Kapak lonjong
Kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Kapak lonjong terbuat dari batu kali yang
berwarna kehitaman. Persebarannya melalui jalur timur, yaitu Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, Maluku, dan
Papua. Dua bentuk kapak lonjong Yaitu kapak besar (Walzanbeil) dan kapak kecil (kleinbeil).
Kapak persegi
Kapak dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi terdiri atas
berbagi ukuran, basar (beliung atau pacul), dan kecil (tarah). Persebarannya melalui jalur barat yaitu dari
tenggara semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Benda-benda lain yang dihasilkan dari zaman batu muda, Antara lain :
Tembikar
Banyak ditemukan pada lapisan KJokkenmoddiger di Sumatra dan pantai Selatan Jawa. Periuk belaga yang
berisi tulang-tulang manusia banyak di temukan di Sumbawa.
Pakaian
Tembikar yang bermotif tenunan membuktikan bahwa masyarakat prasejarah sudah
mengenal pakaian ini terbut dari kulit kayu.
Perhiasan
Bahan baku yang di gunakan adalah Kalsedon dan batu indah, berwujud gelang, kalung, dan anting
Zaman batu tengah (Mesolitikum)
Zaman batu tengah diperkirakan berlangsung 20.000 tahun yang lalu, yaitu selama kala holosen. Dalam zaman
ini, alat-alat yang dihasilkan sudah lebih baik karena alat dari batu sudah mulai diupam dan dihaluskan pada
bagian tertentu yang diperlukan. Hasil budayanya, antara lain sebagai berikut.
Batu pipisan
Batu pipisan berpungsi untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah (Diperkirakan berkaitan dengan
upacara kepercayaan). Batu pipisan terdiri atas batu penggiling dan landasannya
ZAMAN PALEOLITIKUM
Sejak kira-kira dua setengah tahun yang lalu umat manusia sudah berkembang kearah makhluk yang
berbudaya. Bukti-bukti yang ditemukan dibeberapa tempat, misalnya di dekat danau Turkana, di Kenya, dan di
Etiopia Selatan dan Jurang Olduvai, yang masih berupa peralatan dari batu yang amat kasar, menandai
permulaan zaman Paleolitikum Tua. Pada masa ini mulai muncul peralatan dari batu yang lebih dikenal dengan
tradisi peralatan Oldowan. Karakteristik tradisi alat ini adalah bahwa ia merupakan alat penetak untuk segala
keperluan, cara pembuatannya dengan menggunakan system benturan, yaitu memukuli bahan baku dengan
batu lain atau memukulkan bahan baku tersebut pada batu besar untuk melepaskan kepingan-kepingannya.
Meskipun dalam segi hasil alat penetak ini masih amat kasar, tapi tradisi alat oldowan ini merupakan kemajuan
teknologi yang penting bagi Hominida Purba. Mereka bisa lebih mudah mencari bahan-bahan makanan disaat
alam mulai berubah. Tradisi oldowan ini juga menandai salah satu waktu bahwa sesuatu jenis makhluk
beradaptasi secara cultural dan tidak secara fisik kepada kondisi lingkungan. Alat – alat oldowan ini banyak
ditemukan di tepi danau atau sungai di tengah-tengah padang rumput, dan ditemukan masih dalam situs yang
sangat kecil, dan juga bahwa nereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang masih berpindah-berpindah
tempat. Adapun alat-alat zaman Peleolitikum Tua, termasuk tradisi peralatan oldowan banyak terdapat di jurang
olduvai. Dalam perkembangan penetek oldowan berubah menjadi lebih canggih dan berkembang menjadi kapak
genggam acheulean. Dalam periode ini mulailah terjadi diversivikasi kebudayaan peralatan, Homo Erectus tidak
hanya membuat kapak genggam tapi juga menciptakan alat penyerut dan alat-alat kepingan, dan semua alat ini
terbuat dari batu api. Keuntungan utama dari kemunculan alat ini adalah semakin banyak sumber daya alam
yang dapat didayagunakan dalam waktu yang lebih singkat, dengan tenaga yang lebih sedikit, dan dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Dalam zaman Acheulean yang lebih mudah, di dunia barat dikembangkan dua
tehnik pembuatan peralatan , yang menghasilkan kapak yang lebih tipis dan lebih canggih dengan bagian mata
yang lebih lurus dan lebih tajam. Metode tongkat memanfaatkan pemukul dari tulang atau tanduk rusa untuk
memukul tepi gumpala batu api, sedangkan metode bidang pukulan berfungsi untuk membuat kapak yang lebih
tajam dan lebih tipis. Peradaban Homo Erectus semakin berkembang dengan ditemukannya penggunaan api,
karena bisa dipastikan dengan kemampuan mereka menggunakan api memungkinkan mereka untuk berpindah
ke daerah-daerah yang lebih dingin. Transisi kebudayaan Hominida antara Homo Erectus dan Homo Sapiens
tidak banyak brubah dari pendahulu mereka. Homo Sapiens Primitif tetap menggunakan tradisi peralatan
acheulean sampai beberapa ribu tahun. Akan tetapi menjelang dua ratus ribu tahun yang lalu orang mulai
menggunakan teknik Levalloision untuk membuat peralatan.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Kebudayaan zaman batu besar berkembang di Indonesia sezaman dengan zaman neolitikum dan zaman logam.
Disebut zaman batu besar karena banyak peninggalan yang terbut dari batu-batu besar, antara lain :
Sarkofagus (Keranda)
Berbentuk palung atau lesung, namun mempunyai tutup
Arca
Patung yang terbuat dari batu besar berbentuk hewan atau manusia yang melambangkan nenek moyang, di
temukan di Pasemah dan Lembah Beda (Sulawesi Tengah)