Anda di halaman 1dari 56

Zaman Batu Madya

Mesolithikum
Zaman Batu Madya

Mesolithikum
Zaman Batu Madya

Mesolithikum
Zaman Batu Madya

Mesolithikum
Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Zaman Batu Madya sudah berada
pada Kala Holosen.
Perkembangan kebudayaan pada
zaman ini berlangsung lebih cepat
dari pada zaman batu tua, sebab :
• Keadaan alam sudah tidak seliar
dan selabil zaman batu tua.
• Pendukung zaman ini adalah
manusia yang cerdas (Homo
Sapiens)
Hasil Kebudayaan Zaman Batu Madya
• Alat-alat batu dari zaman batu tua, seperti
Kapak Genggam, pada zaman batu madya
masih terus digunakan dan mendapat
pengaruh dari Asia Daratan, sehingga
memunculkan corak tersendiri.
• Alat-alat tulang dan flake dari zaman batu
tua, memegang peranan penting pada
zaman batu madya.
• Manusia pada zaman ini juga telah mampu
membuat gerabah, yaitu benda pecah
belah yang dibuat dari tanah liat yang
dibakar.
Gerabah
Gerabah
Hasil Kebudayaan Zaman Batu Madya

Berdasarkan daerah penemuannya


Kebudayaan mesolithikum dapat
dibagi 3, yaitu : Kebudayaan
Tulang Sampung
1. Kebudayaan Tulang Sampung
(Sampung Bone Culture) Kebudayaan Kebudayaan
2. Kebudayaan TOALA (Flake Mesolithikum Toala
Culture)
3. Kebudayaan Kapak Genggam Kebudayaan
Kapak Sumatera
Sumatera (Peble Culture)
Kebudayaan Tulang Sampung
Abri sous roche, adalah gua-gua yang
digunakan sebagai tempat tinggal.
Penelitian pertama terhadap abri sous roche
dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua
Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur
dari tahun 1928 sampai 1931.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
1. alat-alat batu seperti mata panah dan
flake,
2. batu-batu penggiling dan
3. alat-alat dari tulang dan tanduk.
Sampung Bone Culture

• Sebagian besar alat yang ditemukan di


Sampung berupa alat-alat dari tulang,
maka disebut : Kebudayaan Tulang
Sampung (Sampung Bone Culture).
• Ditemukan pula fosil manusia Papua –
Melanesoide.
• Alat-alat batu dan tulang dari zaman
batu madya juga ditemukan di Besuki,
Jawa Timur oleh Van Heekeren.
• Di beberapa gua di Bojonegoro
ditemukan pula alat-alat dari kerang dan
tulang bersama dengan fosil manusia
Papua – Melanesoide.
Alat-alat Tulang
Alat-alat Tulang
Alat-alat Tulang dan Flake
Alat-alat Tulang
Kebudayaan Toala (Flake Culture)
• Selama tahun 1893 – 1896 dua orang
berkebangsaan Swiss, bernama Fritz
Sarasin dan Paul Sarasin melakukan
penelitian di gua-gua di Lumancong,
Sulawesi Selatan yang masih didiami
oleh suku bangsa Toala, berhasil
menemukan alat-alat serpih (flake),
mata panah bergerigi dan alat-alat
tulang.
• Van Stein Callenfels memastikan
bahwa kebudayaan Toala tersebut
merupakan kebudayaan Mesolithikum
yang berlangsung sekitar tahun 3000
sampai 1000 SM.
Kebudayaan Toala (Flake Culture)
• Penelitian lebih lanjut pada gua-gua
di wilayah Maros, Bone dan Bantaeng
(Sulawesi Selatan) berhasil
menemukan alat-alat serpih (flake)
dan alat-alat lain seperti : batu
penggiling, gerabah dan kapak
Sumatera (peble)
• Alat-alat yang menyerupai alat
Kebudayaan Toala juga ditemukan di
Nusa Tenggara Timur yaitu di Flores,
Roti dan Timor
• Di daerah Priangan, Bandung
ditemukan flake terbuat dari obsidian
(batu hitam yang indah)
Alat Serpih (Flake)
Alat Serpih (Flake)
Alat Serpih (Flake)
Alat Serpih (Flake)
Alat Serpih (Flake)
Alat Serpih (Flake)
Flake Batu Obsidian
Flake Batu Obsidian
Flake Batu Obsidian
Kebudayaan Kapak Sumatera (Pebble Culture)

• Di sepanjang pesisir Sumatera


Timur Laut, antara Langsa (Aceh)
dan Medan ditemukan bekas-bekas
tempat tinggal manusia dari zaman
Batu Madya.
• Berupa tumpukan kulit kerang yang
membatu dan tingginya ada yang
mencapai 7 meter. Dalam bahasa
Denmark, tumpukan kulit kerang ini
disebut Kjokkenmoddinger
(sampah dapur).
Kjokken-Modinger
Abri-Sous-Roche
Kebudayaan Kapak Sumatera (Pebble Culture)

Bersama-sama Kjokkenmoddinger
ini, Van Stein Callenfels pada
tahun 1925, juga menemukan :
1. peble (kapak genggam
Sumatera)
2. hache courte (kapak pendek)
3. batu-batu penggiling
4. alu dan lesung batu
5. pisau batu
6. Fosil Papua-Melanesoide
Penyebaran Pebble dan Flake
• Kebudayaan Kapak
Sumatera (peble) dan Kapak
Pendek di Indonesia berasal
dari kebudayaan Bacson –
Hoabinh di daerah teluk
Tonkin, Indo Cina.
• Kebudayaan Pebble
menyebar ke Indonesia
melalui JALAN BARAT yaitu
melalui Malaka dan
Sumatera.
• Kebudayaan Flake datang
dari Asia Daratan melalui
JALAN TIMUR yaitu melalui
Jepang, Formosa (Taiwan)
dan Filipina.
Kebudayaan Zaman Batu Madya

