Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SEJARAH

Masa Berburu dan


Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

“Budaya Mesolitik”

Disusun Oleh:

1. AHMAD AKBAR
2. AULIA AKBAR
3. DIMAS ABDUL AZIZ
4. GIDEON SIDABUTAR

T.A: 2021/2022
M esolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) yaitu
suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, kemudian Paleolitik atau Zaman
Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Pada zaman mesolitikum di Indonesia,
manusia hidup tak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap
ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal kira-kira tetap dan bercocok
tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya bertempat di tepi pantai
(kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan
berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu

1. Ciri-ciri corak ekonomi masyarakat praaksara

Masyarakat praaksara hidup dari berburu


dan meramu. Berburu berarti mencari dan
menangkap binatang buruan seperti banteng,
kerbau liar, rusa, sedangkan meramu berarti
mencari dan mengumpulkan makanan yakni
mencari bahan makanan yang sekiranya enak
dimakan, sepeti umbi-umbian, keladi, dan juga
daun-daunan. Cara hidup dengan cara seperti di
atas disebut sebagai food gathering.Hidup
secara berkelompok. Hidup manusia purba pada
masa itu sangat bergantung dari alam, maka dari itu untuk menghindari bahaya dari binatang
buas, mereka akan hidup bergerombol di tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan
makanan, serta menyediakan air, juga tempat-tempat yang banyak dilalui oleh binatang
buruan. Mereka tinggal di tempat seperti padang rumput, hutan yang berdekatan dengan
sungai. Manusia purba mulai belajar dari alam mereka menyadari bahwa bahan makanan pada
suatu tempat akan habis, maka dari itu mereka akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
yang masih menyediakan banyak bahan makanan. Biasanya mereka memilih gua-gua, tepi
danau, tepi sungai atau bahkan di tepi pantai. Alat untuk mencari, berburu dan meramu bahan
makanan. Manusia praaksara sudah bisa menggunakan alat bantu sederhana dalam
mengumpulkan makanan. Alat bantu itu terbuat dari batu yang diasah sederhana, tulang,
ataupun kayu.

Bagaimanakah asal-usul manusia purba?

Salah satu periode zaman prasejarah, yaitu zaman batu di mana manusia masih
menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari – harinya. Zaman mesolitikum sendiri
disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen sekitar 10. 000 tahun yang
lalu. Apabila dibandingkan dengan zaman batu sebelumnya, pada zaman ini manusia mulai
mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil.
Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa
mengembangkan kebudayaannya. Setelah mereka berhasil melewati proses evolusi dan
mencapai taraf manusia modern, mereka kemudian bermigrasi dan menyebar keseluruh benua
yang ada di bumi. Teori yunan menyatakan bahwa manusia purba yang menjadi nenek moyang
bangsa indonesia berasal dari daerah yunan, cina bagian selatan.

Penyebutan zaman batu tengah/madya moselitikum. Menunjukkan dua periode ,


periode 1 Pada periode ini, sudah terdapat teknik pembuatan alat, tetapi masih sangat
sederhana dan kasar. priode 2 merupakan masa peralihan zaman batu ke tua.

2. Manusia pendukung

Kebudayaan zaman Mesolitikum meninggalkan jejak di Sumatra, Jawa, Kalimanta,


Sulawesi, dan Flores. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kebudayaan Mesolitikum
meluas ke berbagai tempat di Indonesia. Pendukung kebudayaan zaman batu tengah adalah
Homo sapiens. Manusia purba jenis homo sapines di nusantara adalah ras pendatang baru yaitu
ras Australomelanesoid dan ras mongoloid peninggalan zaman Mesolitikum yang sangat
terkenal adalah adanya kebudayaan kjokkenmoddinger dan berkembangnya abris sous roche.

Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur atau sampah makanan dari manusia purba di
zaman Mesolitikum yang merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung
sementara abris sous roche adalah jenis kebudayaan manusia purba yang tinggal di gua-gua.

