Anda di halaman 1dari 12

DINASTI SUNG (960 - 1268)

Dinasti Sung adalah salah satu dinasti yang memerintah di China antara tahun 660 M
sampai dengan tahun 1279 M sebelum Cina diinovasi dengan bangsa Mongol. Dinasti ini
merupakan pemerintah pertama di dunia yang mencetak uang kertas dan merupakan dinasti
China pertama yang mendirikan angkatan laut. Untuk pertama kalinya pula, pada periode
pemerintahan Dinasti Sung menggunakan bubuk mesiu dalam peperangan dan kompas untuk
penentu arah mata angin.

Pendiri Dinasti Sung adalah Chao Kuang Yin, dengan gelar Sung T’ai Tsu. Kehidupan
sosial semasa Dinasti Sung di bilang cukup modern di banding Dinasti sebelumnya. Banyak
masyarakat saling berkumpul untuk memamerkan dan memperdagangkan karya-karya seni
berharga, masyarakat saling berkumpul dalam festival-festival publik dan klub-klub privat,
dan di kota-kota terdapat daerah perempatan hiburan yang semarak. Penyebaran ilmu dan
literatur didorong oleh penemuan teknik percetakan blok kayu yang telah ada dan penemuan
percetakan bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika, dan ilmu teknik
pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Sung.

Dinasti ini kerap sekali mendapat gangguan dari bangsa-bangsa di perbatasan, seperti
bangsa K’itan (di sebelah Utara), bangsa Jurchen (di Mancurua) dan bangsa Mongol (di
Mongolia). Karena gangguan tersebut maka Dinasti Sung terpecah menjadi dua bagian yaitu
Sung Utara dengan ibukota Pien atau K’aifeng (960-1127 M) dan Sung Selatan dengan
ibukota Nanking (1127-1279 M).

1. Sung Utara (960-1127)

Sung Utara ibukotanya terletak di kota Kaifeng (sekarang Beijing ) dan dinasti ini
mengontrol kebanyakan daerah Cina dalam. Seperti yang sudah di jelaskan di pembahasan
sebelumnya bahwa Kaisar pertama yang memimpin Dinasti Sung yaitu Kaisar T’ai Tsu (960-
967 M). T’ai Tsu menyatukan China dengan menaklukkan berbagai daerah-daerah kekuasaan
semasa pemerintahannya dan mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti dan Sepuluh
Negara.

Berakhirnya Sung Utara

Dari awal berdirinya Dinasti Sung oleh T’ai Tsu, Dinasti Sung secara bergantian terlibat
dalam peperangan dan hubungan diplomasi dengan bangsa Khitan dari kerajaan Liao di
Timur Laut dan bangsa Tangut dari Dinasti His-hsia di Tibet. Dinasti Sung menggunakan
kekuatan militer dalam usahanya menumpas Dinasti Liao dan merebut kembali Enam belas
Prefektur, daerah kekuasaan Khitan yang dianggap sebagai bagian dari Cina. Namun, tentara
Sung berhasil didesak oleh tentara Liao yang terlibat dalam kampanye perang agresif selama
bertahun-tahun di daerah utara Sung. Dinasti Sung akhirnya mengalami suatu kelemahan
ekonomi yang diakibatkan karena adanya sistem pembelian, lewat perjanjian perdamaian
dengan membayar upeti seperti di atas. Dalam masa kelemahan Dinasti Sung yang
dikarenakan pembayaran upeti –upeti kepada bangsa K’itan dan bangsa Tangut tersebut,
muncullah Wang An Shih (1021-1085). Wang An Shih bercita-cita mengadakan suatu
pembaharuan sosial. konsep pembaharuan Wang An Shih antara lain adalah :

a. Diadakannya pajak perdagangan untuk mengisi kas negara. Dengan demikian maksud
monopoli perdagangan bagi pemerintah ini mendapat tantangan dari para pedagang.
b. Membuat rencana “Tunas Hijau” dengan jalan memberikan kredit kepada petani-
petani kecil dengan bunga 20% setahun, padahal di luar bunga tersebut mencapai
50%.
c. Menghapus rodi dan diganti pajak perkepala yang dikenakan seluruh penduduk.
d. Mengorganisir kembali sistem militer dan kewajiban masuk milisi serta dibentuk
penjagaan kampung yang disebut “Pao Chia”, yaitu dimana setiap keluarga harus
mengirimkan seorang ank untuk menjaga kampung (ronda). Sistem “Pao Chia” diikuti
dengan peraturan Pao Ma yaitu pemeliharaan kuda-kuda untuk keperluan perang. Hal
ini dilakukan untuk memperbaiki sistem kaliveri. Untuk itu ditunjuk keluarga-
keluarga tertentu yang diberi tugas untuk kepentingan angkatan perang.

