Anda di halaman 1dari 19

d a y a Ma s y

B u a r
i l a k
s
a

at
H

PRAAKSARA DI INDONESIA

CELLYN - VINO - MIKHA - SAMUEL - CLIFF - FELICE


Zaman Batu

I. II.
ZAMAN BATU TUA ZAMAN BATU MADYA
(PALEOLITIKUM) (MESOLITIKUM)

III. IV.
ZAMAN BATU MUDA MEGALITIKUM
(NEOLITIKUM)
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Pleistosen
600.000 TAHUN

Zaman ini sangat kasar dan liar, alat yang digunakan juga masih
sangat kasar seperti batu yang dibenturkan pada batu yang lain.
Zaman batu tua dibagi 2 menjadi Kebudayaan Pacitan dan Ngandog.

Pacitan VON KOENIGSWALD - 1935


Ngandog
Ditemukan di sungai Baksoko, desa Punung, Alat-alatnya ditemukan dekat Ngawi, Jatim
Pacitan, Jatim. Alat-alat yang ditemukan berupa kapak genggam dan flake yang
yaitu kapak genggam tak bertangkai, kapak ditemukan juga di Sulawesi Selatan. ditemukan
perimbas, kapak penetak, pahat genggam, juga alat dari tulang dan tanduk berupa belati,
dan flake. ujung tombak dengan gergaji, dan mata tombak.
Zaman Batu Madya
MESOLITIKUM

Perkembangan pada zaman ini jauh lebih cepat karena di


penuhi oleh manusia cerdas (Homo Sapiens), selain itu
keadaan alam juga tidak stabil. Alat-alat pada zaman batu tua
memegang peranan penting dalam zaman batu madya
bahkan menimbulkan corak tersendiri.
Kebudayaan
Tulang Sampung
VAN STEIN CALLENFELS DI GUA LAWA, 1928-1931

Banyak alat-alat tulang zaman batu madya di


temukan di gua-gua yang di gunakan untuk tempat
tinggal, alat-alat mesolitikum berupa panah, flake
dan penggiling. Maka dari itu kebanyakan alat-alat
tersebut dari tulang sampung dan zaman ini di
sebut dengan kebudayaan tulang sampung
u d a y a a n T o
e b a l a
K FR I T Z & P A U L SARASIN, 189
3-18
96

DI SULAWESI SELATAN BERHASIL DITEMUKAN FLAKE


(SERPIHAN-SERPIHAN) SEHINGGA DIPASTIKAN
KEBUDAYAAN TOALA MERUPAKAN KEBUDAYAAN
MESOLITIKUM SELAMA 3000-1000 MASEHI.
PENELITIAN LEBIH LANJUT DITEMUKAN ALAT FLAKE
YANG TERBUAT DARI OBSIDIAN.

Kebudayaan Kapak
Genggam Sumatra
Di sepanjang pesisir pantai sumatra timur
laut ditemukan peninggalan zaman batu
madya seperti sampah dapur, kapak
genggam sumatra, kapak pendek, batu
penggiling, alu dan lensung batu, pisau
batu. Kebudayaan pebble menyebar ke
nusantara melalui barat, dan kebudayaan
flake melalui timur.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Perkembangan budaya pada zaman ini sudah sangat maju karena


adanya migrasi penduduk proto melayu dari Yunan, Cina Selatan ke
Asia Tenggara termasuk Indonesia membawa kebudayaan kapak
persegi. Kebudayaan Neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan
Indonesia. Alat yang digunakan pada zaman ini sudah sangat halus.

Kapak Persegi
Penamaan ini berasal dari Von Heine Geldern, yaitu kapak berbentuk trapesium atau
persegi panjang dan ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Kapak-kapak tersebut ada
yang dibuat dari batu-batu indah. alat tersebut tidak digunakan sebagai alat bekerja
melainkan menjadi alat lambang kebesaran, jimat, dan alat upacara. Variasi kapak ini
adalah kapak bahu, kapak tangga, kapak atap, kapak biola, dan kapak penarah
Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Kapak Lonjong
penampangnya berbentuk lonjong bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan
tangkai, kemudian atau diikat menyiku. Kapak lonjong yang besar disebut walzenbeil dan
yang kecil disebut keinbeil. Ada pula kapak lonjong yang dibuat lebih indah sebagai alat
upacara. Penemuan kapak lonjong sangat terbatas hanya di Indonesia bagian timur yaitu,
Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, dan Papua. Di Papua kapak lonjong masih
digunakan sebagai menebang kayu, merambah hutan, dan alat barter dan kapak yang lebih
indah disimpan sebagai harta kekayaan dan mas kawin

Gerabah
memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Gerabah ada yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, untuk keperluan upacara,
dan ada pula gerabah yang dibuat indah, baik bentuk maupun hiasannya.
Megalitikum
MENGHASILKAN BANGUNAN MONUMENTAL
YANG TERBUAT DARI BATU BESAR SEBAGAI
SARANA PENGHORMATAN & PEMUJAAN
TERHADAP ARWAH NENEK MOYANG
M e g a l i t i k u m
I N G D ARI BUDAYA MEGAL
R P ENT ITIK UM
T E

1 Menhir yaitu tiang/tugu batu sebagai sarana pemujaan arwah nenek


moyang, tempat memperingati kepala suku yang meninggal, dan
tempat menampung kedatangan roh.

