Anda di halaman 1dari 9

ZAMAN PRAAKSARA

1. Pengertian Zaman Praaksara


Zaman praaksara adalah masa kehidupan
manusia sebelum mengenal tulisan.
Praaksara berasal dari dua kata,
yaitu pra yang artinya sebelum
dan aksara yang berarti tulisan. Praaksara
disebut juga nirleka, nir berarti tanpa
dan leka berarti tulisan. Batas antara
zaman Praaksara dengan zaman sejarah
adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,
sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman
sejarah Gambar berikut:

1. Peninggalan Masa Pra Aksara


Masa Pra-Aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Pra-Aksara memiliki arti
"pra" sebelum dan "aksara" berarti tulisan, selain menggunakan kata pra aksara ada juga yang
menyebut dengan masa nirleka. Kata nirleka memiliki arti "nir" berarti tidak ada dan "leka" berarti
tulisan. Masa praaksara diawali pada masa pleistosen yaitu pada kurun waktu 3.000.000 sampai
10.000 tahun yang lalu sampai manusia mengenal tulisan (masa sejarah). Tetapi walaupun pada masa
itu manusia belum mengenal tulisan mereka telah membuat banyak alat – alat bantu untuk
mempermudah kehidupan mereka. Alat – alat tersebutlah yang sekarang disebut benda– benda
peninggalan pada masa pra – aksara. Benda – benda peninggalan tersebut adalah

A. Zaman Paleolithikum (Batu Tua)


Zaman ini
disebut batu tua
karena alat - alat
yang digunakan
untuk menunjang
kehidupannya
adalah alat - alat
dari batu yang masih kasar atau tanpa di poles. Alat - alatnya pun masih sangat sederhana. Periode

1
ini juga disebut masa berburu dan meramu, manusia masa ini yaitu homo erectus yang terdiri
dari pithecantropus serta homo erectus. Benda – Benda peninggalan pada zaman paleolithikun masih
terbuat dari batu dan Tulang Binatang ,bentuknya masih sangat sederhana,seperti:
 Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu dan tidak memiliki tangkai. Cara menggunakannya adalah dengan
menggenggamnya. Fungsi dari kapak perimbas adalah uuntuk menguliti binatang,memotong
kayu,dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di
Indonesia dan termasuk dalam kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dibuat oleh manusia
puba Pithecantropus.
 Kapak Genggam
Kapak Genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak penetak dan perimbas,namun
bentuknya jauh lebih kecil. Fungsi dari kapak genggam adalah untuk membelah
kayu,menggali umbi – umbian, memotong dagimg hewan buruan, dan keperluan lainnya.
Kapak Genggam ditemukan pada tahun 1935 di Punung ,Kabupaten Pacitan, Jawa Timur oleh
Ralph von Koenigswald
 Flakes
Flakes terbuat dari pecahan – pecahan batu kecil,berfungsi untuk alat penusuk, pemotong
daging, dan sebagai pisau. Flakes banyak ditemukan di Daerah Sangiran,Sragen, Jawa
Tengah. Termasuk kebudayaan Ngandong.
 Perkakas dari Tulang dan TandukPerkakas tulang dan tanduk berfungsi sebagai alat
penusuk,pengorek dan mata tombak. Perkakas dari Tulang dan Tanduk banyak di temukan di
Daerah Ngandong, dekat Ngawi ,Jawa Timur. Alat ini di buat dan digunakan oleh manusia
purba jenis Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