Keadaan Dinasti Sung yang sangat lemah tersebut memberikan suatu kesempatan bagi
bangsa-bangsa lain untuk memperkuat diri. Dan munculah Kerajaan Chin (1115-1234 M)
yang didirikan oleh bangsa Jurchen di Manchuria, yang kemudian disebut sebagai bangsa
Chin. Pada mulanya bangsa Chin diterima sebagai sekutu Dinasti Sung untuk menghadapi
bangsa K’itan sehingga Kerajaan Liao berhasil dihancurkan oleh bangsa Chin pada tahun
1124 M. setelah bangsa K’itan berhasil dikalahkan, bangsa Chin berusaha mengambil
kekuasaan Dinasti Sung dengan mengadakan penyerangan terhadap Dinasti Sung. Kemudian
bangsa Sung mengadakan perdamaian dengan bangsa Chin (1126 M). Dinasti Sung harus
membayar ganti rugi 5 juta ons emas, 50 ons perak, 10.000 ekor sapi dan kuda dan 1 juta
gulung sutera. Namun, Sung Chin Tsung membatalkan perdamaian tersebut dan melanjutkan
peperangan. Dan akhirnya bangsa Chin berhasil menghancurkan kota Kaifeng pada 1127 M,
dan akhirnya Dinasti Sung Utara runtuh.

2. Sung Selatan (1127-1276 M)

Berakhirnya Dinasti Sung Utara bukan berarti bahwa Dinasti Sung Selatan telah runtuh
juga. Hal ini disebabkan oleh putera dari Kaisar Sung Hui Tsung yang memimpin orang-
orang Sung yang berada di sebelah selatan berhasil menghimpun Nanking sebagai pusat
Dinasti Sung Selatan. Mulainya masa Sung selatan terjadi pada saat putera Kaisar Sung Hui
Tsung yang bernama Sung Kao Tsung naik takhta menjadi kaisar (1127-1276 M). Bangsa
Chin yang telah menghancurkan Dinasti Sung Selatan tidak berhenti begitu saja, mereka tetap
melakukan penyerangan ke selatan hingga lembah Yangtse Kiang.

Kaisar Kedua dari Dinasti Sung yaitu Sung T’ai Tsung dari periode 976 sampai dengan
998 M. ia meneruskan cita-cita dari kaisar pertama yaitu Kaisar T’ai Tsu. Ia berhasil
menaklukkan Hangchow. Pada masa pemerintahan Sung T’ai Tsung juga sering
mendapatkan gangguan dari bangsa K’itan dan pada masa pemerintahannya bangsa K’itan
menjadi semakin kuat. Bangsa K’itan berhasil mendirikan kerajaan Liao (907-1124 M).
Dinasti Sung tidak pernah bisa menakhlukan bangsa tersebut, bahkan pada masa kaisar ketiga
yaitu Sung Chen Sung (998-1023 M).

