Gua
Zaman batu terus berkembang memasuki zaman batu tengah atau yang
dikenal dengan sebutan zaman mesolitikum. Hasil kebudayaan batu tengah
ini sudah lebih maju dibandingkan dengan hasil kebudayaan zaman
paleolitikum (batu tua). Walaupun demikian, bentuk dan hasil kebudayaan
paleolitikum tidak serta merta punah dan tertap mengalami
penyempurnaan. Secara garis besar kebudayaan mesolitikum ini terbagi
menjadi dua yang ditandai denangan lingkungan tempat tinggal yaitu di
pantai dan gua.
Kebudayaan
Kjokkenmoddinger
Kapak Sumatra tersebut dibuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan
begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Selain
kapak Sumatera juga ditemukan jenis kapak pendek dan jenis batu pipisan. Di
daerah Jawa batu pipisan biasanya digunakan untuk menumbuk atau menghaluskan
jamu.
Kebudayaan Abris Sous
Roche
Kebudayaan Abris Sous Roche adalah hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua.
Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di
gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein C (1928-
1931) di Gua Lawa-Ponorogo.
Beberapa teknologi bebatuan yang ditemukan antara lain, ujung panah, flake,
batu penggilingan, dan juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Kebudayaan Abris Sous Roche ini banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro,
juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
Mengenal Api
Bagi kehidupan manusia, api menjadi faktor penting dalam kehidupan. Sebelum
ditemukan teknologi listrik, aktivitas manusia sehari-hari hamper dapat dipastikan
tidak dapat terlepas dari api untuk memasak.
Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi yang penting.
Berdasarkan data arkeologi, penemuan api terjadi pada 400.000 tahun yang lalu.
Penemuan pada periode manusia homo erectus. Api digunakan untuk menghangatkan
badan dari cuaca dingin.
Teknologi api dapat dimanfaatkan manusia untuk berbagai hal. Di samping itu,
penemuan api juga memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan
yaitu memasak dengan cara membakar dan menggunakan bumbu dengan ramuan
tertentu. Manusia juga menggunakan api sebagai senjata.
Api digunakan untuk menghalau binatang buas yang menyerang. Api juga
digunakan sebagai sumber penerangan. Melalui api, manusia juga bisa membuka
lahan dengan cara membakar hutan.
Pada mulanya pembuatan api dilakukan dengan cara membenturkan dan
menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat lain. Sebuah
batu yang keras, misalnya batu api jika dibenturkan ke batu yang keras lainnya akan
menghasilkan percikan api.
Pembuatan api juga dapat dilakukan dengan menggosok suatu benda terhadap benda
yang lain baik secara berputar, berulang, atau bolak-balik. Sepotong kayu keras
misalnya jika digosokkan pada kayu lainnya akan menghasilkan panas karena
gesekan tersebut kemudian memunculkan api.
Sebuah Revolusi Teknologi Manusia Purba
Perkembangan zaman batu yang bisa disebut penting dalam kehidupan manusia adalah
neolitikum atau zaman batu baru. Pada masa neolitikum juga dapat dikatakan sebagai
zaman batu muda karena pada zaman ini telah terjadi revolusi kebudayaan di mana
terjadi perubahan pola hidup manusia.
Pola hidup food gathering berubah menjadi pola hidup food producing. Perubahan ini
seiring dengan berubahnya jenis pendukung kebudayaannya. Pada zaman ini telah
hidup jenis homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru.
Cara Homo Sapiens berkembang menjadi penguasa planet Bumi, mampu melakukan
berbagai hal luar biasa seperti membelah atom, terbang ke Bulan, dan merekayasa
genetika kehidupan dapat Grameds pelajari pada buku Sapiens Grafis: Kelahiran Umat
Manusia.
Hasil kebudayaan yang terkenal di zaman
neolitikum ini secara garis besar terbagi menjadi
dua tahap perkembangan.
Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh
Von Heine Geldern yang dikaitkan dengan bentuk
alat tersebut. Kapak persegi in memiliki bentuk
Kebudayaan Kapak Persegi persegi panjang da nada yang berbentuk trapezium.
Mengakhiri masa neolitikum (zaman batu), maka dimulailah zaman logam. Sebagai
bentuk masa perundagian. Zaman logam di kepulauan Indonesia ini agak berbeda
apabila dibandingkan dengan yang ada di Eropa. Di Eropa, zaman logam ini
mengalami tiga fase yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi.