jejak Islam di Kota Binjai, Sumatera Utara. https://jurnal.uisu.ac.id.
diakses pada 7 Oktober 2021 pukul 20.00

Dr. Phil. Zainul Fuad. M. A, Yusra Dewi Siregar M.A, Dra. Laila Rohani, M.Hum. 2019. PETA
KAJIAN SEJARAH ISLAM DI SUMATRA UTARA. Atap Buku. Yogyakarta.
Abdul Mun`im Majid, Tarikh. 1978. Pustaka. Bandung

32
https://www.researchgate.net/publication/
327231397_ULOS_DALAM_BUDAYA_MASYARAKAT_ISLAM_DI_SUMATERA_UTAR
A_EKSPRESI_ARTIFAK_DALAM_BUDAYA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sultan_Malikussaleh

https://seringjalan.com/5-kerajaan-atau-kesultanan-di-sumatera-utara/

https://www.google.com/amp/s/travel.tempo.co/amp/1523464/5-wisata-religi-islam-di-barus-salah-
satunya-makam-syekh-papan-tinggi

https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-peradaban-islam-perubahan-dari-era-klasik-hingga-
modern-1tXvIerQ36d

33

Anda mungkin juga menyukai