Runtuhnya Dinasti Sung Selatan

Selanjutnya terjadi suatu perdamaian antara Dinasti Sung dan Kerajaan Chin (1141
M) yang didalamnya ditetapkan suatu persetujuan bahwa daerah perbatasan antara keduanya
yaitu terletak antara Sungai Yangtse dan Sungai Kuning. Selain itu Dinasti Sung harus
menyerahkan upeti kepada Chin sebesar 250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera.
Namun, sama seperti yang terjadi dimasa sebelumnya bahwa biarpun terdapat suatu
perdamaian tetapi permusuhan tetap terjadi. Ketika terjadi permusuhan antara Dinasti Sung
dan bangsa Chin muncul kekuatan baru di Utara yaitu bangsa Mongol. Bangsa Mongol mulai
kuat ketika dipimpin oleh Jengis Khan (Temuchin). Dibawah pimpinannya kekuasaan bangsa
Mongol semakin luas sampai ke beberapa daerah di Cina Utara, Turkistan Timur, Lembah
Oxus, lembah Indus bagian Hulu, daerah Persia dan Eropa di ujung tenggara. Setelah Jengis
Khan meninggal maka kekuasaan turun ke cucunya yang bernama Ogodai. Pada 1241 M
Ogodai meninggal dunia untuk sementara waktu ekspansi bangsa Mongol dihentikan sampai
bangsa Mongol mendapatkan pemimpin yang kuat yaitu Kublai Khan. Setelah terjadi
pertempuran selama 5 tahun (1268-1273 M), bangsa Mongol berhasil mengalahkan Dinasti
Sung. Pusat pemerintahan Dinasti Sung Selatan yaitu Hanchow berhasil dikuasai bangsa
Mongol. Pada tahun 1277 M sebagian keluarga Sung melarikan diri ke selatan dan
mendirikan pertahanan di Canton, namun sayang Caton berhasil di taklukkan. Dinasti sung
yang terakhir berada di Kwangtung juga berhasil di hancurkan bangsa Mongol pada 1279 M.
Akhirnya bangsa Mongol berhasil menguasai seluruh wilayah China.

Pemerintahan

Semasa periode Dinasti Song, terdapat perhatian dan tekanan yang lebih luas terhadap
sistem perekrutan pegawai sipil yang didasarkan pada ujian kerajaan. Hal ini bertujuan untuk
menyeleksi orang-orang yang paling pantas dalam pemerintahan. Pada awal berdirinya
dinasti, jabatan-jabatan pemerintahan secara disproporsional dipegang oleh dua kelompok elit
sosial, yaitu kelompok elit yang memiliki hubungan dengan Kaisar dan kelompok elit
profesional yang menggunkan status klan, koneksi keluarga, dan perkawinan untuk
mengamankan posisi jabatan. Pada akhir abad ke-11, kedua kelompok elit tersebut perlahan-
lahan menghilang dan digantikan oleh berbagai keluarga Shenshi . Pada zaman Dinasti Song,
pemerintah melepaskan peranannya dalam meregulasi perdagangan dan sebaliknya
bergantung pada anggota shenshi untuk mengerjakan tugas-tugas yang diperlukan dalam
komunitas lokal. Golongan shenshi berbeda dari masyarakat lain karena hasrat intelektual dan
pengoleksian barang kuno mereka, sementara rumah-rumah tuan tanah yang penting menarik
perhatian berbagai macam orang istana, termasuk pengrajin, seniman, guru, dan penghibur.
Meski diremehkan oleh pejabat elit yang lulus ujian, perdagangan tetap menjadi salah satu
unsur yang penting dalam budaya dan masyarakat Song. Pejabat dan ahli akan dianggap
remeh oleh rekannya jika ia mencoba mencari uang selain dari gaji resminya; namun, tetap
banyak pejabat dan ahli yang berdagang lewat agen perantara.
Sosial dan Kebudayaan

Zaman pemerintahan Dinasti Sung merupakan periode organisasi sosial dan


administrasi yang maju dan rumit. Beberapa kota terbesar di dunia pada saat itu berada di
Tiongkok, dengan Kaifeng dan Hangzhou berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Sebagian
besar masyarakat Sung ialah bertani.

Ekonomi

Ekonomi Dinasti Sung merupakan salah satu yang paling sejahtera dan maju pada
abad pertengahan. Dinasti Sung menanamkan modalnya dalam perseroan terbatas dan perahu
layar saat keuntungan dari perdagangan luar negeri dan domestik di sepanjang Terusan Besar
Cina dan Sungai Yangtze diperoleh. Ekonomi Sung mampu memproduksi lebih dari seratus
juta kilogram (bernilai sekitar dua ratus juta pound) besi setiap tahunnya. Penggundulan hutan
besar-besaran di Tiongkok berhasil dihentikan dengan adanya inovasi penggunaan batu bara
daripada arang di tempat peleburan pada abad ke-11. Kekuatan ekonomi Dinasti Sung sangat
memengaruhi oleh ekonomi asing. Al-Idrisi dari Maroko pada tahun 1154 menulis kegagahan
kapal pedagang Cina di Samudra Hindia dan perjalanan tahunan mereka yang membawa besi,
pedang, sutra, beludru, porselen, dan berbagai macam tekstik ke tempat seperti Aden
(Yemen), Sungai Indus, dan Efrat (kini Irak). Sebaliknya, orang asing juga memengaruhi
ekonomi Cina. Misalnya, banyak orang Muslim dari Asia Barat dan Tengah yang datang ke
Tiongkok untuk berdagang, dan berperan penting dalam ekspor-impor, sementara beberapa di
antaranya bahkan ditunjuk sebagai pejabat yang bertugas mengawasi urusan ekonomi.