Abri-Sous-
Bone Culture
Roche

Abri-Sous-
Mesolithikum Flake Culture
Roche

Pebble Kjokken-
Culture Modinger
Manusia Pendukung

Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah :


1. Ras Papua – melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-
fosil manusia ras papua melanesoid baik pada kebudayaan Tulang
Sampung maupun di bukit-bukit kerang di Sumatera.
2. Nenek moyang orang Toala sekarang yang merupakan keturunan
orang Wedda dari Srilangka (Ras Weddoid). Mereka sebagai
pendukung kebudayaan Toala di Lumancong, Sulawesi Selatan.
Kehidupan Sosial
• Sebagian pendukung
kebudayaan mesolithikum masih
tetap berburu dan
mengumpulkan makanan
(Hunting and Food Gathering),
sebagian sudah mulai bertempat
tinggal menetap di gua-gua dan
bercocok tanam secara
sederhana.(Semi Sedenter)
• Adapula yang hidup di pesisir.
Mereka hidup dengan
menangkap ikan, siput dan
kerang.
Kehidupan Sosial
• Mereka bercocok tanam dengan
amat sederhana dan dilakukan
secara berpindah-pindah, sesuai
dengan keadaan kesuburan
tanah. Mereka menanam umbi-
umbian.
• Pada zaman mesolithikum
manusia sudah mulai
menjinakkan binatang, terbukti
dengan ditemukannya fosil
anjing di gua Cakondo, Sulawesi
Selatan.
Seni Lukis
• Kegiatan menggambar pada
dinding-dinding gua
dilakukan oleh pendukung
kebudayaan mesolithikum
ketika mereka mulai hidup
menetap di gua-gua.
• Penemuan lukisan dinding
gua di Sulawesi Selatan
pertama kalinya oleh
C.H.M. Heeren Palm, 1950
di Leang Patta E. Di gua
tersebut ditemukan gambar
cap-cap tangan dengan latar
belakang cat merah dan
gambar seekor babi rusa
yang kena panah.
Seni Lukis
• Lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi
Tenggara ditemukan oleh Kosasih
S.A, 1977, lukisan manusia dalam
berbagai sikap, kuda, rusa, buaya
dan anjing.
• Di Maluku, di Pulau Seram dan Pulau
Kei ditemukan J. Roder, 1937,
berupa : cap-cap tangan, gambar
kadal, manusia, rusa, burung,
perahu, matahari, mata dan gambar-
gambar geometrik.
• Di Papua, selain ditemukan di gua-
gua, lukisan-lukisan tersebut juga
ditemukan pada dinding batu
karang.
Lukisan Dinding Goa
Lukisan Dinding Goa
Lukisan Dinding Goa
Lukisan Dinding Goa
Kepercayaan
• Zaman Mesolithikum di Indonesia sudah
ditemukan bukti-bukti adanya kepercayaan dan
penguburan mayat.
• Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua
merupakan gambar nenek moyang dan dianggap
memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh
jahat.
• Gambar kadal di wilayah tersebut, dianggap
sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala
suku dan sebagai lambang kekuatan magis.
• (Pemujaan terhadap binatang yang dianggap
memiliki kekuatan magis disebut dengan
Totemisme)
Kepercayaan
• Gambar-gambar perahu di
Pulau Seram dan Papua
dimaksudkan sebagai perahu
bagi roh nenek moyang
dalam perjalanannya ke alam
baka.
• Bukti-bukti penguburan dari
zaman mesolithikum
ditemukan di Gua Lawa
(Sampung) dan di Kjokken
modinger. Mayat-mayat
tersebut dibekali dengan
bermacam-macam keperluan
sehari-hari, seperti kapak-
kapak yang indah, perhiasan
dan sebagainya.
Ringkasan Mesolithikum
HASIL KEBUDAYAAN CARA HIDUP PENDUKUNG

- Berburu dan
mengumpulkan makanan
- Kapak genggam Sumatera tingkat lanjut
(pebble Culture) Mulai bercocok tanam Papua Melanesoid, nenek
- Alat-alat tulang dan tanduk - secara sederhana moyang dari suku:
(Bone Culture) -Papua
Alat-alat serpih (flakes) - Sebagian masih nomaden,
- sebagian sudah mulai -Sakai (Siak)
- Kapak pendek (Hache menetap bertempat -Semang (Malaysia)
courte) tinggal di gua-gua -Atca (Filipina)
- Gerabah -Aborigin (Australia)
Lukisan dinding gua - Sebagian hidup di pesisir
- menangkap ikan dan
kerang
GERABAH
GERABAH
GERABAH
GERABAH
GERABAH
GERABAH
Pipisan

• Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Pipisan ini digunakan tidak hanya
untuk menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah seperti yang terlihat
dari bekas-bekasnya. Aktivitas ini di perkirakan berkaitan dengan upacara ritual dan
kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang Sumatera Timur laut, di
antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara) dari zaman Batu Madya
SEKIAN
TERIMAKASIH
Hermawan, Penulis Buku Paket
Sejarah SMA, Penerbit Yudhistira,
Bogor - Jakarta

Anda mungkin juga menyukai