B. Zaman Mesolithikum
Alat – alat pada zaman ini sudah
dihaluskan. Benda – benda
peninggalan pada Zaman
Mesolithikum adalah sebagai berikut :
 Pebble adalah kapak bulat,
terbuat dari batu kali yang
dibelah dua. Kapak jenis ini
banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa(Aceh) dan
Medan.
 Hache Courte (Kapak Pendek)Kapak pendek ini adalah termasuk dalam jenis kapak
genggam dan berbentuk setengah lingkaran. Sama seperti Pebble,Kapak Pendek juag banyak
ditemukan Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.
2
 Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang terdiri dari kulit - kulit kerang dan
siput pada masa Mesolithikum yang tertumpuk selama beribu – ribu tahun sehingga
membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Kjokkenmoddinger banyak
ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.
 Abris Sous Roche adalah gua – gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat
tinggal manusia Purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.
 Lukisan di Dinding Gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan ini menggambarkan
hewan buruan dan cap tangan berwarna merah . Lukisan di dinding gua ditemukan di
Leang Leang, Sulawesi Selatan,di Gua Raha,Pulau Muna,Sulawesi Tenggara, dan di Danau
Sentani,Papua.
C. Zaman Neolithikum
Pada zaman ini manusia mengalami banyak
kemajuan dalam mengahsilkan alat –alat. Walaupun
bahan masih terbuat dari batu,sudah ada sentuhan
manusia dalam pembuatan suatu alat. Benda – benda
tersebut adalah sebagai berikut :
 Kapak Persegi
Kapak persegi terbuat dari batu persegi. Kapak
ini dipergunakan untuk mengerjakan
kayu,menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia kapak persegi banyak
ditemukan di Jawa,Kalimantan Selatan,Sulawesi ,dan Nusa Tenggara.
 Kapak Lonjong
Kapak ini ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Digunakan sebagi cangkul untuk
menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak ini banyak ditemukan di
Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
 Mata Panah
Mata Panah terbuat dari batu yang diasah dengan halus. Gunanya umtuk berburu. Penemuan
mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
 Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya Untuk berbagai keperluan.
 Perhiasan
Masyarakat pada zaman Neolithikum sudah mengenal perhiasan diantaranya berupa
gelang,kalung, dan anting – anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa
Tengah.

 Alat Pemukul Kulit Kayu


Alat ini berfungsi untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan untuk bahan pakaian. Dari
peninggalan ini kita dapa mengetahui bahwa manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.
3
D. Zaman Megalithikum
Megalithikum atau zaman batu besar adalah zaman dimana manusia pra-aksara menggunakan
batu – batu berukuran besar untuk membuat bangunan – bangunan besar yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan kepada roh – roh nenek moyang. Bangunan – Bangunan tersebut adalah sebagai
berikut :
 Menhir
Menhir adalah tugu batu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek
moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
 Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan.Sarkofagus banyak
ditemukan di Bali.
 Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji,tempat penghormatan kepada roh nenek moyang dan
tempat meletakan jenazah.Ditemukan di daerah Bondowoso,Jawa Timur.
 Peti Kubur BatuPeti Kubur batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti
jenazah. Ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
 Waruga
Waruga adalah peti kubur batu baerukuran kecil berbentuk kubus atau bulat. Waruga banyak
ditemukan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
 Arca
Arca adalah Patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia,dan hewan.
Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung ,Jawa Tengah, dan Jawa Tengah.
 Punden Berundak
Punden Berundak – undak adalah tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu
secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

E. Zaman Logam
Kebudayaan perunggu di
Indonesia diperkirakan berasal dari
daerah bernama Dongson di Tonkin,
Vietnam. Kebudayaan Dongson datang
ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di
bawa oleh manusia sub ras Deutro
Melayu (Melayu Muda) yang
mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.

4
 Nekara
Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak
ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.
 Moko
Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko
dianggap sebagai benda keramat dan suci.
 Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak
perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera
Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan
sehar-hari.
 Candrasa
Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa
dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
 Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung
pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
 Manik-manik
Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan
sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi
enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan
Buni.
 Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat
menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini
ditemukan di Sumatera dan Madura.
 Arca PerungguBenda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang
sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang
(Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.

2. Periodisasi Masa Praaksara


Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, perlu terlebih dahulu
mempelajari periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Pembabakan dapat dilakukan secara
geologis, arkeologis, dan perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, tiga pembabakan atau
periodisasi itu;
A. Periodisasi Menurut Geologis
Geologis atau ilmu bumi yakni ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan hal
tersebut, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Menurut ahli geologi,
5
sejarah perkembangan bumi dapat dikelompokan menjadi empat periode zaman, yakni zaman
arkaekum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum.
1) Arkaekum
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 2500 juta tahun. Pada saat itu kulit bumi masih panas
sehingga belum terdapat kehidupan.
2) Palaezoikum
Zaman ini berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti
mikro organisme, ikan, amfibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung. Zaman ini sering
disebut juga zaman primer.
3) Mesozoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 140 juta tahun. Pada zaman ini pertengahan ini, jenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering juga disebut zaman reptil. Zaman ini
sering disebut juga zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan. Setelah berakhirnya zaman ini,
maka muncul kehidupan yang lain, yakni jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah
sekali tingkatannya. Adapun jenis reptilnya mengalami kepunahan.
4) Neozoikum
Zaman ini sering disebut zaman hidup baru yang dapat dibedakan menjadi 2 zaman, yakni;
a) Tersier atau zaman ketiga
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan perkembangan jenis
binatang menyusui seperti kera.
b) Kuartier atau zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman
ini dibagi lagi menjadi 2 zaman, yakni zaman Pleistocen dan Holocen. Zaman Pleistocen atau
Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman
Holocen atau Alluvium berlangsung kira-kira selama 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang
sampai dewasa ini. Pada zaman ini, ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang
memiliki ciri-ciri seperti manusia yang hidup pada zaman modern sekarang.