Kepercayaan

Pada periode Dinasti Sung, agama memiliki peranan yang penting terhadap kehidupan
sehari-hari masyarakat Tionghoa dan literatur-literatur bertopik spiritual sangatlah populer.
Dewa-dewi Taoisme, Buddhisme, dan Kepercayaan tradisional Tionghoa, beserta roh-roh
leluhur disembah dengan memberikan sesajian. Tansen Sen menyatakan bahwa lebih banyak
Bhikkhu dari India yang berkunjung ke Tiongkok semasa Dinasti Sung daripada semasa
Dinasti Tang (618–907).Dengan banyaknya pendatang asing yang berkunjung ke Tiongkok
untuk berdagang ataupun berimigrasi tinggal di sana, berbagai agama-agama asing juga
masuk ke Tiongkok. Bangsa-bangsa asing yang ada di Tiongkok pada saat itu meliputi
bangsa Timur Tengah yang beragama muslim, Yahudi Kaifeng, dan bangsa Persia yang
beragama Manisme.
DINASTI MONGOL/YUAN (1271-1368)

Dinasti Yuan merupakan Dinasti pertama yang didirikan oleh Kubilai Khan dengan
gelar Yuan Shi Chou (1260-1293 M) dan juga merupakan satu-satunya Dinasti dalam sejarah
China yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh
wilayah daratan China hingga sampai ke Wilayah Asia Barat.

Untuk memperkuat kekuasaannya di dalam negeri (Wilayah China), Dinasti Yuan


membagi warga negaranya menjadi 4 level, yaitu Suku Mongol, Se Mu Ren, Suku Han Utara
dan Suku Han Selatan. Dalam kebijakan pembagian level ini, Suku Han merupakan Suku
yang paling rendah dalam Dinasti Yuan. Oleh karena itu, saat pemerintahaan Dinasti Yuan,
banyak mengalami perlawanan dari Suku Han tetapi setiap perlawanan maupun
pemberontakan dapat dibasmi oleh Militer Dinasti Yuan.

Setelah menguasai seluruh wilayah China, Kaisar Yuan Shi Chou (Kubilai Khan)
masih terus melakukan invasi-invasi militer untuk memperluas wilayah kekuasaan. Kaisar
Yuan Shi Zu melakukan 2 kali invasi militer ke Jepang, Vietnam dan Myanmar.

Kubilai Khan merupakan seorang imperalis , tapi dalam politik luar negerinya ia mengalami
kegagalan. Kegagalan melaksanakan cita-cita imperalismenya yaitu;

1. Ekspansinya ke Jepang, duakali Kubilai Khan mengirim ekspedisi ke Jepang (1274


dan 1281 M). keduanya mengalami kegagalan dikarenakan terkena angin topan.
2. Ekspedisinya ke Birma dan Vietnam, juga tidak berhasil.
3. Usaha untuk menanamkan pengaruhnya terhadap Kerajaan Singasari di Jawa juga
mengalami kegagalan.

Dari hal tersebut menunjukkan bahwa Kubilai Khan bukan seorang negarawan melainkan
seorang imperalis tanpa perhitungan strategi yang matang. Daerah yang luas yang dimilikinya
bukan merupakan hasil usahanya sendiri melainkan warisan dari pembentuk emporium
Mongol yakni Jengis Khan.