3. Pendukung corak ekonomis

Pada masa itu, manusia purba belum mengenal cara bercocok tanam. Mereka sangat
bergantung pada alam yang tersedia. Segala yang terdapat disekitar, diambil dan dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Alat kehidupan yang digunakan pada masa mengumpulkan
makanan berupa: Kapak perimbas (chopper), kapak perimbas sejenis kapak batu yang
digenggam dan tidak bertangkai. Alat serpih, terbuat dari tulang atau tanduk rusa. Fungsi alat
ini yaitu untuk penusuk, alat melubangi (gurdi), dan sebagai pisau. Biasanya untuk mengorek
ubi atau keladi dari dalam tanah dan juga menangkap ikan. Kehidupan manusia pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan kebanyakan di gua-gua dekat sungai. Gua yang
digunakan adalah gua yang bagian atasnya terlindungi oleh karang.

Api ditemukan lebih dari 250.000 tahun yang lalu. Manusia pengguna api pertama hidup
di Afrika. Kemudian mereka menyebar ke Asia dan Eropa dimana musim dingin sangatlah
dingin. Ribuan tahun kemudian, mereka menemukan cara untuk membuat percikan api.
Percikan api ini muncul dengan cara memukul baja pada batu api.
Manusia zaman batu menemukan api saat petir menyambar dan muncul api. Dengan
menggunakan api membuat suhu gua tempat manusia purba tinggal tidak terpengaruh oleh
perubahan cuaca di luar. Gua mereka tetap hangat dan nyaman. Selain itu, api dapat
melindungi mereka dari bahaya binatang-binatang buas dan memberikan penerangan sehingga
gua mereka menjadi terang ketika malam tiba.

4. Macam-macam benda budaya yang dapat dijumpai

a. Kapak pendek (hachecourt)

Kapak pendek juga ditemukan oleh Von Stein Callenfels ketika


sedang meneliti Kjokkenmoddinger. Bentuknya lebih pendek di
banding kapak Sumatera, sehingga dinamai kapak pendek.
Berfungsi untuk memotong buah atau daging yang ada di hutan,
membelah kayu yang berada di hutan, mencukil tanah untuk
dapat mengambil makanan yang berada di tanah.

b. Batu pipisan

Ditemukan di Jawa menjadi tanda bahwa manusia Zaman


Mesolitikum telah menumbuk makanan mereka.
Peninggalan ini berupa sejenis alat penggiling yang
memiliki landasan. Selain itu, batu pipisan juga dipakai
untuk menghaluskan cat-cat merah yang berasal dari
tanah. Cara penggunaannya adalah benda yang akan di
haluskan diletakkan pada batu pipisan, kemudian digiling dengan batu giling yang digunakan
secara horisontal

c. Kapak genggam

Kapak genggam adalah sebuah batu yang mirip dengan kapak,


tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan
cara menggenggam. Pada 1925, Von Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit kerang yang berada di
sepanjang pantai timur Sumatera. Dari lokasi tersebut,
ditemukan kapak genggam yang berbeda dari chopper di
periode Paleolitikum. Kapak genggam tersebut kemudian
diberi nama pebble, atau dikenal sebagai kapak Sumatera.
Pebble terbuat dari batu kali yang pecah dan sisi luarnya dibiarkan kasar, sementara bagian
dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan pemakainya.

d. Alat tulang (pebble)

Alat tulang banyak ditemukan di Jawa Timur. Arkeolog L.J.C


van Es berjasa menemukan alat-alat ini. Adapun temuan
alat-alat tulang yang terkenal di Jawa iala di Gua Lawa
dekat Sampung (Jawa Timur).

e. Serpih-serpih (Flakes)

banyak dijumpai di gua gua sulawesi selatan seperti


leang karrasa dan pulau NTT

Anda mungkin juga menyukai