B. Periodisasi Berdasarkan Arkeologis


Pembabakan zaman praaksara ini berdasarkan pada benda-benda peninggalan yang dihasilkan oleh
manusia. pembabakan zaman praaksara menurut penemuan benda-benda peninggalan adalah sebagai
berikut;
1) Zaman Batu
Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari
batu. Zaman batu dibagi menjadi 3 zaman, yakni;
a) Zaman Batu Tua / Palaeolithikum
zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia
masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden), dan bergantung pada alam. Mereka
6
memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta
menangkap ikan. Cara hidup seperti ini dinamakan food gathering. Jenis peralatan yang digunakan
pada zaman batu tua terbuat dari batu yang masih kasar, seperti kapak genggam (Chopper), kapak
penetak (Chopping tool), peralatan dari tulang dan tanduk binatang, serta alat serpih (flake) yang
digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau
memotong umbi-umbian.

b) Zaman Batu Pertengahan / Mesolithikum


Zaman Batu Pertengahan (Mesolithikum) diperkirakan
berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam. Pada zaman ini,
kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua,
yakni berbutu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan.
Mereka juga sudah mulai hidup menetap di gua, tepi sungai, maupun tepi pantai.
Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolithikum hampir sama dengan alat-alat pada
zaman Palaeolithikum, hanya sudah sedikit dihaluskan. Peralatan yang dihasilkan pada zaman
Mesolithikum, antara lain kapak Sumatera (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat dari batu kali
yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak genggam dengan
ukuran yang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya; alat-alat dari tanduk dan
tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake. Adapun hasil-hasil kebudayaan yang
ditinggalkan manusia purba pada zaman batu pertengahan adalah sebagai berikut;
 Ditemukannya Kjokkenmoddinger, yakni bukit-bukit karang hasil sampah dapur.
 Ditemukannya Abris Sous Roche, yakni gua-gua karang sebagai tempat tinggal.
 Manusia pada zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan
itu berbentuk cap tangan dan babi hutan.
c) Zaman Batu Muda / Neolithikum
Pada zaman batu muda, kehidupan manusia praaksara sudah berangsur-angsur hidup menetap tidak
lagi berpindah-pindah. Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam
meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia
purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food
producing.
Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan
yang berbentuk sangan indah. Peralatan yang diasah pada masa itu adalah kapak lonjong dan kapak
persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat anak panah dan mata tombak
yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.
d) Zaman Batu Besar / Megalithikum
Zaman Batu Besar dibangun atas konsep kepercayaan hubungan antara yang masih hidup dengan
yang sudah mati dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah. Bangunan