Runtuhnya Dinasti Yuan

Pada 1294 M Kubilai Khan meninggal dunia, sesudah itu tidak ada satupun kaisar-
kaisar bangsa Mongol yang kuat. Dinasti Yuan mengalami perebutan kekuasaan Kekaisaran
yang luar biasa, hanya dalam waktu 25 tahun (tahun 1308-1333 M), Dinasti Yuan terjadi
pergantian Kaisar sebanyak 8 orang yaitu Kaisar Wu Zong, Ren Zong, Ying Zong, Tai Ding,
Tian Shun, Wen Zong, Ming Zong dan Ning Zong. Tahun 1333-1368 M, Kaisar Shun Ti naik
tahta menggantikan adiknya Ning Zong menjadi Kaisar Perebutan takhta tersebut
menyebabkan bangsa Mongol mengalami kemunduraan dan banyak daerah-daerah
kekuasaannya melepaskan diri.

Dalam kondisi yang sedemikian rupa muncullah pemberontakan besar oleh Jenderal
Chung Yuan Chang pada 1356 M yang akhirnya berhasil menguasai Nanking dan daerah-
daerah selatan. Dan pada tahun 1358 M ia berhasil menghancurkan kekuasaan Dinasti Yuan
di Peking. Dinasti Yuan pun hancur dan berdirilah Dinasti baru yaitu Dinasti Ming.

Pemerintahan

Pada tahun 1313 sistem ujian Negara di pulihkan kembali meskipun dalam bidang
pemerintahan terdapat sisitem pembagian rakyat dan terbagi ke dalam empat tingkatan
yaitu:

1. Tingkatan pertama adalah bangsanya sendiri


2. Tingkatan kedua adalah bangsa asing oaring barat ( semu ) yakni orang – orang Turki,
Tibet dan bangsa – bangsa lain di Asia Tengah
3. Tingkatan ke tiga adalah bangsa Tionghoa di utara yang dulu menjadi rakyat kerajaan
China ( dari bangsa Jurchen )

Tingkatan ke empat adalah orang – orang Tionghoa yang pernah menjadi rakyat Sung di
selatan dan menjadi bangsa yang paling keras melawan Mongol.Orang – oprang Tionghoa ini
mula – mula tidak diperkenankan mengikuti ujian Negara ketika diperbolehkan pun mereka
tetap dipisahkan dengan keras dari orang – orang yang berada di tingkatan pertama dan kedua
. Secara garis besar Kerajaan mongol mengadakan perbedaan bangsa dengan rakyat terutama
dengan orang – orang yang pernah melawannya akan diperlakuakan dengan keras. Meskipun
begitu sebagian pegawai pamong praja adalah orang – orang Tionghoa. Pada masa
pemerintahan Kubilai Khan banyak terjadi pemberontakan karena dia dianggap trouble maker
bagi kehancuran wilayah Cina.
Rakyat sangat menderita pada saat Dinasty yuan berkuasa dengan adanya klasifikasi
masyarakat yang terjadi dengan bangsa cina mendapat kedudukan terbawah membuat rakyat
cina tidak bisa bersosialisasi, rakyat cina tidak di ijinkan mengikuti ujian Negara dan mereka
tidak di tempatkan pada posisi-posisi tinggi di pemerintahan, pemerintahan di isi oleh orang-
orang asing dan Uighur. Pembangunan ibu kota KhanBalik yang membutuhkan tenaga
banyak ternya sangat membebani kehidupan rakyat cina, para petani meninggalkan tanah-
tanahnya dan dikuasai oleh kaum Gentry. Karena sarjana cina banyak yang mengganggur
akibat kebijakan pemerintah akhirnya banyak sarjana cina yang menjadi penulis sastra cina
dengan bahasa sehari-hari. Ada juga kebijakan melarang perkawinan campuran dan peraturan
cara menulis dengan cara menulis dengan cara mereka sendiri.

Sosial dan Kebudayaan

Suku Mongol merupakan Suku yang suka mengembara dan peternak sehingga
produktivitas akan bahan pangan sangat rendah. Untuk merubah kondisi tersebut serta untuk
meningkatkan produktivitas, mulai dari pemerintahan Kubilai Khan, Dinasti Yuan selalu
fokus pada pengembangan sektor pertanian sehingga pertanian dapat berkembang dengan
pesat pada Dinasti Yuan. Karena wilayah kekuasan Dinasti Yuan yang luas mencakup Asia
Eropa, pertukaran teknologi, perdagangan dan kerajian tangan juga berkembang dengan
pesat. Perdagangan di Dinasti Yuan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini
dikarenakan meningkatnya penggunaan uang kertas dan transportasi sungai/laut. Pada saat
itu, Dinasti Yuan merupakan salah satu Negara yang termakmur di dunia.