2 Punden Berundak adalah bangunan pemujaan yang


bertingkat-tingkat (berundak-undak).

3 Dolmen adalah meja batu sebagai tempat sesaji. Ada dolmen yang
berkakikan menhir (Pasemah, Sumatra Selatan). Ada pula dolmen yang
digunakan sebagai kubur batu.
M e g a l i t i k u m
G D A R I B UDAYA MEGA
E N T IN LITIK
E R P U M
T

4 Kubur peti batu adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk
persegi panjang dan sisi-sisinya dibuat dari lempengan-lempengan batu, ditemukan
di Kuningan Jawa Barat.

5 Sarkofagus/keranda adalah peti jenazah yang terbentuk seperti palung/lesung,


tetapi mempunyai tutup. Banyak di temukan di Bali, dan sumbawa barat.

6 Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain
yang berbentuk atap rumah. Waruga banyak ditemukan di Minahasa.

7 Arca-arca Megalitik banyak ditemukan di Sumatra Selatan diteliti oleh Von Heine
Geldern. Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang.
Megalitikum
VON HEINE GELDERN MEMBAGI PENYEBARAN KEBUDAYAAN
MEGALITIK KE INDONESIA MENJADI 2, YAITU:

Megalitik Tua
menghasilkan menhir, punden berundak, dan
arca-arca statis, menyebar ke Indonesia
pada Zaman Neolitikum (2500-1500 SM)

Megalitik Muda
menghasilkan kubur peti batu, dolmen, waruga,
sarkofagus dan arca-arca menyebar ke
Nusantara pada Zaman Perunggu (1000-100 SM)
Zaman Logam
Penduduk Nusantara telah mampu mengolah & melebur logam setelah
menerima pengaruh budaya Dongsong (Vietnam) yang menyebar
sekitar tahun 500 SM. Walau alat logam banyak dipakai, alat batu &
gerabah masih tetap digunakan. Kelanjutan tradisi megalitik juga
masih bisa kita temui di beberapa daerah antara lain:

Nias Tana Toraja


banyak dijumpai arca-arca batu berusia banyak menhir yang oleh penduduk setempat
ratusan tahun di halaman rumah penduduk disebut simbuang, wadah kubur kayu, dan liang
yang menggambarkan cikal bakal nenek (tempat penguburan).

Timor, Flores, dll.


moyang yang masih mereka puja.
a s i l K e b u d a y a an
H ZAMAN LOGAM

1 KAPAK CORONG/SEPATU
bagian atasnya berbentuk corong untuk memasukkan tangkai
kayu. banyak ditemukan di Sumsel, Jawa, Bali, Sulteng, Sulsel,
Selayar, Papua. Kapak corong yang satu sisinya memanjang
disebut CANDRASA yang ditemukan di Yogyakarta & Roti. Keduanya
digunakan sebagai tanda kebesaran & alat upacara.

3 NEKARA
genderang besar dari perunggu, berpinggang di tengahnya dan
tertutup di atasnya. ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Roti, Selayar,
dan Kepulauan Kei. Nekara terbesar di Pura Penataran Sasih, Bali
dan nekara kecil disebut Moko/Mako.
Hasil Kebudayaan
ZAMAN LOGAM

BEJANA PERUNGGU ARCA PERUNGGU BENDA PERUNGGU


berbentuk bulat panjang, arca manusia & binatang, cincin, gelang, ujung tombak,
ditemukan di Sumatra & Madura ditemukan di Bangkinang belato, mata pancing, ikat
(Riau) & Limbangan (bogor) pinggang, dll.
Hasil Kebudayaan
ZAMAN LOGAM

BENDA BESI
jumlahnya terbatas, sering ditemukan sebagai bekal
kubur di Wonosari (Jateng) dan Besuki (Jatim). benda
besi yang ditemukan berupa mata kapak, pisau, sabit,
pedang, tombak, gelang, dll.
a s i l K e b u d a y aan
H ZAMAN LOGAM

GERABAH
di zaman logam, ragam hiasnya lebih kaya. ditemukan di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang
(Bogor), Anyer (Jabar), Kalumpang (Sulsel).

A. C. Kruyt & H. R. van Heekeren mencatat bahwa penduduk desa Toraja masih
membuat gerabah dengan cara sederhana yng bergantung pada kemahiran
tangan.
Heekeren & R. P. Soejono mencatat di Desa Beru, pembutan gerabah dilakukan
oleh kaum perempuan turun menurun dan kaum laki-laki hanya membantu
menyiapkan tanah liat.
Di Jawa, Tuban, Bantul, Gunung Tangkil, dan Desa Anjun pembuatan gerabah
secara tradisional menggunakan tatap digabung dengan roda berputar.
Di Gayo, Sumbawa, desa Abare, teluk Humboldt, dan pantai utara Papua
pembuatan gerabah secara tradisional masih menggunakan tatap tanpa roda
berputar.
Thank you for listening!
HAVE A GREAT DAY, GUYS!

Anda mungkin juga menyukai