7
megalith mulai dibangun pada masa bercocok tanam sampai masa perundagian. Jenis-jenis bangunan
megalith sebagai berikut;
(1) Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan pemujaan para leluhur berupa bangunan bertingkat yang terbuat
dari bebatuan. Di atas bangunan itu biasa didirikan menhir. Bangunan ini banyak dijumpai di Kosala
dan Arca Domas (Banten), Cisolok (Sukabumi), serta Pugungharjo (Lampung).
(2) Menhir
Menhir (men=batu; hir= berdiri) adalah bangunan berupa batu panjang yang didirikan tegak
menjulang sebagai media atau sarana penghormatan, sebagai tempat roh, sekaligus lambang dari
orang yang sudah mati. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi
Tengah.
Dalam upacara pemujaan, menhir juga berfungsi untuk menambatkan hewan kurban. Tempat-tempat
penemuan menhir di Indonesia, yakni Pasemah (Sumatera Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala,
Lebak Bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Ngada (Flores), Belu (Timor), Bada-
Besoha dan Tana Toraja (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan).
(3) Dolmen
Dolmen (dol= meja; men= batu) adalah batu besar dengan permukaan rata. Digunakan sebagai tempat
meletakkan sesaji, pelinggih roh, dan tempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari
leluhurnya. Bangunan ini ditemukan di Pulau Samosir (Sumatera Utara), Pasemah (Sumatera
Selatan), Leles (Jawa Barat), serta Pekauman dan Pakian di Bondowoso (Jawa Timur).
(4) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup. Mayat diletakkan dalam
posisi berbaring meringkuk. Sarkofagus banyak ditemukan di Indonesia terutama di Bondowoso
(Jawa Timur) dan Bali. Pada Sarkofagus sering dipahatkan motif kedok atau topeng dalam berbagai
ekspresi untuk melindungi roh orang yang mati dari gangguan gaib.
(5) Kubur Batu
Kubur batu berbentuk seperti sarkofagus. Akan tetapi, dibuat dari papan-papan batu. Banyak
ditemukan di Pasemah (Sumatera Selatan ) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY).
(6) Arca Batu
Beberapa arca sederhana menggambarkan para leluhur binatang (gajah, kerbau, monyet). Arca batu
ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi. Di Pasemah (Sumatera Selatan)
masyarakat di sekitar mengaitkan arca batu dengan legenda Si Pahit Lidah. Arca batu juga ditemukan
di Batu Raja dan Pager Dewa (Lampung), Kosala, Lebak Sibedug, dan Cisolok (Jawa Barat),
Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), serta Bada-Besoha (Sulawesi Tengah).
(7) Waruga
Waruga berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus, tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat.
Waruga hanya ditemukan di Minahasa. Selain sudah mengenal upacara perkabungan bahasa Melayu

8
austronesia sudah mengenal tradisi pengayuan, fetisisme, dan mutilisi (asah gigi, tindik telinga,
potong rambut, sunat, serta cabut gigi.

2) Zaman Logam
Pada zaman ini sudah berhasil dibuat peralatan hidup dari logam, karena saat itu telah muncul
golongan undagi atau golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu. Pada zaman ini
manusia telah mengenal cara melebur, mencetak, menempa, dan menuang.
Zaman logam dibagii menjadi tiga zaman, yakni zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
Namun di Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yakni zaman perunggu dan zaman besi.
a) Zaman Perunggu
Pasa zaman telah dikenal logam campuran antara tembaga dan timah hitam yang menghasilkan
perunggu. Teknik penuangannya dengan menggunakan cara teknik cetak lilin (a cire perdue). Alat-
alat yang dihasilkan pada zaman ini antara lain; kapak corong (kapak yang menyerupai corong),
nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa.
b) Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman akhir dari masa prasejarah. Alat-alat yang digunakan pada masa ini lebih
sempurna dari zaman sebelumnya. Dengan masuknya zaman besi ini, maka kebudayaan perunggu
telah digantikan dengan zaman besi.
3) Masa Perundagian
Zaman logam merupakan fase terakhir perkembangan peradaban prasejarah. Manusia pendukung
kebudayaan ini adalah ras Austronesia dari daratan Asia. Ciri zaman ini adalah adanya kemampuan
pada masyarakat Indonesia dalam pengolahan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan
bahan dari logam. Meskipun sudah mengenal logam, tidak berarti penggunaan barang-barang dari
batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.
Bahan logam persediaannya masih terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja
yang menggunakan logam. Butuh keahlian tertentu untuk mengolah logam. Terbatasnya penggunaan
bahan dari logam, menunjukkan terbentuknya suatu lapisan sosial. Ada kelompok tertentu yang
mampu memiliki bahan dari logam. Karena bahan dan keahlian membuat logam sangat terbatas, maka
untuk memperoleh barang logam itu orang harus membelinya. Besar kemungkinan pada masa
perundagian ini orang sudah melakukan perdagangan bahan logam. Dengan perdagangan barang dari
logam ini masyarakat sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar.
Bersamaan dengan datangnya migrasi dan percampuran budaya, maka pertanian mengalami kemajuan
pesat. Hal ini juga didorong oleh alat-alat pertanian yang semakin menunjang. Meningkatnya
perkembangan pertanian mendorong penduduk lain untuk bertempat tinggal di perkampungan yang
sama sehingga berkembang menjadi sebuah desa. Di desa-desa inilah kemudian peradaban
perundagian makin dikembangkan. Mereka mulai memproduksi alat-alat pertanian, alat rumah
tangga, dan alat upacara.

Anda mungkin juga menyukai