Ekonomi

Perkembangan ekonomi tidak diganggu oleh pendudukan Mongol tetapi justru


mendapat kemudahan dengan adanya dorongan perdagangan bebas dan keamanan di seluruh
Negara Mongol. Dengan diperluas dan di perbaikan saluran besar yang di buat dalam zaman
Sui ( 589 – 618 ) mempermudah pengangkutan bahan pokok seperti beras dari Hangchow ke
istana di Cambaluc ( peking). Namun keadaan ekonomi pada masa Shun Ti atau Tohan
Temur ( 1333 – 1368 ) mengalami penurunan dan kekacauan dengan adanya inflasi uang
yang disebabkan orang – orang Mongol terus – menerus mencetak uang untuk mengisi kas
mereka. Banjir yang disebabkan oleh sungai Kuning membanjiri gili- gili padi hingga
menyebabkan kelaparan karena tidak ditangani.

Kubilai Khan melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahterahan negaranya yaitu


antara lain:

1. Mengadakan pengawasan keliling, dengan maksud mengetahui kondisi dan situasi


rumah.
2. Berusaha memajukan pendidikan.
3. Mendirikan lumbung-lumbung umum.
4. Mendirikan rumah-rumah/tempat-tempat penampungan orang sakit, lanjut usia dan
yatim piatu.

Kepercayaan

1. Buddhisme dan Daoisme

Perselisihan antara Buddhisme dengan Daoisme , dimana Genghis Khan harus turun
tangan untuk menyelesaikannya. Sebelum mengenal Buddhisme, para penguasa mongol lebih
dahulu tertarik pada Daoisme. Genghis Khan yang kagum dengan ajarannya lalu mengangkat
Qui Chuji sebagai pemimpin tertinggi Daois dan juga agama-agama lain termasuk
Buddhisme. Mereka mengembangkan doktrin yang menyatakan bahwa Buddhisme hanyalah
salah satu dari 81 penjelmaan Laozi (Bashiyibuatu) sehingga Daois dianggap lebih tinggi.
Setelah Qui Chuji meninggal, perseteruan makin menjadi-jadi, kemudian Mangu Khan
memanggil mereka untuk meyelesaikan permasalahan, karena gagal menjawab pertanyaan
kaum Daois dianggap kalah. Pihak Buddhis menuntut umat Daois karena telah merampah
dan menghancurkan patung-patung mereka. Pada tahun 1280, umat Daois membakar vihara
mereka sendiri dan menuduh bahwa umat Buddha lah pelakunya. Penipuan itu pun segera
terbongkar dan pengagasnya dijatuhkan hukuman mati. Dan kemudian kaisar-kaisa mongol
menjadi penganut Buddhisme. Mereka tertarik pada Buddhisme Tibet (Lamaisme).
2. Islam

Semasa pemerintahan Kublai Khan didirikan akadem Islam atas usulan pejabat
tingginya yang beragama islam .

3. Kristen

Paus beberapa kali menyuruh utusannya ke China untuk menyebarkan agama disana. Dua
tahun kemudian ia kembali lagi tanpa membawa kemajuan. Selanjutnya, Paus Nicholas ingin
mengadakan hubungan dengan bangsa mongol, sehingga ia mengirimkan rohaniwan katolik
bernama Giovanni de Monte Corvino. Ia berkarya selama 42 tahun. Selama berkarya di
China ia telah menterjemahkan perjanjian baru dan kitab mazmur kedalam bahasa Mongol
serta mengkristenkan 30.000 orang.
DINASTI MING (1368 – 1644 M)

Dinasti Ming adalah dinasti Cina asli, dinasti ini didirikan oleh etnis Cina asli. Chu
Yuan Chang sebagai pendiri Dinasti Ming berasal dari rakyat biasa (petani rendahan); tetapi
hidupnya diisi dengan hidup di biara Buddhis. Setelah menjadi Kaisar, Chu Yuan Chang
menggunakan gelar Ming t’ui tsu, ia juga terkenal dengan nama Hung Wu yang memegang
pemerintahan pada sekitar tahun 1368 – 1398 M, dengan Nangking sebagai pusat
pemerintahannya. Istilah Ming berarti “brilliant” atau “glaorious” atau cemerlang (Nio You
Lan, 1952). Pada 1372 M, Hung Wu berhasil meluluhlantakkan Kota Karakorum yang
merupakan pusat kekuasaan bangsa Mongol. Hung Wu berusaha untuk menciptakan
ketertiban negerinya yang ketika itu masih kacau. Ia mengusir sisa – sia pasukan Mongol di
China.

Kaisar pertama dinasti Ming, Ming Taizu, pada awalnya tidak ditakdirkan hidup
sebagai keluarga kerajaan. Lahir dalam suatu keluarga petani Tiongkok, dan bernama Zhu
Yuanzhang, ia tadinya ingin hidup sebagai seorang biksu Buddha. Tapi, karena dinasti Yuan
dalam pimpinan Mongol melemah di tengah-tengah persaingan internal, Zhu bergabung
dengan pemberontakan yang muncul dan tidak lama lalu menjadi pemimpin tentara yang
kuat.

Pada 1368, beberapa tahun setelah pasukannya menaklukkan Nanjing, Zhu


menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan dinasti Ming, mengembalikan etnis Han
memerintah di Tiongkok. Selama dua abad berikutnya, pengaruh regional dan global
Tiongkok meningkat, tiga dari empat sastra klasik Tiongkok ditulis, dan istana-istana megah
dari Kota Terlarang dibangun.

Dinasti Ming mencapai puncaknya pada masa pemerintahan kaisar ketiga, Ming Chengzu
(1403-1424). Ia memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beijing, unggul sebagai ahli strategi
militer, membangun Kota Terlarang, dan membuat kontribusi penting untuk eksplorasi global
dan sastra. Ming Chengzu memperoleh nama Yongle, yang berarti "kebahagiaan abadi."
Gelar ini mencerminkan kemakmuran jamannya dan prestasi budaya serta militer yang
menjadi rival dari orang-orang dari Han besar dan dinasti Tang.

Salah satu kontribusi Ming Chengzu untuk budaya Tiongkok adalah penyelesaian
Encyclopedia Yongle, isinya yang luas meliputi subyek-subyek mulai dari astronomi sampai
ke kedokteran hingga ke teori yin-yang. Teks yang diselesaikan melebihi 3,7 miliar kata, dan
karya-karya kuno yang dibakukan yang tak terhitung jumlahnya, meskipun saat ini hanya
bagian-bagian terpilih darinya yang masih ada.

Runtuhnya Dinasti Ming

Proses keruntuhan dinasti ming ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
melatarbelakanginya. Sebagai berikut disajikan beberapa faktor yang mempengaruhi
keruntuhan dan berakhirnya dinasti Ming :
1. Perang Imjin : Invasi kaum samurai
Pada akhir abad ke-16, dinasti Ming (1368-1644) sudah berkuasa selama 200 tahun
lebih. China baru saja menghadapi ancaman invasi jepang ke Korea. Toyotomi Hideyoshi
(waliraja di jepang) berhasil menyatukan para daimyo besar di jepang dan mengakhiri masa
negara berperang yang telah mengacaukan Jepang selama 100 tahun erbit dan dianugrahi
gelar Kamapku oleh kaisar Jepang. Ambisi terbesarnya adalah menaklukkan China yang
merupakan Kerajaan besar pada masanya. Ia berencana menaklukkan china melalui
penaklukan terhadap korea. Korea dijadikan batu lompatan dalam mengalahkan china yang
berada di sebelah barat jepang. Menghadapi invasi dari jepang di korea, china mengirim
pasukan darat dan laut untuk menghalau pasukan dari jepang. Meletuslah perang imjin
(invasi prematur dari jepang) yang berlangsung selama tahun 1592-1598. Saat toyotomi
hideyoshi wafat, pasukan samurai terpaksa mundur untuk mempersiapkan sksesi berdarah
dalam merebut supremasi tertinggi di Jepang dan melepaskan diri dari dinasti Ming dan
Joseon di Korea merayakan kemenangan mereka.
2. Kesulitan keuangan dan logistik
Setelah mengalami kemenangan yang mahal, dinasti Ming mulai kesulitan finansial,
jalur perdagangan perak terganggu karena perang sehingga china kekurangan alat tukar.
Selain daripada itu, china mengalami masa dimana cuaca buruk. Kekeringan yang panjang
dan musim dingin yang panjang membuat kegagalan panen di bidang pertanian. Hal ini
memperburuk citra dinasti Ming kepada rakyatnya.
3. Campur tangan kasim
Kasim merupakan sebutan bagi pria pelayan istana yang dikebiri.i[3]Beberapa kasus
terjadi karena keikutsertaan kasim dalam perkara pemerintahan, hal ini sudah diantisipasi
oleh kaisar Yongle dengan memperblehkan kasim Zheng He. Namun, keikutsertaan kasim
yang tidak cakap dalam urusan pemerintahan membuat dinasti Ming menuju ambang
kehancurannya. Ketika Wei zhingxia (kasim) yang memanfaatkan kedekatannya dengan
kaisar Tianqi untuk merebut kekuasaan. Ia, memenjarakan petinggi-petinggi pemerintahan
yang jujur dan menobatkan dirinya sebagai orang kedua tertinggi di China setelah kaisar.
Setelah kaisar Tianqi digantikan adiknya bernama kaisar Chingzen, ia dapat meredam
dominasi wei zhongxian. Namun, ia mewarisi dinasti yang sudah bobrok dalam beberapa
segi, sehingga ia tidak mampu untuk mengembalikan kejayaan dinasti Ming.
4. Pemberontakan petani
Pemberontakan oleh petani disebabkan oleh kelaparan yang berkepanjangan. Pada
masa ini, kelaparan diakibatkan oleh gagal panen (cuaca buruk) juga terbengkalainya sistem
irigasi oleh pemerintah. kondisi yang memaksa petani untuk mengumpulkan kekuatan untuk
kemudian menyerang pemerintahan yang sah. Para pemberontak petani berhasil menerobos
masuk ke jantung pertahanan di beijing, hingga kaisar Chingzhen bunuh diri di gantungan
dahan pohon.

Pemerintahan

Dibawah pemerintahan Hongwu, para birokrat Mongol disingkirkan dari


pemerintahan dan digantikan oleh orang-orang Han. Ia memperbaiki system ujian kerajaan
untuk memilih pejabat Negara dan pegawai negeri literature dan filsafat. Kaum konfusional
yang terpinggirkan selama Dinasti Yuan selama hampir seabad dapat kembali berperan dalam
pemerintahan. Pada pertengahan masa pemerintahannya dikeluarkan sebuah kebijakan yang
isinya menyebutkan bahwa mereka menepati tanah tandus dan telantar dapat memilikinya
sbagai hak pribadi tanpa dikenai pajak.

Sosial dan Kebudayaan

Novel-novel terkemuka yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa merupakan produk
utama zaman Dinasti Ming. Bahkan dewasa ini, banyak dari novel tersebut yang masih
digemari orang dan telah diangkat ke layar lebar, seperti Kisah Tiga Negara (Sanguo Yanyi),
Perjalanan ke Barat (Xiyouji, Hokkian: See You Kie), Kisah Tepi Air (Suihuquan, Hokkian:
Shui Hu Thoan), Penganugerahan Dewa (Fengshen, Hokkia: Hong Sin), dan lain sebagainya.

Ekonomi

Semasa pemerintahan Chenghua (1465-1487), terjadi perkembangan yang pesat dalam


bidang industry, seperti sutra yang dihasilkan di Suzhou. Ini menciptakan golongan kaya baru
yang berlomba-lomba dengan kaum bangsawan dalam mengumpulkan benda-benda seni.
Pusat kebudayaan berpidah ke sebelah selatan, yakni ke lembah Sungai Yangzi. Sementara
itu, di desa-desa para petani miskin yang tidak mempunyai tanah berbondong-bondong ke
kota, sehingga terjadi arus urbanisasi.

Kepercayaan

Dewi-dewi Taoisme, Buddhiesme, dan kepercayaan tradisional Tionghoa, beserta roh-roh


lelhur disembah dengan memberikan sesajian. Dan kedatangan Misionaris Kristen.

Anda mungkin juga menyukai